logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

02

Kanaya mati-matian menahan sesak dalam dada, ketika mata dihadapkan dengan tontonan mesra-mesraan Irsyad menyuapkan makan Dahlia di salah satu bangku kantin, kerap kali diselingi canda tawa yang membuat semua cewek iri, termasuk Kanaya.
"Ih! Dasar nyebelin!"
Kesal sendiri, Kanaya menusukkan keras-keras garpunya pada pentol bakso itu, sebelum mendarat ke mulutnya. Kanaya mengunyah dengan muka bersungut, seakan ingin memakan mentah-mentah Dahlia dan Irsyad seperti bakso itu.
"Sekolah itu tempatnya belajar! Bukan pacaran! Mentang-mentang baru jadian langsung pamer! Gue doain hubungan lo gak langgeng sukurin!"
Persetan dengan doa jelek yang terlontar dari bibirnya, Kanaya melahap rakus bakso selanjutnya. Emosinya seakan mencapai puncak ubun-ubun saja saat melihat Irsyad mengelap bibir Dahlia dengan tissue.
"Nay, lo baek-baek kan? Awas itu bola mata lo mau keluar," celetuk Elsha begitu melihat Kanaya dengan mata melotot memperhatikan pojok kantin. Dimana dua sejoli itu kini berada.
Selesai. Hilang napsu makan. Kanaya segera menjauhkan mangkuk bakso itu dan meminum sedikit es tehnya. Saat ini, dalam sekejap mata Kanaya sudah berkaca-kaca. Mungkin itu sebagai ungkapan sakit di hatinya.
"Naya.." gumam Elsha pelan, dengan goyangan di mulutnya yang memelan ketika mendapati perubahan ekspresi di wajah Kanaya, menjadi murung.
Padahal niatnya ke kantin ingin makan siang, tapi sekarang Kanaya rasanya makan hati. Pahit, nyesek. Irsyad memang cowok jahat yang tidak punya perasaan sedikitpun.
Dahlia pun tidak beda jauh, padahal sesama perempuan semestinya bisa saling menjaga perasaan. Meskipun Kanaya sudah berstatus mantan untuk Irsyad, paling tidak Dahlia mengerti Kanaya masih patah hati. Bukannya memamerkan kemesraan sama Irsyad, di depan umum lagi.
"Gue cabut duluan ya, gue gak betah ada di sini."
"Lah.. gue ditinggalin!"
Dan, Kanaya melengos pergi tanpa menunggu jawaban dari Elsha yang meneriakan namanya beberapa kali.
Tempat pelarian Kanaya adalah perpustakaan yang sepi pengunjung. Entah mengambil buku apa, tapi Kanaya langsung menyendiri di bangku paling belakang dan pojok.
Di sana, Kanaya menyumpal headset pada telinga. Tertutupi oleh buku yang ia tegakkan itu--tidak sadar sampulnya terbalik--Kanaya melipat tangan di atas meja. Menjadikan sebagai bantal, dimana kepalanya tiduran dengan posisi miring.
Jika teringat tentang dirimu, berlinang air mataku. Kurindu saat-saat bersamamu, kasih sayangmu padaku. Namun kini kau bukan milikku dan berakhir sudah cintaku. Biarkan saja hatiku bicara kumasih sayang padamu. Aku selalu mendoakanmu agar kau bahagia bersama dirinya selamanya.. 🎼🎢
Meresapi musik yang mengalun di telinga dengan volume lumayan keras, cairan demi cairan keluar dari sudut mata Kanaya. Membentuk sungai kecil di wajah cantiknya.
Mengapa mudahnya hatimu mendua, kulapangkan dada walau aku terluka. Semoga bahagia bersama dirinya, karena kau telah memilih dia. Betapa sakitnya apa yang kurasa, Tuhan kuatkanlah hatiku yang terluka. Semoga kubisa tuk melupakannya, karena ku masih mencintainya.. 🎼🎢
Mengingat kebersamaannya dengan Irsyad dulu, hanya membuat Kanaya semakin sakit. Seringnya dijemput dan diantar pulang sekolah naik motor sportnya, jogging bareng setiap weekend, dinyanyikan sebuah lagu pengantar tidur, atau ketika masa-masa keduanya masih duduk di bangku SMP, Kanaya yang sering curi-curi pandang setiap berangkat sekolah lewat depan rumah Irsyad dan kerap kali ketahuan cowok itu dari jendela kamarnya di lantai dua.
Memalukan, tapi yang paling tidak bisa terlupakan adalah ketika Irsyad menembaknya dengan cara konyol.
Yaitu lewat setangkai bunga mawar, yang ditarik menggunakan tali setiap kali Kanaya ingin mengambil. Persis hari itu awalnya Kanaya memang dibangunkan pagi-pagi buta lewat telefon, berbalut piyama bermotif micky mouse dan muka bantalnya, Kanaya hanya menuruti perintah Irsyad untuk segera keluar rumah.
Dan, bunga itu menggiring Kanaya dari pintu lalu turun ke halaman. Ketika sudah mendapatkan, tiba-tiba saja Irsyad sudah ada di depan pagar rumah Kanaya dengan membawa sebuket bunga yang lebih besar.
"Kak Irsyad.." Saat itu, tepat pukul empat lewat lima belas menit, Kanaya yang semula masih dirundung rasa ngantuk mendadak melek sempurna. "..kakak ngapain pagi-pagi ke sini?"
"Nay, jadi cewek gue mau gak?" Alih-alih menjawab pertanyaan Kanaya, Irsyad malah membuatnya terbelalak.
"Sebenernya gue suka sama lo dari SMP, tapi gue gak berani ngomong."
Bisa dibayangkan, matahari saja belum bangun tapi Kanaya sudah dibuat bersinar-sinar wajah dan hatinya. Setelah sekian lama tidak kuat memendam perasaan, Irsyad akhirnya punya cukup nyali untuk mengutarakan pada adik kelasnya itu.
"Kak, ini gue pasti lagi mimpi kan?" Kanaya mengusap tengkuk dengan canggung, sebisa mungkin berusaha menyamarkan senyumnya. Masih tidak menyangka, mantan kapten tim basket SMP dulu itu menembaknya.
"Engga, lo udah bangun kok. Apa lo mau gue cubit biar lo yakin?" Irsyad bertanya dengan cengiran tertahan dan satu alis tebalnya terangkat.
Tersipu, Kanaya hanya mengangguk pelan sambil menggigit bibir untuk menetralisir rasa gugupnya. Lalu Irsyad dengan gemas mencubit pipi dan hidung Kanaya bergantian. Hingga Kanaya mengaduh disela-sela tawanya, saat itu rasanya persis seperti ada banyak kupu-kupu yang berterbangan di perut Kanaya.
Keduanya tertawa bersama.
"Gimana? Udah yakin kan lo gak lagi mimpi?" Irsyad lalu memberikan buket bunganya. "..kalo lo mau jadi pacar gue, terima bunga ini sekalian. Kalo engga, lo boleh buang aja."
Demi apa? Dia lagi bercanda? Bunga seharum, secantik, dan juga semahal itu dibuang? Kanaya bertanya-tanya dalam hati, dan sejenak berpikir sambil memandang Irsyad, dengan degup jantung dalam dadanya yang sejak tadi memompa tidak karuan.
Siapa yang berani menolak pemuda tampan itu, dia pasti gadis bodoh.
"Jangan bikin gue jamuran, Nay, pegel nih tangan gue. Jadi gimana?"
Kanaya terkekeh geli karenanya. Lalu dalam sekali tarikan napas, dia membulatkan tekad. "Iya gue mau,"
Tapi suaranya nyaris tak terdengar.
"Apa? Gue gak denger, coba ulangi sekali lagi dong!" dan Irsyad memang sengaja menggoda Kanaya, yang kini langsung menyambar buket bunga itu dengan wajah memerah padam.
"Gue mau jadi pacar lo kakak bawel!"
Irsyad yang tadinya sudah beryes-yes kesenengan, kata terakhir Kanaya membuatnya tertawa geli sambil mengacak-acak pelan puncak rambut gadis itu. "Kok ngatain bawel sih?"
"Emang kakak bawel kan?"
"Sekarang berani ngatain ya?"
Kanaya langsung menutup mulut dan menggeleng dengan polosnya. "Engga! Becanda kak, maaf,"
"Berarti mulai hari ini kita pacaran kan?"
Kanaya baru saja mengangguk sebagai jawaban, tapi sedetik kemudian terdengar adzan subuh berkumandang. Irsyad dengan senyum-senyum ala orang gila menggaruk belakang kepala.
"Yaudah, lo langsung sholat ya, tapi abis itu jangan tidur lagi."
"Iya kak, kak Icad juga ya?" Kanaya lalu menggembungkan pipi grogi.
Panggilan itu membuat Irsyad mengerjap sesaat. "Lo kok tau.."
Kanaya lalu nyengir kuda. "Tau dari nyokap, nyokap lo sering cerita-cerita sama nyokap gue setiap arisan ibu-ibu, dan dia manggil lo kaya gitu."
"Ohh.. gitu, yaudah sih gapapa, karena lo pacar gue, jadi boleh aja kalo lo mau panggil gue Icad. Mau ditambahin embel-embel sayang juga boleh banget." setelahnya, mendadak Irsyad jadi salah tingkah sendiri.
Bibir Kanaya berkedut melihatnya. Irsyad itu lucu kalo lagi malu-malu, apalagi dia punya lesung pipit. "Mau pake sayangnya berapa sendok mas?"
"Banyakin gapapa kok mbak, sekalian mbaknya kalo boleh."
Lagi, mereka tertawa bersama.
"Apaan deh kak, gaje banget. Btw makasih ya bunganya." Kanaya tersenyum sekilas saat mencium aroma wanginya. Memang, Irsyad sudah memberinya sedikit parfum.
"Lo suka kan?"
"Suka lah, cantik begini.."
"Tapi lo lebih cantik," celetukan Irsyad membuat Kanaya menatapnya. "..apalagi pas bangun tidur kaya gini, cantiknya alami. Dan gue baru aja jadi orang pertama yang lo liat abis lo bangun tidur. Jadi seneng deh,"
Membuang muka, mau tak mau senyum Kanaya mengembang lagi. "Apaan si kak gombal aja,"
"Serius kali, Nay."
Kanaya hanya berdehem, dan beberapa saat terjadi keheningan di antara mereka. Sampai Irsyad menghela napas pendek. "Yaudah kalo gitu gue balik ya... mm, Sayang."
Di kata terakhir dia berbisik di dekat telinga Kanaya. Efek sampingnya, darah Kanaya terasa medesir hebat. Dan, seakan ada kelinci yang melompat-lompat di hatinya.
"Iya kak, sampe rumah kak Icad langsung solat subuh ya, aku juga mau langsung ambil wudhu."
"Beres, bos! Perintah akan segera dilaksanakan," menggelikan, Irsyad hormat dengan semangat 45, lalu tertawa. Begitu pula Kanaya yang merasa gemas dengan pemuda itu.
"Yaudah, salim dulu."
Dan, Irsyad mengulurkan tangannya. Tak ambil pusing, Kanaya menerima tanpa keraguan, sampai punggung tangan Irsyad menempel di dahinya.
"Gue balik, jangan kangen. Assalamualaikum.. Pacar."
"Waalaikumsalam.. mas Pacar."
"Ntar gue telfon lagi diangkat ya!"
Setelah memberi kiss bye, Irsyad berlalu pulang dengan jalan kaki, meninggalkan Kanaya dan hatinya yang berbunga-bunga, juga sambil memeluk buket bunga pemberiannya.
"Love you too, kak Icad."
Bibir Kanya bergumam, melihat Irsyad sesekali beryes-yes ria disela-sela langkahnya menyusuri jalanan kompleks yang masih gelap, dimana sesekali Irsyad berbalik dan senyum merekah di wajah tampannya.
Ketika bayangan Irsyad menghilang di tikungan, Kanaya baru masuk rumah, dengan jingkrak-jingkrak kesenengan. Seperti anak kecil yang baru mendapat hadiah mainan dari snack komo jagung bakar.
Namun kini kau bukan milikku dan berakhir sudah cintaku. Biarkan saja hatiku bicara kumasih sayang padamu. Aku selalu mendoakanmu agar kau bahagia bersama dirinya selamanya.. huuooo..oo 🎼🎢
Mengapa mudahnya hatimu mendua, kulapangkan dada walau aku terluka. Semoga bahagia bersama dirinya, karena kau telah memilih dia. Betapa sakitnya apa yang kurasa, Tuhan kuatkanlah hatiku yang terluka. Semoga kubisa tuk melupakannya, karena ku masih mencintainya.. 🎼🎢
Mode pengulangan yang sejak tadi diaktifkan pada aplikasi pemutar musik ponsel Kanaya, menjadikan lagu mellow Masih Mencintainya oleh band bernama Papinka itu otomatis berputar berulang kali.
Hingga tanpa sadar Kanaya sudah ketiduran di bangku perpus selama jam pelajaran terakhir hari itu. Dan, buku yang menutupi kepalanya tadi sudah diambil oleh penjaga perpus dan dikembalikan ke tempatnya.
Tepat pukul dua, bel pulang sekolah berbunyi. Dan tak lama setelah itu, Andika muncul dari ambang pintu dengan membawa setumpuk buku yang tadi sengaja dipinjam untuk mengerjakan tugas resensi ketika pelajaran bahasa Indonesia.
Andika mengembalikan buku-buku itu kepada penjaga perpus. Hingga pandangannya tak sengaja mengarah ke sudut ruangan, dimana ada cewek tidur sambil menenggelamkan wajahnya di antara kedua tangan yang terlipat di atas meja.
"Itu siapa pak? Kok gak pulang?" tanya Andika pada pria paruh baya yang sedang menata buku-buku itu.
"Saya juga gak tau namanya, mas. Dari tadi istirahat sampe sekarang gak keluar, saya bangunin pelan-pelan tetep aja tidur, saya panggil juga gak nyaut-nyaut."
"Siapa sih, kebo banget jadi cewek!" Komentar Andika sambil menggeleng. "..saya coba liat ya pak,"
"Silahkan mas, bilangin sekalian perpusnya mau saya tutup."
Penasaran, Andika bergegas mendekati cewek itu. Tiba di dekatnya, dia lalu menggoyang-goyangkan pundak mungilnya.
"Dek! Bangun, dek! Udah waktunya pulang sekolah! Tidurnya dilanjutin di rumah aja!" ujar Andika dengan menaikkan sedikit volumenya.
Perlu beberapa saat untuk cewek itu terbangun, sampai akhirnya dia terusik, dan perlahan mengangkat kepala sambil mengucek mata dan mengerjap sesaat menyesuaikan pandangannya yang kabur-kabur. Bekas air mata mampak jelas di wajahnya.
Sementara, Andika mengernyitkan dahi melihatnya. "Loh.. Naya!"
Untungnya tidak ileran, Kanaya langsung berdiri dan melepas kabel headset itu dari telinga. "Kak Dika?"
"Astaga! Jadi.. dua jam ini lo tidur di perpustakaan sambil pake headset? Lo tuh emang bener-bener gak ngerti kesehatan ya? Pernah baca berita gak sih lo, kelamaan pake headset bisa ngerusakin telinga! Ya ampun Naya!" mendadak Andika heboh sendiri, berkacak setengah pinggang dan mengusap wajahnya frustasi.
Kanaya hanya membisu melihatnya. Sebelum ini Andika bilang kalau galau bisa menyebabkan kematian, dan sekarang.. "gue tau nih! Pasti lo ketiduran gara-gara galau mikirin Irsyad kan? Naya.. Naya.. bisa-bisanya sih lo ngerugiin diri lo sendiri! Gue peringatin ya dari sekarang, kalo elo gamau budek, jangan pernah lakuin kaya gini lagi! Ngerti? Lo tadi setel volume berapa hah? Enggak sampe full kan!"
Sepersekian detik. Kanaya cengo. Ada apa dengan Andika?

Komento sa Aklat (66)

  • avatar

    ceritanya bagus kak !!! di tingkatkan lagi kak πŸ’ͺ🏻πŸ’ͺ🏻 semangat buat ceritanya kak πŸ˜‰πŸ˜‰

    26/01/2022

    Β Β 3
  • avatar
    HasyimMUHAMAD

    sangat baik untuk dibaca

    29d

    Β Β 0
  • avatar
    AhmadNayip

    bagus

    13/08

    Β Β 0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata