logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Pertemuan saat Dhuha

Suasana sekolah saat istirahat terlihat riuh dimana-mana. Raka mengajar sebagai guru honor di SMA. Memang, beberapa tahun ini selalu peraturan dari pemerintah yaitu moratorium yang artinya tidak ada penerimaan pegawai negeri sipil untuk jalur umum, kecuali jalur khusus. Namun, kemarin jalur umum dibuka sekali dan formasinya sedikit, termasuk bu Iffah masuk dan diterima di sekolah yang sama dengan Raka. Saat itu, Raka tidak ikut tes, entah kenapa Raka ingin hanya mengajar dan fokus urusan lainnya dan tidak ingin full menjadi guru, karena dia juga mengajar TPA dan berniat berwiraswasta.
Raka keluar dari kelas, waktu dhuha. Saat isitrahat, Raka akan ke mushola untuk shalat dhuha. Waktu yang tepat untuk kembali menghadap Rabbnya.
Raka melepas sepatu dan kaos kakinya, meski istirahat hanya sekitar 15 menit namun masih cukup untuk melakukan shalat sunnah dhuha. Karena, barang siapa hanya melakukan minimal shalat dhuha 2 rekaat saja, maka itu cukup mengganti sedekah setiap ruas tubuhnya.
Benar, jika banyak orang yang tahu bagaimana manfaat dari dua rekaat saja shalat dhuha. Pasti, banyak orang akan berbondong – bondong untuk shalat dhuha.
Shalat dhuha ini dapat menggantikan sedekah bagi tubuh kita dan seluruh organ dalam tubuh kita. Ibaratnya begini, di persendian dalam tubuh manusia itu harus disedekahi setiap hari. Entah itu dengan dzikir, berbuat baik, ibadah, perilaku baik, pikiran yang baik.
Itu semua adalah sedekah bagi tubuh kita dan organ semua yang ada di dalamnya. Organ sendi dalam setiap ruas tubuh kita itu sangat banyak. Dan, dengan dua rekaat saja kita melakukan shalat dhuha, maka semua organ tubuh kita itu sudah disedekahi dan itu mencukupi.
Kalau hal shalat dhuha dua rekaat itu mencukupi untuk sedekah seluruh organ, maka itu lebih mudah daripada harus satu persatu bersedekah dengan masing – masingnya.
Shalat dhuha artinya membuat kita bersyukur kepada Tuhannya, ketika seseorang dalam bersedekah atau bersyukur terhadap diciptakannya persendian dalam tubuhnya. Selain itu juga cukup dua rekaat sudah merupakan ibadah sunnah yang sangat dicintai Nabi, jika saja orang mengetahui kemulyaan shalat dhuha, mereka pasti akan melaksanakannya dengan minimal dua rekaat.
Jika disebutkan juga pendapat dari Asy Syaukani, dia menjelaskan bahwa shalat dhuha ini seperti sedang bersedekah tiga ratus enam puluh kali sedekah. Artinya, itu sangat banyak sekali sebagai bentuk ibadah ringan namun pahalanya sangat besar.
Raka segera mengambil tempat di mushola sekolah itu, berdiri dan melaksanakan shalat dhuha yang di bawah lantai memang sudah digelar sajadah panjang. Shalat dhuha adalah kenikmatan bagian hamba dengan Tuhannya saat waktu menjelang siang terik.
Shalat dhuha adalah ibadah yang disunnahkan. Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan shalat dhuha, hendaknya ia kerjakan. Apabila tidak dikerjakan maka tidak berdosa.
Untuk masalah waktu dalam melaksanakan shalat dhuha ini dimulai ketika matahari meninggi setinggi ujung tombak (sekitar pukul setengah delapan pagi) dan berakhir ketika matahari bergeser dari tengah hari (waktu dzuhur).
Sedangkan untuk jumlah rekaat sendiri adalah minimal dua rekaat. Perbuatan Nabi saw. menunjukkan bahwa maksimal beliau shalat dhuha adalah delapan rekaat.
Raka pun mengingat dengan baik pahala dan keberkahan dalam melaksanakan shalat dhuha. Maka, dia menggenapkan empat rekaat, meskipun tidak 8 atau 12, namun dia merasa bahwa waktu istirahat tidaklah panjang sehingga dia juga harus mengerjakan tugas lainnya.
Ibadah itu adalah sesuatu yang memudahkan dan menyenangkan. Lebih baik rutin walaupun sedikit ketimbang ibadah banyak namun tak konsisten dan kadang dilaksanakan dan lama kemudian ditinggalkan sepenuhnya.
Tawakkal itu adalah keistiqomahan, ketakwaan itu rutinitas yang baik dalam beribadah.
“Assalamu’alaikum warrahmatullah….”
Raka pun menyudahi shalat dhuhanya dengan mengucapkan salam. Genap empat rekaat dengan dua rekaat salam dan mengulanginya kembali dua rekaat.
Selesai shalat, Raka berdzikir semampunya dan segera beranjak hendak meneruskan aktifitasnya yang lain. Rasanya, setelah shalat hidup menjadi tenang, hati menjadi lapang, dan tentu saja kesegaran didapatkan.
Saat hendak melangkah meninggalkan tempat duduknya, Raka melihat sesosok wanita juga tengah selesai melaksanakan shalat dan melipat mukenanya. Tanpa sadar, mata Raka penasaran dan melihat wajah itu. Wajah yang cantik bagai pualam di timpali sinar bulan, wajah milik Iffah Inshira, guru baru di sekolah itu.
“Pak Raka sudah selesai juga?” wajah bu Iffah melihat wajah Raka, kedua mata mereka bertatapan sejenak namun segera beralih ke yang lain, keduanya sedikit canggung.
“Iya Bu, Alhamdulillah. Ibu rajin shalat dhuha juga ternyata.”
Tentu saja, jarang sekali Raka melihat ada seorang guru yang shalat dhuha saat istirahat. Biasanya, dia selalu sendirian. Meskipun kadang, dia mengajak rekan-rekan guru yang lain, namun hanya sekedar mengajar dengan halus jika pun tidak mau maka mungkin suatu saat mereka akan sadar juga akan pentingnya melaksanakan shalat sunnah.
Bibir merekah milik Iffah mulai bergerak menjawab, “Alhamdulillah, saya mengazamkan untuk melaksanakan shalat dhuha rutin Pak. Semoga Allah mempermudah jalan hidup kita, amin.”
Raka pun ikut mengaminkan, namun hanya Allah yang tahu betapa dadanya berdenyut lebih cepat. Entahlah, apakah Allah sudah mengobati hatinya yang terluka kemarin lebih cepat dengan adanya kehadiran sosok wanita baru yang bisa membuatnya dapat mengobati luka?
Atau, apakah ini jodohnya?
Mereka terlibat pembicaraan cukup lama, mulai dari tentang sekolah karena Iffah merupakan guru baru yang baru masuk ke SMA Kencana. Raka sendiri sudah cukup lama berada di sekolah tersebut sehingga banyak hal yang ditanyakan Iffah terkait kegiatan di sekolah tersebut.
Guru baru, biasanya akan sulit berinteraksi di awal dia masuk menjadi guru. Karena itu, Iffah mulai bertanya seluk beluk kegiatan di sekolah, berapa jumlah siswa dan juga bagaimana kebiasaan para guru dalam memberikan materi pelajaran kepada para siswanya.
Raka pun memberikan gambaran kegiatan di sekolah, termasuk bimbingan baca Quran dan juga hal lainnya. Raka juga menjelaskan metode mengajar para guru yang disebutnya standar karena setiap guru berbeda dalam memberikan materi. Hal pentingnya adalah ada standar pengajaran dan juga silabus yang dibuat guru untuk dapat diterapkan kepada siswa ajarnya.
Mereka sudah cukup lama, waktu istirahat mungkin tinggal sebentar lagi. Raka menghirup napasnya lebih dalam dan menghembuskan perlahan.
“Baik bu Iffah, mari kita kembali ke kantor. Sepertinya, sudah mau masuk lagi.”
Iffah mengangguk dan menaruh mukenanya di tasnya, menentengnya untuk dibawa juga.
“Iya Pak Raka, sepertinya sebentar lagi waktu istirhat juga selesai,” Iffah memasukkan mukenanya ke dalam tas mukena yang bentuknya seperti tas kecil. Dia juga bangun dari duduknya dan bersiap untuk pergi juga.
Raka lebih dulu keluar menuju pintu mushola, lebih baik lelaki yang berjalan di depan sedangkan Iffah di belakangnya juga sudah berdiri untuk keluar.
Iffah menyusul keluar, dilihatnya punggung lelaki itu. Ada perasaan yang aneh juga dirasakan oleh Iffah. Ada harapan yang tiba-tiba menyeruak di hatinya. Harapan bahwa dia ingin seorang imam untuk menjadi suaminya adalah seorang yang memang memegang prinsip agama dengan baik. Dia bahkan dalam hatinya segera berdoa, semoga lelaki di depannya itu adalah jodohnya.
Amin.
Hati Iffah dengan cepat mengamini tanpa dia sadari.
Sudah lama rasanya bagi Iffah juga ingin dirinya menggenapkan agamanya dengan menikah. Hingga sekarang, dia masih belum menemukan lelaki yang cocok dan tepat. Bukan berarti tidak ada lelaki yang menaksirnya melainkan Iffah menolak beberapa lelaki yang ingin dekat dengannya.
Bagi Iffah, bahwa lelaki yang akan menjadi imamnya atau pendamping hidupnya adalah dia yang bisa menuntunnya untuk lebih dekat dengan Tuhan.
Bagi wanita, apalagi Iffah. Menikah adalah harapan seumur hidup dan ingin dilalui sekali saja dalam hidup mereka. Maka dari itu, pilihan sekali seumur hidup itu tidak boleh salah karena itu akan menyangkut seluruh kehidupan mereka.
Wanita lebih tepatnya jika sudah salah memilih suami, maka hidupnya akan berantakan. Dia tak akan bisa hidup tenang, apalagi ketika sudah memiliki anak, karena mereka lebih mengutamakan keutuhan keluarga dan kebahagiaan anak ketimbang kebahagiaannya sendiri.
Maka dari itu, sering kita temui ada seorang isteri yang bertahan dari suaminya yang galak, pemarah bahkan menyiksa isterinya. Sang isteri akan bertahan karena mereka hanya memikirkan kebahagiaan anak – anak mereka ketimbang perasaannya sebagai seorang wanita.
Iffah melihat sosok Raka sebagai seorang lelaki yang baik akhlaknya, orang yang baik akhlaknya pasti akan sayang pada isterinya. Keluarga yang dilandasi dengan suami yang mengerti agama akan mengutamakan kebahagiaan isteri dan anak – anaknya karena itu bagian dari tanggung jawabnya.
Lagi-lagi Iffah juga menghirup udara dan menghembuskannya perlahan, tidak terlalu berlebihan namun sebagai seorang wanita tentu dia merasa kebiasaan yang kurang tepat jika wanita yang memulai hubungan. Iffah berpikir menjadi wanita itu memang lebih sulit, karena kebanyakan menunggu dan bukan mengungkapkan maksud.
Iffah berdoa, agar dia dipertemukan dengan lelaki shalih, bahkan jika bisa lelaki itu adalah Raka. Iffah pasti akan sangat bahagia jika itu terjadi. Pikiran Iffah melayang. Dia pun segera tersadar dan mengucap istighfar dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil.
Kabulkan ya Allah.
Senyuman itulah yang menyertai doa Iffah, baginya Raka merupakan sosok yang bisa menjadi imam yang baik karena dia juga mengetahui bahwa lelaki itu mengajar mengaji dengan meluangkan waktunya pada anak-anak SMA yang mau mengaji dan memang belum bisa mengaji sambil memberi pelajaran agama dan kajian Islam.
Lelaki yang sangat diidamkannya.
Iffah pun memakai sepatunya, Raka sudah meninggalkannya dan terlihat punggungnya dari jauh.
Sudahlah! Biarlah Allah yang menentukan takdir jodohku.
Iffah pun kembali tersenyum dan menatap langit. Di pakainya kaos kaki dan sepatunya lalu menuju arah kantor, para siswa masih terlihat ramai, ada yang bermain dan ada pula yang hanya sekedar mengobrol duduk-duduk di depan kelas atau di taman.
Iffah pun segera memasuki ruang guru dan duduk di kursi tempatnya, ada nama di atas meja yaitu papan nama. Disana ditulis nama Iffah.
Lembaran demi lembaran kertas di depan bu Iffah dipelajarinya, mulai dari awalan membuat silabus materi dan juga persiapan sistem pengajaran yang harus diberikan. Iffah harus bisa menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru di SMA Kencana.
Kini, semua materi pelajaran saat dirinya kuliah dulu akan dipraktekkan dalam dunai pendidikan yang sebenarnya.
Benar saja, dulu semasa kuliah seolah hal itu begitu mudah dalam teori. Namun, dalam praktek akan ditemui banyak kondisi yang berbeda dan juga tantangan yang berbeda.
Teori merupakan pemikiran dari seseorang atas praktek yang dia lakukan, sedangkan kita yang mempelajari teori pendidikan akan menemui kondisi praktek yang berbeda dengan penulis tersebut.
Hasilnya, kita harus membuat kesimpulan tersendiri terhadap kondisi yang kita alami dan harus membuat terobosan karena kondisi setiap tempat dan setiap sekolah berbeda.
Semua itu berbeda dalam segala hal; suku, agama, budaya, kebiasaan, ras terutama psikologi siswa dan guru di tempat sekolah tersebut.
Semuanya harus disusun dengan baik melalui kondisi yang kita hadapi.
Itulah tantangan yang sebenarnya bagi seorang guru dimana dia harus bisa menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapinya, baik murid dan kurikulum.

Komento sa Aklat (50)

  • avatar
    Agus Wibowo

    nice story

    24/06

      0
  • avatar
    UdinBurhan

    mana nih kelanjutannya?

    23/05

      0
  • avatar
    Aipupun Punikawati

    bismillah mudh" dapet banyak aamiin ya rabbal alamiin

    20/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata