logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

BAB 6 Firasat Ibu

Jarum jam dinding terus bergerak pelan. Malam semakin sunyi, hanya binatang malam yang mulai terdengar mengisi kesunyian malam itu...hingga tiba-tiba
“Kriiing....kriiing, terdengar telepon seluler yang diletakkan di meja berbunyi nyaring.
Gegas Arin mengambilnya dan memencet tombol bersimbol telepon berwarna hijau
(Assalamu’alaikum Arin...ini ibu, Nak) terdengar suara yang sangat familiar di telinga Arin
(Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, iya Bu...maafin Arin ya Bu..Arin sampai lupa tadi mau telepon Ibu, malah ibu lebih duluan yang telepon)
(Iya ngga papa Arin, cuman ibu tiba-tiba khawatir, Ibu ingat terus sama Arin) suara di ujung telepon terdengar begitu khawatir.
(Kamu baik-baik saja kan, Nak?) tanya ibunya.
(Iya Bu, Alhamdulillah Arin baik-baik saja..bahkan besok pagi sudah mulai kerja di perusahaan tuan Acung, doakan Arin ya Bu...)
Seperti paman dan bibinya, ibu memberikan petuah macam-macam padanya. Tidak tahu mengapa ikatan batin seorang ibu memang sungguh luar biasa, tanpa diminta beliau pasti akan memberikan doa dan dukungan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan ada perasaan yang sulit diartikan beliau sering tiba-tiba .menelepon hanya sekedar ingin mengetahui keadaan anak-anaknya.
######
(POV Ibunda Arin)
Malam semakin larut, terdengar suara jengkerik bersahut-sahutan. Binatang malampun mulai berbunyi sahut menyahut. Bulan seperti malu malu menampakkan dirinya.Di ranjang, aku membolak-balikkan badan..Entah mengapa malam ini terasa panjang kulalui.Sudah tiga harian ini aku selalu kepikiran Arin.Tidak biasanya ingatanku terus tertuju kepadanya. Baik-baik sajakah dia?
Hatiku begitu gelisah malam ini; berjingkat aku keluar kamar untuk menengok adik-adik Arin di kamarnya. Terlihat si kembar tertidur lelap seperti bermimpi indah. Begitu damai wajah mereka; tidak tega aku membangunkannya untuk sekedar menemaniku berjaga dari kesunyian malam ini. Aku benar-benar tidak tega kalau sampai membuat mereka terbangun dari tidurnya.
Dengan hati yang kian tak menentu; Ku taatap nanar foto keluarga yang terpajang manis di ruang keluarga, bang Leman seperti tersenyum penuh kasih padaku, aku jadi kangen suamiku. Sesekali di luar terdengar lolong anjing yang tak tahu arah rimbanya. Semakin membuat gelisah hati dan pikiranku. Istigfar tak henti-hentinya kugumamkan.
Aku tengok jam di dinding kamarku baru pukul 02:30. Azan Subuh masih lama. Untuk menutupi kegelisahan hati, aku ambil wudu lalu kukerjakan salat Tahajud, berzikir dan berdoa sebisaku...hatiku akhirnya menjadi tenang. Selesai salat sunah kulepaskan mukena dan kulipat bersama sajadahnya.kembali ke kamar untuk sekedar merebahkan diri menemani si kembar.
Entah sampai berapa menit ke depan aku terbangun. Sayup-sayup terdengar Azan Subuh dari toa Masjid yang tak terlalu jauh jaraknya dari rumah.
Aku bangunkan Dani dan Dito untuk melaksanakan salat Subuh berjamaah di masjid
‘’Dani,Dito ayo bangun Nak, salat Subuh dulu,’’
Kuguncang-guncangkan tubuh gempal mereka secara bergantian.
Aku sangat bersyukur, meski mereka sekarang jadi anak yatim tapi mereka tetap tumbuh sehat tidak kekurangan gizi. Mereka juga mulai ceria, seperti sudah bisa menerima kenyataan kalau Bapaknya sudah ngga ada. Pikiran merekapun sudah mulai berkembang baik. Permintaannya tidak pernah macam-macam. Alhamdulillah... .
Aku lihat Dito yang terlebih dulu bangun. Tangannya diregang-regangkan seperti sedang berolah raga ringan, hingga sesaat kemudian Dani kulihat menguap dan ikut terbangun.
‘’Ayyooo berdoa terus ganti baju gegas ambil wudu ya... ibu tunggu di depan,’’perintahku pada si kembar.
Kulihat mereka ogah-ogahan bangkit dari ranjangnya, ambil baju ganti, keluar kamar dan ambil wudu.Tergopoh-gopoh mereka berusaha menjejeri langkahku yang gegas berangkat ke masjid, takut telat soalnya.
Selesai menunaikan kewajibanku tiba-tiba berkelebat bayangan Arin di depanku. Ada apa ini?
Arin anak sulungku, perempuan satu-satunya. Sebenarnya aku berharap dia bisa menemani hari-hariku di sini. Sepeninggal bapaknya tidak ada satupun yang bisa aku ajak mencurahkan segala suka dukaku, keluh kesahku. Namun apa dayaku,aku juga tidak bisa tetap membiarkannya terus berada di sini namun dengan masa depan yang tak pasti. Lebih baik dia mencari masa depannya di kota, toh ada paman dan bibi serta sepupunya.
Aku coba menenangkan diri, berzikir dan berdoa sebisaku. Aku ambil kitab suci membacanya pelan.
Dadaku bergetar tak karuan, seperti ada yang berdenyut-denyut di relung hatiku..nyeri. Aku tidak tahu mengapa. Ingatanku terus pada Arin di Sukadamai. Tidak biasanya ini terjadi padaku. Selama ini aku merasa yakin dia akan baik-baik saja...tapi setelah aku dengar dia akan bekerja di perusahaan tuan Acung, ada perasaan khawatir yang teramat dalam.
Padahal aku sendiri belum pernah ketemu dengannya. Mengenal namanya saja baru sekarang, itupun setelah Arin bercerita. Tapi sepertinya aku begitu dekat mengenalnya. Siapa dia sesungguhnya? hatiku terus bertanya-tanya.
Sepulang dari masjid, kunyalakan kompor menjerang air. Mau memasak kutengok magic com masih banyak sisa nasi semalam yang kutanak. Mending kubikin nasi goreng saja campur telor,sayuran worel, kol dan daun bawang. Pasti si kembar suka.
Kucuci bersih sayuran itu, potong-potong. Tak lupa bawang merah putih dan cabainya, garam dan kecapnya juga.
Kugoreng nasi kemudian kuhidangkan di meja makan. Setelah mandi pagi, kuajak anakku makan bersama, terlihat begitu lahap dia. Alhamdulillah.
Setelah beres-beres rumah, kutengok jam di dinding pukul 08:05. Masih pagi. Kebetulan hari ini ada baju pesanan bu Diah yang mau diambil nanti sore. Aku harus segera menyelesaikannya sekarang.
Belum lagi aku sampai di tempat mesin jahit tergeletak, tiba-tiba telepon selulerku berbunyi.
Kriiing... .
Tidak kubiarkan lama-lama mesin pintar itu berbunyi dua tiga kali, gegas kuambil dan kupencet tanda telepon berwarna hijau.
(Assalamu’alaikum Ibu...ini Arin)
Ternyata Arin yang meneleponku. Dia berpamitan akan segera berangkat ke perusahaan tuan Acung. Kembali perasaanku tidak enak rasanya. Entah kenapa. Aku hanya memberinya pesan macam-macam semampuku, juga doa dan dukungan terbaik tentunya. Semoga Arin selalu dalam Lindungan Sang Maha Segalanya.
*****

Komento sa Aklat (147)

  • avatar
    AzisAbdul

    wow

    8d

      0
  • avatar
    FauziahNada

    menarik

    03/08

      0
  • avatar
    Ayam RacerKentut

    woow

    28/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata