logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 7 Difitnah

POV. Melodi 2
“Ih, kayaknya enak banget itu makanan.” Ibu berujar sampai meneteskan air liur saat melihat acara makan-makan di TV. Menyadari aku melihatnya, cepat-cepat melapnya dengan tissu.
“Insya Allah, nanti kalau Mas Pras dan Mel ada rezeki lebih, kita ajak Ibu makan di resto ya.”
“Alah, rezeki lebih dari mana? Orang kamu pengangguran.”
“Ya, siapa tahu Bu. Doakan saja! Rezeki itu ‘kan datangnya dari Allah.”
“Iya, tapi tetap harus ada jalannya. Punya mantu kerjaannya ngayal terus," cebiknya.
Aku hanya bisa tersenyum tipis. Percuma juga kalau aku bilang sedang berusaha menghasilkan uang lewat tulisan. Ibu mana mengerti, Mas Pras saja malah meremehkan saat kuberi tahu.
“Tidak apa Bu, ngayal saja dulu, semoga nanti menjadi kenyataan," harapku.
“Ya, nyata melaratnya!” hentak ibu. “Coba Si Pras nurut sama Ibu? Ngapain juga pake acara ceraikan Maya segala. Padahal dia itu benar-benar mantu idaman." Ibu lanjut bergumam. Akan tetapi, aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.
Bukannya diaminkan harapan menantunya, malah mengucapkan kata melarat. Mas Pras punya ibu, begitu amat! Apa Ibu tidak paham kalau ucapan seorang ibu itu bisa jadi doa. Belum lagi kebiasaannya membanding-bandingkan aku dengan Maya—mantan istri Mas Pras, ibu kandungnya Dion.
Maya sosok wanita yang cantik. Kuakui, aku kalah darinya. Satu hal yang selalu membuatku cemburu tak beralasan. Mungkin sebenarnya karena rasa iri. Kalau cantik, lalu kenapa Mas Pras menceraikannya? Akunya Mas Pras, ‘memilih istri tidak melulu karena kecantikan fisiknya, yang paling penting adalah kecantikan akhlaknya. Itu semua telah Mas temukan dalam dirimu—Melodi'.
Sedangkan Ibu sejak awal tidak pernah setuju jika Mas Pras menceraikan menantu kesayangannya. Kudengar-dengar Maya memanglah sangat royal pada ibu. Karena secara materi ia mampu membelikan apa saja keinginan ibu.
Ya, Maya bekerja di salah satu tempat karoke terkenal di kota kami. Bagi Pras, gajinya tidak pernah masuk diakal. Hingga Pras meminta ia berhenti untuk bekerja. Namun, terdesak kebutuhan ekonomi, apa lagi kebiasaan royalnya, Maya tidak sanggup hanya mengandalkan penghasilan Pras yang pas pasan.
Lalu diam-diam ia tetap bekerja di tempat karoke itu. Selama kerja, Dion dititip ke Ibu. Tentu ada uang tutup mulut tidak sedikit yang Maya berikan. Maya bekerja hanya kalau Mas Pras bekerja juga. Saat mendekati jam pulang Mas Pras, maka Maya akan pulang lebih dulu. Namanya kebohongan tidak akan selamanya bisa disembunyikan.
Hingga suatu hari entah bagaimana Mas Pras memergoki dia tengah bekerja di tempat yang sama. Bukan hanya sekedar bekerja memandu lagu dan lainnya, Maya didapati sedang bergelayut manja pada seorang pria.
Sekeras apapun Maya minta maaf dan menjelaskan bahwa tidak ada hubungan spesial dengan pria itu, Mas Pras kukuh dengan keputusan mentalaknya. Ibu juga tidak tinggal diam, bahkan pernah mogok makan agar Mas Pras bisa rujuk lagi dengan menantu kesayangan. Bukan Mas Pras namanya kalau bisa merubah keputusan yang telah ia pilih.
Aku tidak tahu ibu mertua akan bersikap seperti ini padaku, lantaran ketidak sukaannya Mas Pras menikahi wanita lain. Akan tetapi aku tidak akan menyerah, sebisa mungkin kubuktikan kalau pilihan Mas Pras tidak salah. Suatu hari berharap ibu akan menyukaiku juga sebagai menantunya.
**
“Bagaimana sih, anak kok dikasih makan nasi goreng terus? Pantes badannya enggak gedi-gedi, enggak ada gizinya,” cebik ibu mertua.
“Dion lagi susah makan, Bu. Dia mau makan hanya dengan nasi goreng. Dari pada tidak makan-makan, ya terpaksa aku kasih nasi goreng lagi,” jelasku.
“Alah, alasan! Bilang aja kamu ini malas ‘kan? Enggak mau ribet masakin buat anak. Kalau cinta sama bapak-nya, ya harus sayang juga dong sama anaknya.”
Lagi-lagi itu yang keluar dari mulut ibu mertua. Posisiku sebagai ibu sambung selalu serba salah. Label jahat sudah lebih dulu melekat kepada ibu tiri. Aku pilih abaikan saja kata-kata pedas itu. Terus kusuapi Dion sampai ia merasa kenyang.
Selesai memberi makan, aku gegas mengambil air wudu untuk menunaikan solat dzuhur.
“Melodi!” teriak seseorang dari luar rumah.
“Melodi, cepat kamu keluar!” teriak tetangga yang lainnya.
Aku yang sedang menunaikan solat jadi tidak tenang. Segera kuselesaikan empat rakaat tanpa sunahnya. Betapa terkejut mendapati emak-emak sudah berkumpul di pekarangan rumah.
“Iya, ada apa Pak Rt dan Ibu-ibu semuanya?" tanyaku setelah membuka pintu. "Silahkan duduk dulu!" ajakku.
"Tidak usah berbasa-basi kami semua ke sini mau memperingati kamu!" gertak tetanggaku.
Jujur aku semakin tidak paham. Seingatku tidak punya masalah apa-apa dengan mereka semua. Kenapa berduyun-duyun datang ke rumah dengan marah-marah?
"Maaf, ini sebenarnya ada apa?" Alisku mengkerut hampir menyatu.
Mereka malah berebut bicara sehingga tidak jelas duduk persoalannya.
"Tenang Bu-ibu, tenang!" himbau Pak Rt. Mereka pun manut dan mulai diam.
"Begini Bu Melodi, saya dapat laporan dari mereka kalau Bu Melodi telah menganiaya Dion," lanjut Pak Rt menghunus jantungku.
"Astaghfirullahaladzim, menganiaya? Saya menganiaya Dion?" pekikku.
"So’ pura-pura gitu. Dasar Ibu tiri!" salah seorang tetangga bersuara lagi.
"Iya, udah ngaku saja! Tidak usah berkelit!"
"Iya, kamu memukuli Dion ‘kan kemarin?" tuduh mereka bersahutan.
Memukuli Dion? Memoriku mengurai keseharian kemarin. Aku teringat memang sempat memukul betis Dion, tapi hanya sekali. Jujur hanya pukulan biasa, sama sekali tidak keras. Aku pikir tidak apa dan wajar karena saking kesalnya. Ibu-ibu yang lain pun bahkan sering melakukannya saat anaknya bertingkah menguras emosi.
Apa pun alasannya memang tidak dibenarkan memukul anak, tapi apa hanya aku yang tidak boleh khilaf lantaran statusku sebagai ibu sambung?
“Bagaimana Bu Melodi, apa benar udah memukul Dion?”
“Jangan diam saja! Ngaku saja! Orang ada saksinya kok,” desak tetangga.
“Iya. Memang benar kemarin saya sempat pukul betis Dion, tapi tidak keras. Saya kelepasan karena Dion, terus menguji kesabaran,” akuku pada akhirnya.
“Tuh 'kan bener? Dasar ibu tiri dimana-mana memang kejam. Ini harus diperkarakan Pak Rt,” usul tetangga sewot.
“Iya, kita adukan ke KPAI!” usul yang lain.
“Tenang dulu ibu-ibu jangan gegabah!” ujar Pak Rt.
“Jangan gegabah gimana? Apa harus melihat Dion mati dulu, baru kita bertindak?” seru tetangga sekenanya.
Ya Allah begitu kasarnya yang ia lontarkan. Pendangan mataku mulai berembun.
“Mungkin Bu Melodi, hanya memukul biasa. Bukan memukulinya. Kita harus ada bukti,” imbuh Pak Rt.
“Kalau begitu, panggilkan Dionnya! Kita buktikan sekarang juga, mari kita lihat, pasti di tubuhnya banyak luka lebam." Mereka berujar dengan yakin.
"Ya, betul. Panggil Dionnya!" timpal yang lain.
"Dion, Dion, Dion ... kemari Nak!" panggilku pada Dion yang sedang asyik menonton Tv.
"Ada apa sih, Mah, Lame-lame?" Dion menghampiri kemudian duduk di pangkuanku.
Salah satu tetangga langsung merebut Dion dariku dan melucuti bajunya. Dion dibolak balik badannya. Diperiksanya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Luka lebam yang diklaim tidak ditemukan satu pun. Dion menangis ketakutan. Ia segera menghambur kepelukanku mencari perlindungan.
Kupakaikan lagi bajunya, kudekap Dion seraya mengelus-elus. Meski ia bukan darah dagingku, tidak tahukah mereka begitu besar kasih sayang yang kumiliki untuk anak ini? Dua buliran bening lolos begitu saja jatuh dari ujung dagu.
“Saya dan warga mohon maaf yang sebesar-besarnya Bu Melodi,” sesal Pak Rt. “Bu-ibu semuanya, lain kali jangan asal menuduh orang! Kasihan 'kan Bu Melodi. Saya lihat justru Dion sangat nyaman dengan Bu melodi,” sambung Pak Rt.
“Iya, kamu gimana sih kasih laporan?” mereka mulai saling menyudutkan satu sama lain.
“Ya, saya hanya mendengar cerita dari neneknya Dion,” aku seseorang.
"Nenek Dion? Berarti Neneknya harus dipanggil," saran seorang.
"Nenek, Nek Dion!" Mereka memanggil, mungkin untuk konfirmasi.
Namun, Ibu sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Aku ketuk-ketuk pun, ia tidak mau keluar. Bahkan dari dalam kamar terdengar sepi.
***

Komento sa Aklat (142)

  • avatar
    AjaVera

    SEMANGAT TERUSS!! APK INII BAIK SEKALIIIII LOVE YOUUU MAKASII SUDAH DI CIPTAKAN AKU JADI BISA TOP UPP

    17/08

      0
  • avatar
    MKSSultan

    jalan ceritanya sederhana tapi menarik

    11/07

      0
  • avatar
    Nurul Asyiqin

    👍👍👍👍👍👍

    06/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata