logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 3. Tidak Ada Ruang Untuk Masa Lalu

Masa lalu yang buruk hanyalah sejarah, tak perlu untuk mengingatnya kembali hanya karena kehadiran seseorang dari masa lalu apalagi memberi ruang untuk masa lalu itu.
***
Di dalam mobil Honda Jazz Rally Red, Naura membuang sling bag merah batanya dengan kesal. Ia mengambil ponsel dan membuka aplikasi kamera, menyorot wajahnya dan menilai hasil karya tangan kreatifnya yang masih cantik.
Ia tersenyum sesaat kemudian senyum itu berubah menjadi cemberut. Mengelus pipi yang telah dilapisi primer, foundation, dan concealer mahal, blush on oranye kecokelatan yang menegaskan tulang pipi dilengkapi Eye shadow oranye. Wajahnya adalah kanvas tempat warna-warni make up tersapu indah dan cantik.
Pipinya yang seakan tak berdarah itu berseri oleh blush on bagai gadis muda yang jatuh hati. Lingkar mata dengan bulu mata jarang dikelilingi eye liner dan dilengkapi bulu mata palsu. Namun ia masih dipanggil vampir oleh musuh bebuyutannya.
Sekalipun emosinya sudah reda karena pembicaraan bersama Gloria, bukan berarti ia tidak menahan kesal yang coba disembunyikan sejak mendengar penghinaan Keanu di depan temannya. Ia memang sesekali ikut kelas Yoga yang diselenggarakan oleh seorang kenalannya, tetapi bukan berarti emosinya bisa dikendalikan dengan mudah. Masalah karena orang lain mungkin akan mudah baginya tetapi tidak jika itu adalah musuh masa lalunya.
“Secantik ini dibilang vampir? Muka pucatku sudah ditutupi make up mahal masih saja ia mengataiku pucat. Hem, semoga saja kita tidak bertemu lagi, Ke Anus. Kalau tidak, aku akan membuat hidupmu seperti di dalam neraka. Lihat saja nanti!"
***
Doa yang sama dari dua manusia ternyata dikabulkan. Tiga minggu setelah pertemuan itu baik Naura maupun Keanu sibuk dengan segala pekerjaan sendiri. Keadaan kembali normal. Hari siangnya di kantor kembali tenang dan damai.
Keanu pada hari sial itu, telah memberi ancaman pada Gloria untuk tutup mulut setelah ia kembali dari makan siang. Pekerjaan menjadi target mudah untuk digunakan. Tanpa memaksa pun Gloria telah berjanji untuk tutup mulut, bahkan menyebut nama Naura saja ia takut.
Siang yang sibuk dan tenang seperti biasa ternyata tidak bertahan lama. Menjelang waktu makan siang, ruang tunggu bersofa cokelat dengan kayu berukir itu ditempati tiga lelaki dewasa. Mereka tiba lima belas menit yang lalu, tetapi sang empunya ruangan belum juga menyapa. Ia masih di dalam ruangan membaca dan menandatangani laporan yang bertumpuk. Gloria berdiri di depannya bertugas membuka lembaran yang perlu ditinjau.
“Jangan bicara apa pun yang berkaitan dengan kejadian tiga minggu lalu pada tiga orang itu. Saya harap kamu mengerti," kata Keanu sambil menutup map terakhir. Gloria hanya mengiyakan. "Kamu boleh keluar untuk makan siang," lanjutnya, lalu berlalu meninggalkan Gloria yang masih merapikan meja kerjanya.
Ia mendorong pintu ruang kerjanya disambut pemandangan tiga lelaki dewasa yang asyik menonton hape. Satu hape ditonton tiga orang. Ada yang berdecak, ada yang terkikik, dan ada yang berbinar. Dari loudspeaker hape terdengar suara perempuan yang berbicara sangat cepat.
Ia menghampiri ketiganya yang hanya mengangkat mata sekejab untuk melihatnya.
“Hai, Nu, lama banget di dalam. Ngapain aja sama Gloria? Gloria yang baru keluar dari ruangan bos mendadak berhenti dan memberi tatapan tidak suka. Santai aja, Glo, bercanda," lanjut lelaki berkemeja kotak-kotak dengan wajah mengantuk.
Gloria mendengus dan berlalu menuju meja kerjanya. Lelaki berwajah mengantuk itu kembali menatap layar hape bersama dua temannya yang lain.
“Karena aku memiliki wajah yang putih tapi pucat, jadi aku memilih make up yang bisa menyamarkan kepucatan wajah. Lipstik merah, semua jenis merah, ya, mau blood red, merah bata, merah marun, merah strawberry dan merah lainnya. Warna merah terkadang sangat kontras di wajah putih, tetapi akan sangat mencolok dan aku suka.”
Kalian nonton apa kok ada lipstik-lipstiknya? Pertanyaan sederhana Keanu berhasil mengalihkan mata tiga lelaki itu. Ketiganya spontan tersenyum sangat lebar seperti telah direncanakan.
Gio alias Giovani, ahli waris restoran untuk makanan Italia, ia memiliki wajah khas Casanova Italia. Jay, selalu cerah dan mata yang berbinar, selayaknya seornag dokter. Kali ini bahkan binary matanya bisa mengalahkan sinar matahari. Sesuatu yang tersembunyi jelas terbaca dari sana. Ia pasti menyimpan sesuatu yang besar, pikir Keanu. Si bos melirik Ferdian, si lelaki berwajah mengantuk, entah baru bangun tidur, habis mandi, habis makan, sedang tertawa atau diam saja, selalu terlihat mengantuk. Si animator yang jarang tidur. Mereka, tiga tamu tetap bagi Keanu Danuarta.
“Duduk dulu, Nu. Kita datang hari ini punya tujuan, kok, kata Gio yang disambut anggukan Jay dan Ferdian.
“Untuk sentuhan terakhir setting spray. Tara... waktunya party dan siap mencari pasangan dansa. Shut... di club nanti jaga jangan sampai mabuk, ya. Bye... bye... Sampai jumpa di next video, ya. Silakan tekan tombol like, subcribe dan share, ya. Salam penuh cinta ...,"
Gloria yang siap keluar ruangan terpaksa berdiri di pintu keluar demi mendengar suara ceria yang ditonton tiga lelaki itu. Suara itu ....
“Naura Beauty Life.”
“Yes, Naura Beauty Life dari Naura Lazaren, musuh bebuyutan Keanu Danuarta," seru Gio disambut tawa Jay dan Ferdian. Keanu mendadak menolehkan kepala dan beradu pandang dengan Gloria yang buru-buru menunduk dan menghilang di balik pintu.
"Lo ingat Naura, nggak?" Setelah beberapa saat memberi waktu bagi Keanu untuk berpikir, Ferdian melemparkan pertanyaan yang tidak menyenangkan di telinga Keanu.
"Nggak! Naura siapa? Nggak kenal!" elak Keanu cepat sambil tetap menggeleng. Tangannya sudah terkepal di dalam saku celana hitam.
“Yang benar saja, Nu. Naura gitu, loh. Si vampir, pocong, putih pucat dari kelas tujuh C. Masa sih, lo lupa." Mulut Ferdian lebih pedis, berbanding terbalik dengan wajahnya yang selalu terlihat ingin tidur.
“Kelas tujuh? Wah, sudah lama banget, Fer, mana mungkin gue ingat. Keanu masih keukeh mengelak. Gue punya banyak kerjaan daripada sekadar ingat nama orang."
“Gue yakin banget lo masih ingat dia, Nu." Ferdian masih belum menyerah meyakinkan. "Dia yang dulu nuduh kamu sebagai---"
“Cukup, Fer! Masa lalu tidak perlu diingat. Sudah seharusnya dibuang ke septic tank.
Lo ingat, Nu,” sambung Jay yang riang. Keanu mendengkus, tiga pria dewasa itu tertawa menang.
Seminggu yang lalu, Gio bertengkar dengan Chloe, pacarnya karena memghabiskan waktu untuk menonton YouTube. Ia merampas hapenya dan mencari tahu tontonan yang membuat si pacar lupa diri. Dari sana ia tahu tentang teman kelas yang dulu selalu membuat keributan di kelasnya. Naura Lazaren, seorang content creator yang cukup terkenal di kalangan pencinta Make up Artis.
Gio lalu membagikan penemuan berharganya pada Jay dan Ferdian, merencanakan cara untuk mengolok Keanu. Lelaki yang tidak tergoda oleh pesona seorang perempuan ternyata terganggu oleh sebuah nama.
“Kalau lo penasaran, cari aja akunnya. Naura Beauty Life." Ferdian masih menggodanya. Ia memberi penekanan pada setiap kata yang diucapkan. Jay yang diam sedari tadi meninju paha Ferdian memberi tanda untuk diam. Lelaki itu tak peduli. "Niat gue cuma satu dan baik, Nu. Gue ingin lo minta maaf sama dia atas perlakuan lo yang dulu kasar banget. Kata-kata yang sampai sekarang juga masih gue ingat. Utang masa lalu lo. Mungkin itu jadi karma yang bikin lo nggak bisa buka hati buat cewek."
Keanu yang masih berdiri, mengambil bantal bergambar wajahnya di atas sekat, melihat garis tegas wajah berkacamata yang begitu dibanggakan. Karma? Ia mendengkus, tidak percaya hal sekonyol itu dipercayai oleh Gio.
“Aku rasa tidak ada hal yang perlu dimaafkan dari seorang Naura. Aku tidak berutang apa pun padanya."
Tiga lelaki yang memenuhi sofa saling bertatapan. Peristiwa-peristiwa buruk itu sudah lama berlalu dan seharusnya tidak muncul lagi dalam ingatan. Namun, tiba-tiba saja sekeping masa lalu yang buruk itu muncul ke permukaan. Hanya sebuah nama, tetapi memiliki cerita pahit yang sulit untuk ditepis ketika ia mendekat. Rasa bersalah yang besar, juga amarah yang sama besarnya yang hanya disapu oleh permintaan maaf yang tulus.
Keanu membuang muka, berusaha mengabaikan setiap perkataan sahabatnya. Peristiwa itu sudah lama berlalu, tidak perlu diingat kembali, apalagi berhubungan dengan pribadi yang bersangkutan. Ia sudah tenang dan menjalani hidup yang bisa dikatakan sangat berkecukupan dan damai. Tidak ada ruang untuk membiarkan masa lalu itu muncul kembali.
bersambung ...

Komento sa Aklat (49)

  • avatar
    LimHyeRie

    belom ada kelanjutannya nih.. nungguin banget endingnya.. semoga cepet diupdate

    05/05/2022

      0
  • avatar
    Callestty Lim

    ceritanya best

    03/10

      0
  • avatar
    ArtadmediaReza

    Hay

    08/09/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata