logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Uang adalah semangat hidup

'Sekarang Bosku dan Aku berada di dalam rumah dan hanya berdua saja, tanpa seorang pelayan ataupun kedua orang tuaku.
 
 Bosku dan Aku menginap di desa malam ini. Itu semua karena aku yang sangat ingin kabur darinya.
 Lalu sekarang,  bosku dan Aku berada di dalam ruang tamu.
 Bosku Akkkhh, Sialan, brengsek, kurang ajar.
 Sebenarnya Apa yang sedang kamu lakukan?'
 
 Suna menahan wajah Dian yang telah mendekati wajahnya. Saat ini,  wanita itu sedang bersandar di dinding papan rumah dengan lingkaran tangan Dian yang berada di pinggangnya.
 
 Berkali-kali tangan Dian berusaha memegang leher Suna, tetapi wanita itu telah berhasil berkali-kali menepis tangan Atasannya.
 
 'Sialan'.
 Suna memaki lagi di dalam hati, wanita itu sangat kesal melihat perilaku tidak senonoh dari atasannya tersebut.
 “Tolong, lepaslah bos!” Suna menepuk wajah Dian dengan telapak tangannya, hingga wajah laki-laki itu bergerak mundur ke belakang beberapa saat lalu kembali lagi, tepat ke depan wajah Suna.
 
 “Hanya satu ciuman saja, mengapa dipermasalahakan?
 
 “Masalah bos, astaga, aku tidak mau. Lepas bos! ya ampuuuun."
 Suna menutup seluruh wajah Dian dengan kedua telapak tangannya, menahan wajah laki-laki itu mendekati wajahnya karena ia belum juga mau menghentikan perilakunya untuk mencium Suna.
 
 “Aku tidak bisa hidup tanpa wanita.”
 
 “Iya iya iya, ayo kita keluar cari wanita!"
 
 “Tidak mau, aku lelah menyetir, kamu juga tidak bisa menyetir , bukan?”
 Suna mengernyitkan dahi, merasa kesal dan geram dengan tingkah atasannya. Ia sangat berharap orang tuanya cepat kembali  agar dia bisa segera lepas dari gangguan yang saat ini menimpanya.
 
 “Ya sudah ya sudah, ini,” Suna menyerah, ia mulai menutup mata untuk membiarkan Dian menciumnya.
 Taaakkk
 "Aduh."
 
 Dian menjentikan jarinya di dahi Suna, lalu melepaskan pelukan untuk wanita itu, sepertinya ia telah mengurungkan niat untuk mencium bibir Suna malam itu.
 
 Dian senang meledek Suna. Tingkah wanita itu sedikit mampu menyenangkan hatinya.
 
 “Apa lagi bos?, kenapa tidak melakukannya?"
 
 “Aku lapar.”
 Dian mengeluh lalu berbaring di atas tikar yang terbuat dari potongan kulit bambu sembari meraih remote dan menyalakan televisi.
 
 “Bos!”
 
 “Lapar Suna, paham tidak?”
 
 “Mie, mau?”
 
 “Tidak.”
 
 Ckck Suna berdecit, ia mulai melangkah pergi menuju ke arah dapur  untuk melihat makanan yang telah disajikan oleh ibu nya hari itu.
 
 “Di sini ada ayam rendang, kau mau tidak bos?” teriaknya dari arah dapur pada Dian yang terlihat sedang fokus di depan layar televisi.
 
 “Tidak.”
 
 “Tidak ada yang lainnya, lalu bagaimana ini?" Suna mengulangi teriakannya lagi sembari berjalan keluar dari dapur.
 
 “Beli Steak saja!, aku ingin makan itu."
 
 “Tidak ada penjual Steak di desa bos, Astaga."
 
 “Pesan online saja, ”
 
 “Tidak ada pengantar makanan seperti di kota bos,"
 
 'Sudahlah, biarkan saja dia tidak makan. Rasakan sendiri akibatnya.'
 Suna menggerutu kesal di dalam hati, ia telah   kembali ke ruang tamu tanpa membawa apapun di tangannya.
 
 Dian melirik ke arah Suna yang tidak membawa apapun, “kamu tahu tidak, aku ini sedang lapar?"
 
 “Aku tahu."
 
 “Ya aku ingin makan, Suna."
 
 “Kamu tidak ingin semua makanan yang kutawarkan, makanan yang kau inginkan juga tidak ada di sini, jadi mau bagaimana lagi bos?" Suna mulai emosi, ia menyentakkan kaki, lalu mulai melangkah menuju pintu kamar, namun tangannya ditarik paksa jatuh turun dan menimpahi tubuh Dian.
 
 Dian memeluk Suna, “ sebentar saja."
 Suna sudah menebak bahwa  saat itu Atasannya pasti sedang merindukan Yuna.
 
 'Karena aku baik hati, aku akan membiarkannya.'
 Suna menarik nafas karena pelukan Dian terasa begitu erat.
 “Mie saja, aku akan memasak mie instan untukmu bos, aku juga lapar, bagaimana?"
 
 “Yuna tidak terlalu suka mie, karena Yuna tidak suka maka dari itu aku tidak ingin memakannya."
 
 “Ya sudah, hubungi saja direktur Yuna sana dan minta dia untuk datang kemari, bos!"
 
 Dian menggeleng kepala, dia jelas mengetahui bahwa Yuna tidak ingin dekat dengannya. Hatinya memang hancur sekali karena perbuatan tangannya sendiri namun tetap saja, dia bersikeras untuk memiliki Yuna.
 
 “Bos, aku lapar, ayolah kita makan mie!”
 
 "Aku liat di luar sana ada banyak sekali tanaman singkong. Hm, aku ingin memakan Singkong rebus."
 
 “Haa, Haaaaaaaaaaaa... Yang benar saja bos?" Suna mengangkat kepala lalu memandang wajah Dian tampak sumringah dan bersemangat untuk memakan makanan pilihannya malam itu.
 
 
 
**** Yes My Boss, Kupatuhi perintahmu*****
 
 (Suna POV)
 
 Bosku memang Keterlaluan.
 Aku tidak mengerti apa yang ada di dalam otaknya saat ini.
 
 Bosku ini memang sangat menyusahkan.
 Aku bahkan harus mencabut singkong demi menuruti keinginannya.
 
 Ini menyebalkan.
 Uhhhhhhhh
 Gila, ini sangat sulit untuk dicabut.
 
 “Lama sekali kamu suna, aku sudah lelah menyenterin kamu dari tadi." Bosku hanya berjongkok sembari memegangi senter, dia sedikitpun tidak memiliki niat untuk membantuku yang sedang berusaha mencabut Singkong dari dalam tanah.
 
 “Aku tidak kuat lagi bos."
 
 “Kamu sudah puluhan kali mengganti pohon, tetapi kenapa tidak ada satupun yang tercabut, Suna?
 
 Sialan dia ini. Dia memang selalu seenaknya saja kalau berbicara, sungguh, dia benar-benar menjengkelkan.
 
 Aku benar-benar ingin pergi menjauh dari dirinya, Astaga, ya ampun, Tolonglah, Tolong!
 
 Di dalam ada nasi, di dalam ada mie instan, di dalam juga ada ayam rendang, tetapi kenapa?, astaga, kenapa dia malah ingin makan Singkong?, aku bisa gila jika terus bersamanya.
 
 Sesungguhnya aku sudah bosan makan Singkong.
 Di masa lalu, ketika kami tidak memiliki uang untuk membeli beras, seharian aku dan kakakku hanya makan singkong saja maka dari itu, aku sangat tidak mau untuk memakannya.
 
 Sekarang aku  sudah memiliki uang, kenapa aku harus menuruti laki-laki ini untuk makan singkong lagi?
 
 Bosku memang orang yang paling menyebalkan yang pernah aku temui.
 
 Uuuuuhhhh
 “Cepet Suna!, aku sudah sangat lapar."
 
 “Bantu aku bos!"
 
 “Tidak, aku sudah menggajimu 10juta, bagaimana mungkin aku harus ikut turun tangan untuk membantumu?" Dia menolakku, astaga, menyebalkan sekali dekat dengannya, " baiklah aku akan membantumu, tetapi gajimu bulan ini akan berkurang, bagaimana?"
 
 “Ahaha,, tenang bos, tenang, aku ini serba bisa, tenagaku juga sangat kuat, jadi aku tidak perlu lagi bantuanmu."
 
 Aku tidak boleh kehilangan gaji penuh bulan ini, aku harus segera melunasi hutang orang tuaku.
 
 Di masa lalu demi melahirkanku dan menyekolahkan aku serta kakakku, orang tuaku pernah meminjam uang pada  rentenir  dengan bunga 15% dari hasil pinjamannya.
 
 Karena tidak memiliki apapun untuk digadaikan, terpaksa mereka menyetujuinya. Semakin lama, semakin besar hutang mereka dan akhirnya bunga semakin menumpuk. Hutang juga ikut bertumpuk-tumpuk.
 
 Demi kami, mereka bertahan hidup miskin maka dari itu, demi mereka, aku juga akan bertahan hidup susah bersama dengan bosku.
Suna, kumohon berjuanglah!
 
 Uuuuuuuhhhh
 Aku mohon singkong, keluarlah, keluar,
 Munculah muncul.
 
 “Hahahahahaha."
 Kenapa dia malah tertawa?, sudahlah, aku memang sudah menganggapnya gila sejak lama.
 
 “Suna wajah mu merah seperti itu, kamu jelek sekali.”
 Terserah dia mau bicara apa.
 Uuuuuuuhhh
 “Semangat hahahaha Suna, Suna, Semangat."
 Dia benar-benar bos yang gila.
 Sudah gila, keterlaluan lagi.
 Bagaimana mungkin dia tertawa di atas penderitaan yang sedang aku alami?
 
 
 Ck, uuuuuhhhhhh
 Ini adalah cobaan hidup, semua orang pasti pernah mengalaminya, maka dari itu, aku harus kuat dan terus berusaha.
 
 Uuuuuhhh
 
 “Suna, singkongnya sudah muncul."
 
 “Astaga. Apa yang sedang kalian berdua lakukan?"
 Akhirnya aku mendengar suara ayah, mereka sudah pulang dan membawa sesuatu.
 
 “Ayah,  bosku ingin makan singkong, jadi  aku mencabut singkong untuknya."
 
 “Kenapa kamu mencabutnya dengan tangan Suna?, harusnya kamu mencabutnya dengan cangkul."
 Astaga, Benar, kenapa aku bisa melupakannya?
 
 “Hahahaahaha."
  dia juga tidak mengingatkannya dan sekarang, dia tertawa lagi. Lalu ayah dan ibu juga ikutan tertawa bersamanya.
 
Sekarang aku menyadari bahwa akulah satu-satunya orang yang bodoh di sini.
 
**** Yes My Boss, Kupatuhi perintahmu*****
 
 Sungguh benar adanya.
 
 Bosku memang sengaja mengerjaiku.
 Singkong yang bahkan kulitnya sudah aku buka dengan usahaku sendiri lalu aku juga sudah merebusnya dengan bersusah payah tetapi dia tidak ingin memakannya. dia malah memilih untuk memakan nasi dan memakan makanan lain yang dibawa oleh orang tuaku dari rumah tetangga.
 
 Aku mohon, sisakan sedikit saja untukku!
Kenapa kamu menghabiskannya bos?, Semua itu semua. 
 
 Lalu sekarang..
 
 “Aku sudah kenyang, buat apalagi makan singkong rebus," ketika aku menawarkan singkong walau hanya sedikit saja, dia benar-benar tidak ingin memakannya.
 
 Dia sungguh keterlaluan.
 
 Aku meletakan kembali singkong ke dalam dapur tetapi,
 “Suna, bahan yang sudah dimasak harus dimakan. Kamu tidak boleh membuang-buang makanan." Ibuku juga  ikut keterlaluan. Dia memaksaku untuk memakan singkong rebus ini.
 
 
 Jadi aku terpaksa makan singkong malam ini.
 Padahal aku ingin sekali makan makanan yang dibawa oleh orang tuaku.
 
 Dan juga kenapa kerupuk terakhir dimakan olehnya dan dia tidak sedikitpun membaginya untukku?
 
 Bungkus plastik juga ia buang sembarangan.
 
 Kenapa?, Ahhh, kenapa aku harus mengenal dia? tolonglah bawa aku pergi dari sini!

Komento sa Aklat (39)

  • avatar
    KamsaniHirianzie

    uuu

    24/07

      0
  • avatar
    NurulFika

    Bagusss

    22/07

      0
  • avatar
    ZeniMuhamad

    bagus banget critanya...

    17/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata