logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 5. A Sweet Mistake

Suasana pesta yang meriah tidak cukup menghibur hati Semira saat ini. Ada banyak hal yang membuatnya sulit menikmati gala dinner yang diselenggarakan perusahaannya.
Urusan pekerjaan yang masih belum tuntas dan insiden beberapa minggu yang lalu dengan Chandra membuatnya kehilangan mood untuk ambil bagian dalam gala dinner ini. Namun posisinya sebagai seorang CMO membuatnya harus hadir diacara yang meriah itu.
Semira menyendiri di salah satu sudut sambil menikmati segelas cocktail. Dia tidak berminat untuk berbaur dengan rekan dan koleganya di lantai dansa atau sekadar berbincang-bincang.
Malam ini hampir seluruh bagian manajerial dan karyawan perusahaan tempatnya bekerja hadir dan menikmati pesta. Semua orang tampak bergembira dan menikmati kemeriahannya.
Mungkin hanya Semira yang sedari tadi tidak ikut terbawa suasana. Dia hanya duduk di salah satu sudut sambil menikmati minuman dan hidangan dan mengamati suasana sekitarnya.
Sesekali disesapnya minuman yang digenggamannya. Entah ini gelas ke berapa yang telah dihabiskannya.
Meski bukan penikmat alkohol, Semira menggemari minuman sejenis cocktail dan wine. Namun dia tidak pernah meminumnya melebihi batas. Hanya sebatas satu atau dua gelas.
Namun malam ini dia telah melebihi batas toleransinya. Sedikit rasa pusing mulai menyerangnya setelah dia menghabiskan gelas cocktail terakhirnya.
Badannya mulai terasa ringan dan sedikit gerah. Dengan agak terhuyung-huyung, Semira menuju ke rest room.
Dia perlu menjauhkan diri sejenak dari hingar bingar pesta yang membuat kepalanya semakin pusing. Dia memerlukan udara segar.
Dengan pelan ditelusurinya lorong yang membawanya ke area rest room. Dia tidak berniat menuju ke kamar kecil.
Dia hanya ingin mencari udara segar untuk menghilangkan efek mabuk dari minuman yang dihabiskannya tadi.
Lorong itu membawanya ke sebuah balkon terbuka. Udara malam yang mulai mendingin dan kelap-kelip lampu di kejauhan membawa kesegaran bagi Semira.
Dengan sedikit limbung, Semira bersandar di teralis besi yang memagari balkon. Dinikmatinya hembusan angin malam dan pemandangan kota di malam hari.
"Cantik, sungguh cantik," gumamnya seorang diri.
"Namun tetap lebih cantik anda, Ibu Semira." Sebuah suara berat mengejutkannya.
Semira menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria tengah berdiri di ujung balkon menyandar dengan santai, menatapnya. Di tangannya tergenggam segelas cocktail.
"Damar?" Semira menyipitkan matanya, mencoba mengenali pria itu.
"Rupanya Ibu Semira masih mengingat saya." Pria itu tersenyum dan melangkah mendekatinya.
Pria itu semakin mendekat ke arahnya. Semira sama sekali tidak ingin menghindar. Dia hanya terpaku seakan menantikan pria itu mendekatinya.
"Apakah anda baik-baik saja?" Damar tertegun menatapnya setelah tiba di dekatnya. Jarak mereka kini hanya tinggal selangkah lagi.
"Sepertinya aku terlalu banyak minum." Semira tertawa lirih.
Tiba-tiba Semira terhuyung hendak jatuh. Tubuhnya limbung tak mampu menahan beban berat badannya.
Reflek Damar menahan tubuh perempuan itu. Semira tidak menolak saat Damar membantunya untuk berdiri tegak.
"Maaf," bisiknya lirih.
Semira merasa tidak tahu yang terjadi pada dirinya. Apakah benar ini efek mabuk atau sesuatu yang lain yang membuatnya ingin menatap pria yang kini tengah menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Tak apa. Sepertinya anda memang terlalu banyak minum." Dengan tenang Damar membantu menegakkan tubuhnya lagi.
"Mungkin saya perlu membawa ibu ke tempat yang lebih nyaman?" Damar menawarkan bantuannya lagi.
"Semira, panggil aku seperti itu. Aku ingin di sini. Menikmati angin malam yang sejuk dan indahnya kota di malam hari." Semira kembali berbisik lirih.
"Baiklah. Semira, nama yang indah." Damar perlahan menundukkan kepalanya dan berbisik di telinga wanita itu.
Dalam jarak yang terlalu dekat, dia bisa menatap wajah cantik perempuan itu yang nampak sedikit bersemu kemerahan. Efek minuman membuat Semira sedikit mabuk namun tidak sepenuhnya kehilangan akal.
Sungguh membuat Damar tergoda untuk menyentuh pipi yang halus dan mengecup bibir kemerahan merekahnya. Dan aroma wangi khas seorang wanita membuatnya hampir kehilangan kendali.
Namun dia ingat untuk tidak membuat wanita ini merasa di manfaatkan dalam kondisinya yang tidak berdaya. Itu bukanlah kebiasaannya. Dia tidak perlu berlaku curang untuk mendapatkan seorang wanita sekalipun hanya untuk pelepas hasrat sesaat.
"Aku tidak menyangka bertemu denganmu lagi di sini." Semira kembali berbicara meski dengan agak kurang jelas.
"Saya juga tidak menyangka bertemu dengan anda lagi dalam kondisi seperti ini. Apakah anda selalu mabuk di setiap pesta?" Damar menatap mata kecoklatan yang bening dan berkilau indah.
Semira balas menatap mata hitam kelam Damar dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak pernah mabuk sebelumny." Balasnya setengah merajuk.
Damar tersenyum. Baru sekali ini ada wanita yang berani menatap matanya dengan langsung.
Meskipun Semira setengah mabuk namun wanita ini masih sadar. Dia sedikitpun tidak menghindar saat saling bersitatap mata dengannya.
"Aku belum berterimakasih padamu dengan benar. Terimakasih telah menolongku waktu itu. Aku tidak tahu bagaimana harus membalasmu." Semira bergumam lirih.
"Apakah kamu benar-benar ingin membalasnya?" Damar bertanya pada wanita setengah mabuk itu.
Kali ini dia tidak lagi menggunakan saya dan anda untuk saling menyapa. Situasi mereka saat ini sepertinya tidak cocok untuk saling bersopan santun seperti biasanya.
Semira menganggukkan kepalanya. Dia masih menatap mata Damar. Entah mengapa mata hitam kelam pria itu seperti menghipnotisnya. 
"Bagaimana kalau sebuah ciuman?" Damar tersenyum menggoda wanita itu.
Semira membulatkan matanya. Sedetik kemudian dia terkekeh.
"Hanya ciuman bukan?" Tanyanya dengan polos.
"Jika kamu menginginkan yang lebih, aku tidak keberatan." Damar menyeringai kembali menggodanya.
"Satu ciuman saja." Semira mengacungkan jari telunjuknya di depan Damar.
l
Damar menyingkirkan jari wanita itu dan merengkuh punggungnya dengan satu tangannya. Bibirnya perlahan mendekat pada bibir Semira. Selanjutnya Damar mengecup bibir merahnya dan mengulumnya dengan lembut.
Semira tertegun menerima ciuman pria itu tanpa ada rasa ingin menolak. Justru dia membalas kuluman bibir pria itu saat bibirnya mulai menjelajahi setiap sudut mulutnya.
Bahkan dengan reflek Semira mengalungkan lengannya pada leher pria itu. Sementara Damar mulai mengusap punggungnya yang setengah terbuka.
Untuk beberapa saat mereka terhanyut dalam ciuman yang menggelorakan gairah mereka. Membuat mereka lupa akan segalanya.
Damar menciumnya dengan lembut namun penuh gairah. Ditatapnya wanita dalam dekapannya dengan seksama. Semira pun menatapnya dengan tatapan penuh gairah.
Bibir dan lidah mereka tidak berhenti berpagut dan terjalin saling mencari dan menikmati sentuhan hangat yang tercipta melalui gairah mereka.
Damar baru menghentikan ciumannya saat mereka berdua mulai kehabisan napas. Namun dia masih merengkuh Semira dalam dekapannya.
Wanita itu tidak menolaknya. Namun kini dia memalingkan pandangannya ke arah lain. Lengannya pun tak lagi memeluk leher Damar.
"Maaf, aku terbawa suasana," bisiknya dengan canggung.
Damar tersenyum. Di belainya rambut panjang wanita itu. Di rapikannya beberapa helai rambutnya yang berantakan tertiup angin.
"Tidak perlu meminta maaf. Kita impas sekarang," ucapnya dengan tenang.
"Damar, ini salah. Tidak seharusnya kita seperti ini. Maaf ini mungkin karena aku mabuk." Semira masih mencoba mengelak untuk mengakui situasi mereka yang sudah melampaui batas.
"Yah ini salah Semira. Tapi percayalah ini sebuah kesalahan yang manis." Damar berbisik di telinganya.
Semira tertegun mendengarnya. Apa yang dikatakan Damar mungkin benar. Dia sadar sepenuhnya ini sebuah kesalahan.
Namun toh sedari awal dia tidak berniat untuk menolak pria itu. Sejujurnya dia menikmati ciuman penuh gairah tadi.
"Ya benar, ini kesalahan yang terlalu manis untuk dihindari." Semira menatap Damar dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Semira ini hanya awal. Selanjutnya akan banyak kesalahan manis yang tidak bisa kita hindari lagi. Tapi aku tidak keberatan untuk itu." Damar kembali merengkuhnya.
Meski sadar ini sebuah kesalahan, mereka kembali hanyut dalam gairah. Sebuah ciuman kembali menghantarkan mereka melakukan kesalahan manis selanjutnya.
Mereka baru berhenti saat menyadari pesta telah hampir usai. Damar membawa Semira keluar dari pesta sebelum acara itu benar-benar usai.
Dia mengantarkan wanita itu pulang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mengingat dia dalam keadaan setengah mabuk.
Sebuah kesalahan manis inilah yang mengawali kisah Damardjati dan Semira. Kisah mereka mengalir dengan indah meski sebagian hanyalah kisah semu. Entah kapan kisah semu mereka akan terurai dalam kenyataan yang sama indahnya.

Komento sa Aklat (79)

  • avatar
    AnandaMutiara

    sukaa

    11d

      1
  • avatar
    GustiGilang

    aplikasi ini sangat bagus

    16/08

      0
  • avatar
    Aziz Abdul

    cara naik duet nya gmna ygy

    21/01

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata