logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Why?

-Diperjalanan-
Rainna menelusuri jalan mengikuti hembusan angin, ia hanya bisa terus berjalan tertunduk lesu dengan wajah pucat yang terlalu banyak menangis.
Banyak mata tertuju padanya karena ia terus berjalan menundukkan kepalanya dengan tubuh yang lemas tanpa menghiraukan lingkungan sekitarnya.
Meski tak banyak orang melihat, namun ada beberapa orang memerhatikan dan kemudian menggodanya.
" Kenapa neng? ko nangis entar jelek loh," celoteh sopir angkot yang sedang mengetem.
" Putus cinta ya manis." Sahut abang becak dipinggir jalan juga menggodanya.
Rainna tetap berjalan tanpa melihat ataupun menghiraukan orang-orang yang menggodanya, ia hanya terfokus pada penderitaan yang ia alami barusan.
Rainna hanya terheran dengan dirinya sendiri, mengapa ia sanggup bertahan dengan lelaki tamak yang keji sepertinya.
"Dia pasti selama ini juga punya pacar selain aku, ah terserah lah bajingan itu! Menyebalkan!" Batin Rainna sambil berjalan lagi.
" Krriingg..." Suara ponsel Rainna berbunyi, ia pun langsung mengambil ponselnya yang berada didalam tas. Saat ia melihat ternyata ada panggilan masuk dari Lily.
Rainna pun tak menjawabnya, ia masih belum bisa untuk bercerita kepadanya sekarang, karena hati dan pikiran Rainna masih sangat kacau. sehingga ia hanya bisa melihat ponselnya, kemudian meletakkannya kembali kedalam tas.
Rainna masih terus berjalan menyusuri setiap gang yang ia lewati. Dengan diamnya yang tegar ia pun bertanya pada dirinya sendiri dalam hati, kenapa dengan aku? Sakit sekali rasanya. Perjalanan Rainna pun berakhir di tempat kosnya, pada akhirnya ia tidak kembali lagi ke kampus.
"Bbrrakk." Ia pun membanting tubuhnya ke kasur tanpa berganti baju terlebih dahulu. Mengambil bantal untuk menutupi mukanya, lalu ia menangis sejadi-jadinya.
" Krriingg..." Suara ponselnya terus berbunyi, Rainna pun merasa sudah sangat lelah, hingga ia tak menghiraukan deringan itu, karena ia ingin beristirahat sejenak.
- Sore hari-
Rainna terbangun, karena mendengar derasnya hujan pada sore ini, alam seolah tau betul apa yang dirasakannya saat ini. Ia membuka jendela kamarnya dan menikmati suasana hujan di sore hari ini.
Lalu ia mengambil ponselnya yang berada didalam tas, melihat ponselnya ternyata sudah ada banyak notifikasi, 5 pesan singkat dan panggilan tidak terjawab dari Lily teman baiknya.
[" Na apakah kamu baik-baik saja?kamu kembali kekampuskan? kita ada tugas kelompok."]
[" Rainna, kenapa engga angkat telpon ku?"]
[" Na, kamu tidak baik-baik saja kan?"]
[" Nanti hubungi aku kalau kamu sudah membaik ya?"]
[" Rainna, aku sangat khawatir sama kamu."] Itu pesan Lily
" Ah dia sangat cerewet", ucap Rainna sambil membalas pesan Lily. ["It's okay, jangan terlalu khawatir, aku engga kehilangan arah, maaf engga hadir dalam tugas kelompoknya."] Balas pesan Rainna ke Lily
[" Tidak masalah, Apa kamu sudah makan?"] Balasanya. Lily tidak langsung menanyakan bagaimana Rainna bertemu dengan Eden tadi.
Rainna bersyukur memiliki dia sebagai teman dekatnya saat ini. teman yang pengertian seperti dirinya, yang telah memberikan ruang untuk Rainna sendiri, ia juga tak terburu-buru untuk cepat mengetahui apa yang telah terjadi pada Rainna.
Rainna masih tak berselera untuk makan karena kejadian hari ini. Agar ia tak membuat teman baiknya itu semakin khawatir dengannya. Rainna pun membalas pesannya dengan sedikit berbohong padanya [" Sudah."]. Lily pun langsung membalasnya ["Syukurlah kalau sudah makan, aku cukup lega dengarnya."] Pesan yang baru dibalasnya mengakhiri obrolan diruang pesan mereka.
Rainna kembali ketempat tidurnya yang nyaman untuk merebahkan badannya yang masih terasa lelah " Ah apa aku tidur lagi saja ya, kenapa denganku? Aku terus merasa sedih seperti ini!" Gumamnya pada diri sendiri sambil meletakkan ponselnya diatas meja kemudian ia berbaring kembali.
Tak lama berselang, saat ingin memejamkan matanya ponselnya pun berdering kembali. "Krriiiing..." Rainna bergegas bangun dan mengambilnya ternyata ada telpon dari Bapak. Tak menunggu lama Rainna pun menjawab teleponnya. " Haloo iya pak"
" Haloo, kamu sudah selesai kuliah?"
" Iya sudah pak, kenapa?"
" Eemm begini sepertinya Bapak dan Ibu memutuskan untuk bercerai! Karena kita sudah lama pisah rumah ". Ucap bapak yang dengan santai mengatakan soal perceraiannya kepada Rainna seolah perceraian seperti hal yang ringan.
Rainna pun kaget dibuatnya, ia seperti menerima durian runtuh sekaligus hari ini, begitu berat dan teramat sakit bila terkena kulitnya yang begitu berduri dan tajam.
Rainna melotot kaget, tangannya bergetar. " Hee, cerai? Sudah lama pisah rumah! Maksudnya?".
" Iya, Bapak harap kamu bisa mengerti kami."
Apa maksud semua perkataannya, Rainna masih bingung dan berusaha mencerna sedikit demi sedikit, ia mencoba bertanya kembali kepadanya sambil gemetar " Sejak kapan bapak dan ibu sudah pisah rumah?"
" Sebenarnya sejak tahun lalu, kami berusaha menutupi dari kalian semua". Sambungnya hingga Rainna tertegun kaget " Hah, kenapa harus begitu?" Jawab Rainna benar-benar bingung, jantungnya berdegup kencang.
Tanpa ia sadari, lalu menutup langsung telpon Bapaknya, begitu teramat sangat hancur, ia duduk dilantai dan merangkul tubuhnya yang lemas, baru siang tadi ia merasakan sakit yang teramat perih, sekarang ia harus mendengar kabar bahwa orang tuanya benar-benar akan berpisah. Ia kini harus menerima luka yang teramat dalam.
Rainna menangis dengan derasnya. "Trriiing", notifikasi 1 pesan singkat dari ponselnya berbunyi
["Rainna, ini ibu... Ibu memutuskan mengurus surat cerai dengan bapakmu, kami benar-benar sudah tidak bisa bersama, ibu berharap kamu memaklumi kita berdua."]
Lagi-lagi ia bagai tersambar petir disiang bolong! Rainna hanya membaca pesan yang dikirim ibunya dengan gemetaran, "Ada apa dengan mereka? Sangat tidak memikirkan perasaanku."
"Kenapa mereka lebih mementingkan keegoisan mereka masing-masing hingga mengesampingkan kepentingan aku dan kakak sebagai anak yang mereka korbankan." Batinnya yang terus bertanya-tanya kebingungan.
Rainna terus termenung, terkadang air matanya pun masih terus berderai, ia terus bertanya pada diri sendiri, "Kenapa semua ini? Apa yang terjadi denganku? Apa aku melakukan kesalahan hingga mereka semua dengan teganya seperti ini padaku? Apa kami berdua bukan anak yang baik sehingga mereka berusaha untuk pergi meninggalkan kita? Hatiku benar-benar terasa perih, teramat sangat sakit sekali rasanya."
-Kilas balik-
Rainna kecil hanya merasakan bahwa keluarganya adalah keluarga yang harmonis, ada Ibu dan Bapak, yang selalu bersama. Mereka pun seperti keluarga pada umumnya, makan bersama satu meja, pergi jalan-jalan bersama.
Dulu Rainna kecil tak pernah menyadari, ternyata dibalik kebersamaan mereka saling tidak tersenyum satu sama lain. Akhirnya semakin Rainna dan kakak laki-lakinya tumbuh, mereka pun semakin merasakan atmosfer ketidak akuran orang tuanya, entah apa masalah sebenarnya.
Sewaktu Rainna dan Ravi duduk di bangku SMA, mereka dengan jelasnya menunjukkan bahwa mereka sibuk masing-masing. Pak Surya pun sering pulang malam bahkan kadang tidak pulang. " Selalu tidak pulang, alasannya lembur lembur? Aku juga bekerja tetapi tidak gila kerja sepertimu!" Teriak Ibu Ambar kepada pak Surya.
" Aku memang benar bekerja, lembur pun untuk kita semua hasilnya! Jangan menyalahkan aku terus, mengatai ku gila kerja sebaliknya kamu bagaimana?" Teriak pak Surya semakin meninggikan nada bicaranya.
-----

Komento sa Aklat (13)

  • avatar
    RdpSukamto

    bagus banget

    23/06

      0
  • avatar
    DiantoYaasss

    bagus

    08/04/2023

      0
  • avatar
    Afifah Abdullah

    ok faham

    31/03/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata