logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Syuting Film Perdana

Selamat Membaca
Salwa sudah terlihat sangat cantik dengan pakaian muslim model terkini dan hijab yang menutupi kepalanya, serta polesan make up di wajahnya. Ia pagi ini akan berangkat ke tempat lokasi penggarapan film. Syuting perdana akan dimulai hari ini. Salwa diminta datang oleh Dimas sang produser untuk melihat akting pemeran film, apa sesuai dengan tokoh yang digambarkannya di dalam novel.
Salwa tadi telah selesai mengurus urusan katering. Sebelum pergi, ia sedikit terhalang dan harus membujuk kedua buah hatinya yang tidak mau ditinggal.Tidak mungkin ia membawa mereka, karena nanti mereka bisa bertemu Kevin mantan calon suaminya . Itu akan mengganggu konsentrasi Kevin bekerja dan lebih parahnya membongkar rahasianya selama ini.
"Pagi Ganteng!" sapa seorang pria muda pada Ammar anaknya Salwa, lalu menggendong anak kecil itu.
"Pagi juga, Om Ganteng ," balas Ammar tersenyum dan memperlihatkan giginya yang putih dan rapi.
Pemuda itu bernama Abdullah Al Faqih, Ia adalah putra majikan dari suami Bi Jum yang dulu bekerja sebagai supir di rumahnya. SekarangFaqih numpang tinggal di rumah Bi Jum yang terletak tepat di sebelah rumah Salwa. Ia di sana semenjak ayahnya yang seorang pejabat tertangkap, karena kasus korupsi dan rumahnya pun disita. Sementara, ibu dan kakaknya menghilang tidak tahu kemana.
Sewaktu ayah Faqih tertangkap, ia tidak di rumah karena lagi liburan bersama teman-temannya di Bali. Ketika pulang liburan, ia sangat kaget melihat rumahnya terpampang papan yang bertuliskan rumah telah disita negara. Ia beruntung ada Pak Darman suami Bi Jum yang sayang padanya dan sengaja menunggu kepulangannya. Pak Darman mengajak Faqih tinggal di rumahnya, karena tidak seorang pun teman dan saudara yang mau membantunya ketika kesulitan. Semua menjauh darinya dan waktu itu membuat Faqih sangat terpuruk.
"Kak Salwa, mau kemana?" tanya Faqih melihat Salwa mau pergi.
"Mau ke lokasi syuting," balas Salwa.
"Maaf, Kak. Boleh aku temani? Soalnya lagi bosan di rumah," balas Faqih . Salwa terdiam, terlihat berpikir sejenak.
"Boleh, deh," jawab Salwa.
Mendengar jawaban Salwa, Faqih sangat senang. Ia segera menurunkan Ammar dari gendongan dan menitipkan pada Bi Jum.
"Ammar, Amara , Om pergi dulu, ya. Om janji bakalan jagain Bunda kalian," ujar Faqih pada si kembar.
"Janji ya, Om," balas mereka sambil menyodorkan jari kelingking. Faqih tersenyum,lalu ia mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari Ammar dan Amara bergantian.
"Bye, Sayang, Assalammualaikum," ujar Salwa pada kedua buah hatinya.
Kemudian, Salwa dan Faqih masuk ke dalam mobil. Kali ini Faqih yang menyetir mobil untuk Salwa.
"Faqih , kenapa kamu nggak nerusin kuliah?" tanya Salwa di mobil pada Faqih ketika di perjalanan.
"Malas, Kak. Lagian di kampus tidak ada lagi yang mau berteman dengan anak koruptor," jawab Faqih .
"Kamu jangan gitu. Jangan memikirkan tanggapan orang lain. Fokus pada masa depanmu dan buktikan kamu masih bisa berdiri menegakkan kepala. Tapi, jika suatu saat nanti kamu jadi pejabat. Perlihatkan menjadi pejabat yang amanah lebih terhormat dan bahagia," balas Salwa.
Sesaat Faqih menoleh pada Salwa dan mencerna setiap kata yang disampaikan Salwa.
"Makasih nasihatnya, Kak. Makasih juga mau menerima dan berteman denganku," ujar Faqih dengan mata tetap fokus ke depan.
Sekarang gantian Salwa yang melihat Faqih . Kehidupan memang tidak berjalan mulus saja, pasti ada masalah yang akan dihadapi dan masalah setiap orang berbeda-beda.
***
Lebih kurang dua jam perjalanan, karena terjebak melalui padatnya kendaraan. Faqih dan Salwa pun sampai di lokasi syuting film. Lokasinya di salah satu Sekolah Menengah Umum. Waktunya sengaja dipilih hari Sabtu agar tidak mengganggu proses belajar mengajar.
Kedatangan Salwa disambut oleh Richard yang sudah berada di lokasi syuting. Ketika Salwa datang ternyata syuting sudah dimulai. Kemudian, Senja diajak Richard melihat beberapa adegan yang sudah terekam.
"Masih kurang," ujar Salwa.
"Kurang apalagi, sih? Ini udah yang ke sepuluh kali kamu bilang masih kurang. Kamu sengaja ngerjain aku?" tanya Kevin kesal menatap tajam pada Salwa .
Setelah Salwa melihat rekaman adegan tadi, ia merasa masih kurang sempurna. Kemudian, Richard meminta adegan diulang. Benar kata Kevin , itu memang udah ke sepuluh kali Salwa mengatakan masih kurang.
"Tunggu." Salws hanya membalas satu kata itu menjawab pertanyaan Kevin .
"Faqih sini!" Salwa memanggil Faqih , lalu meminta Faqih memerankan adegan anak sekolah yang diperankan Kevin .
Semula Faqih ragu, tetapi ia akhirnya mau, karena melihat Salwa meminta dengan sungguh-sungguh.
Faqih membaca skrip film sebentar, lalu ia mulai melakukan peran yang dilakukan Kevin tadi.
"Sempurna!" teriak Salwa.
Ia melihat Faqih sangat cocok memerankan peran anak sekolah yang sesuai dengan naskah film dan sama dengan part awal pada novel. Kisah yang menceritakan remaja.
"Shit! Maksud kamu apa? Kamu sengaja mau mengganti peranku dengan bocah ini?" tanya Kevin geram pada Salwa.
"Iya, karena Faqih lebih cocok memerankan adegan ini. Kamu sepertinya lebih cocok di adegan dewasanya. Lagian adegan remajanya cuma sedikit. Jadi, peran kamu sebagai pemeran utama tidak akan tergeser," jelas Salwa menjawab pertanyaan Kevin dengan tenang.
"Betul. Sepertinya itu tidak masalah. Aku juga melihat bocah ini lebih cocok dengan adegan tadi," ujar Richard membela Salwa.
Richard dan juga sutradara setuju dengan penjelasan Salwa tadi. Hanya Kevin yang terlihat kesal. Ia menduga Salwa sengaja melakukan itu, lalu Kevin pergi meninggalkan tempat itu dengan kesal.
Kemudian, Faqih disuruh berganti pakaian dengan pakaian sekolah, lalu wajahnya dipoles make up oleh penata rias.
"Action!" teriak sutradara
Adegan pun diulangi lagi oleh Faqih dan pemeran film lainnya. Salwa tersenyum puas melihat Faqih beradegan. Ia tersenyum juga karena berhasil mengerjain Kevin . Tadi sebenarnya ia sengaja melakukan itu, tetapi tidak diduga ternyata Faqih memang lebih cocok dengan adegan itu.
***
"Kak Salwa, apa kamu sengaja melakukan itu tadi?" tanya Faqih di mobil sepulang mereka dari lokasi.
Salwa kaget mendengar pertanyaan yang diajukan Faqih .
"Enggak, Faqih . Kamu memang lebih cocok memerankan adegan itu daripada Kevin ," jawab Senja yang tidak bisa menjawab pertanyaan Faqih sejujurnya.
"Apapun yang pernah terjadi di antara kalian. Tolong jangan pernah libatkan aku dalam sebuah permainan," ucap Faqih dengan wajah serius sambil tetap fokus menyetir.
Senja terdiam mendengar ucapan Faqih . Ia menjadi merasa bersalah melakukan hal tadi.
Mobil mereka baru saja berhenti di halaman rumah Salwa.
"Bunda, ayah tadi belikan aku boneka!" teriak Amars mengejar Salwa yang baru keluar dari mobil.
Faqih yang juga baru keluar dari mobil mendengar jelas ucapan Amara dan juga melihat Kevin berdiri di teras rumah Salwa. Faqih lalu menoleh pada Salwa meminta penjelasan.
"Ternyata benar dugaanku, kalian berdua memang bersenkongkol melakukan hal tadi!" ujar Kevin yang sudah berada di dekat mobil Salwa.
"Kamu salah kalau menduga seperti itu. Tapi, kamu bebas mau berpendapat apa," sahut Salwa, lalu mengajak Amara masuk ke dalam.
"Tunggu!" Kevin mencekal lengan Salwa.
"Kamu harus berpikir dua kali kalau mau main-main denganku, mantan calonku," bisik Kevin pada Salwa.
Salwa lalu menepis lengan Kevin dan melangkah masuk menggandeng Amars dan Ammar. Faqih yang berada di sana hanya memperhatikan yang terjadi. Setelah itu Kevin masuk mobil dan pergi dari sana.
Bersambung

Komento sa Aklat (42)

  • avatar
    EdiCarlos simbolon

    bgs

    8d

      0
  • avatar
    ElepJumani

    saya suka

    30/05/2022

      0
  • avatar
    Muhammad R

    asd

    15/05/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata