logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Usaha Melupakan

Dulu sesuatu yang sering digenggam sekarang hanya bisa ditatap lewat jendela kelas. Tara hanya bisa tersenyum kecut mengingat itu.
Di sebelah gadis itu ada Sean yang sedari tadi diam menunggu Tara berbicara, tetapi gadis itu sama sekali tak membuka pembicaraan. Sean mengulum bibirnya gugup, ingin mengajak Tara berbicara tetapi takut mengganggu gadis itu.
"Sean," panggil Tara setelah lama berdiam diri.
"Hm?" Tara menghela napas kasar, menatap Sean di sebelahnya.
"Dia semakin jauh kayaknya." Sean menggeleng. "bukan ngejauh, dia cuma perlu waktu untuk kembali sama lo." Tara membuang muka. Sepertinya ucapan Sean sama saja artinya.
"Lo enggak bisa move on dari dia?" tanya Sean gemas. Bukan apa-apa Tara seperti berharap dengan sesuatu yang tak pasti.
"Enggak ada niatan move on," koreksi Tara.
"Nyerah deh gue." Tara mengedik tak peduli. Kembali memperhatikan Damar yang sedang bermain bola di tengah lapangan.
Benar, Tara sama sekali tak berniat melupakan Damar. Tak peduli bagaimana sifat Damar dengannya, karena dia sangat mengenal Damar dari apa pun.
"Mau ke mana?" tanya Sean saat melihat Tara ingin melangkah pergi.
"Ketemu Damar," balasnya langsukng berlari pergi begitu saja. Sean menghela napas lelah, ternyata memberi tau seseorang yang keras kepala itu sangat sulit.
Tak mau ikut campur akhirnya Sean memutuskan ke kantin saja, kebetulan perutnya juga belum diisi sejak pagi. Lagi pula dia yakin Tara bisa menyelesaikan semuanya sendiri, walau Sean juga merasa khawatir dengan hati gadis itu.
***
"Damar!" sapa Tara sambil tersenyum lebar. Damar menoleh, tetapi menatap Tara dengan raut tak suka.  Tara tak peduli, langkah kakinya tetap berjalan mendekat ke arah lelaki yang sedang dipenuhi oleh keringat itu.
"Ini minum untuk kamu!" Damar hanya diam menatap air minum yang Tara sodorkan, tanpa berniat menerimanya.
"Aku tau kamu haus." Damar memalingkan wajah. Mencari seseorang yang bisa membuatnya jauh dari Tara.
"Tia!" panggilnya. Di seberang sana Tia langsung melambaikan tangan dan berlari ke arah Damar. Melihat itu Tara hanya bisa meremas botol yang berada di tangannya.
"Ini minum buat gue?" Tia mengangguk membenarkan.
Tanpa peduli perasaan Tara, Damar lebih memilih air yang Tia bawa. Tara hanya bisa bungkam menatap Damar dengan sendu, ternyata secepat itu Damar menghilangkan perasaannya. Jika melupakannya ia masih memaklumi, tetapi apakah Damar tak sedikit pun merasakan perasaannya dulu.
"Apa yang harus aku lakuin biar kamu inget sama aku?" lirih Tara.
"Gue mohon lupain masa lalu, inget atau enggaknya gue itu bukan urusan lo!" Damar menggenggam tangan Tia, membawa gadis itu pergi. Sedangkan Tara hanya bisa menatap kedua tangan yang saling bertautan itu dengan sendu, dulu tangan dia yang berada di posisi itu.
"Sial," umpatnya kesal.
Tara melempar air mineral yang ia bawa ke tong sampah. Dia sangat kesal dan kecewa dengan Damar, walau begitu dia sama sekali tak bisa melepas Damar begitu saja.
"Karena yang aku punya akan tetap jadi milik aku!" Tara pergi dari sana menuju kelasnya kembali. Semua itu tak lepas dari tatapan mata Sean, niatnya ingin ke kantin sirna sudah setelah melihat Damar mengabaikan Tara.
***
"Dimakan," ucap Sean jengah, pasalnya sedari tadi Tara hanya mengaduk makanan di depannya tanpa minat. Melihatnya juga Sean jadi ikut tak nafsu makan.
"Kenyang," balas Tara seadanya.
"Lo harus makan, aaa." Tara menatap Sean aneh. Sedangkan yang ditatap seperti itu tak peduli, malah menyodorkan sesendok bakso ke arah Tara.
"Gue kenyang," tolak Tara menggelengkan kepala. Bukannya menyerah Sean malah memajukan tubuhnya ke dekat Tara, menatap gadis itu dengan tajam.
"Move on itu butuh tenaga juga." Dengan wajah kesal akhirnya Tara menerima suapan Sean. Setelah itu dia memalingkan wajah kesal.
"Gitu dong," ucap Sean puas.
"Mau disuapin lagi?" Cepat-cepat Tara menggeleng dan melahap makanannya sendiri. Sudah cukup dia menjadi pusat perhatian karena cowok di depannya ini.
"Lo ngapain ngikutin gue terus, sih? Padahalkan banyak anak cowok di kelas." Tara benar-benar heran. Padahal siswa kelas lainnya banyak yang mencoba mendekati Sean, tetapi lelaki itu malah terus mengikutinya. Tara menjadi tak leluasa karena ada Sean.
"Suka-suka, dong," balas Sean tak santai. Tara mendelik sebal mendengar jawaban Tara.
"Dih, sensi." Sean mengedik tak peduli. Tetap fokus dengan makanan di depannya.
"Jawab dong!" paksa Tara penasaran. Sean menyerah, cowok itu langsung menghentikan makannya dan menatap ke arah Tara.
"Emang salah gue deket sama lo?" tanya Sean. Tara menggeleng, siapa saja punya hak masing-masing memilih teman.
"Lagi pula elo enggak ada temen, jadi gue temenin. Kasian." Tara mendelik tak suka ke arah Sean. Bisa-bisanya cowok itu mengejeknya, padahal sebenarnya Tara juga memiliki teman. Hanya saja Tara memang seseorang yang sedikit sulit bersosialisasi.
"Bercanda," goda Sean sambil mengacak rambut Tara gemas. Tara menepis tangan Sean kasar, menatap cowok itu tajam.
"Jangan pegang-pegang!" ancamnya. Bukannya takut Sean malah terkekeh melihat itu.
"Enggak lucu!" Sean diam sambil tersenyum menatap wajah kesal Tara. Entah kenapa dia sangat suka dengan tatapan Tara, terlihat semakin menggemaskan.
"Lo lucu."
"Hah?" Tara mengerjapkan matanya tak paham. Entah kenapa kepalanya tiba-tiba tak bisa mencerna.
"Enggak," elak Sean. Sean melahap baksonya tanpa mempedulikan Tara, Tara mendelik sebal. Sean benar-benar membuatnya penasaran.
"Tadi ngomong apa?" tanya Tara tak menyerah.
"Kepo," balas Sean sambil menjulurkan lidahnya. Tara bergidik ngeri, akhirnya menyerah bertanya. Lagi pula hanya buang-buang tenaga bicara dengan manusia seperti Sean.
"Hm, Tar?" Sean berkata ragu. Tara langsung menoleh, menatap Sean penuh pertanyaan.
"Lo beneran enggak bisa lupain Damar?" tanya Sean pelan, takut menyinggung perasaan Tara. Mau bagaimana pun dia tau jika gadis di depannya ini tidak baik-baik saja.
"Mungkin," jawab Tara ragu.
"Kenapa kayak ragu gitu?"
"Gue sama Damar itu udah lama sama-sama. Dia itu laki-laki yang buat aku bahagia sama semua kekurangan gud." Tara tersenyum saat membayangkan hari-harinya dan Damar dulu.
"Tapi dia sekarang udah nyakitin lo." Tara mengangguk paham dengan ucapan Sean.
"Kalau gue langsung ninggalin dia, berarti gue sama aja kayak dia. Bahkan mungkin lebih buruk." Sean menggeleng tak habis pikir.
"Damar itu sekarang lagi tersesat, dia lagi nyari jalan pulang. Gue enggak mungkin ninggalin dia dalam ketersesatan." Tara tersenyum tipis, sangat menyerti jika Sean mengkhawatirkannya.
"Gue tau lo khawatir, tapi gue janji bisa jaga diri. Lagi pula hati gue udah kebal!" Tara memukul dadanya penuh bangga, membuat Sean langsung tersenyum.
"Gue itu udah sering lo nistain, jadi udah kebal." Sean menatap Tara tajam, lalu menggelitiki gadis itu, membuat Tara tertawa lepas.

Komento sa Aklat (73)

  • avatar
    Iamraaaaa2

    sukak bangettttt terimakasih udah mau buat cerita ini ya kak🥺❤️ btw masih ada kelanjutan ceritanya nggak kaak?kalo ada gak sabar banget nungguin nya

    25/01/2022

      2
  • avatar
    DandelionSenja

    Ceritanya seru, greget juga. Makasih buat Author yang udah buat cerita sebagus ini🤗❤️🔥

    25/01/2022

      3
  • avatar
    CooWalz

    bagussssss

    14d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata