logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

7 | Penyamaran

Suasana rumah menjadi sangat sepi, Mama masih mendiami Faiqa akibat kejadian tempo hari.
Setiap di ajak bicara Mama hanya akan menjawab apa yang di tanyakan. Faiqa tentu merasa sangat bersalah. Belum pernah Mama seperti ini sebelumnya.
“Mama sudah makan? Makan dulu, Ma.” Faiqa berdiri depan pintu kamar Mama yang tertutup rapat. Baru saja dia selesai makan malam. Beberapa hari ini dia selalu makan sendiri, Mama tidak mau lagi makan semeja dengannya .
“Maafkan aku, Ma,” ucap Faiqa penuh penyesalan. Dia Masih berdiri didepan pintu, berharap Mama hilang sakit hatinya.
Tidak terdengar balasan apapun dari dalam kamar. Mama jelas menghindari dirinya. Seumur hidup baru kali ini Mama marah besar dengan mengacuhkannya berhari-hari.
Masih terpatri dalam ingatan, Mama jarang sekali marah padanya. Dulu, dulu sekali, saat dia berusia sepuluh tahun Mama pernah marah besar karena kelamaan main. Baru pulang saat senja menjelma. Tetapi, tidak separah ini. Saat itu Mama mengomel sepanjang malam sampai esok hati namun tetap perhatian pada Faiqa penuh kasih sayang. Mama sungguh di puncak kemarahannya saat ini, dan itu semua ulah keegoisannya.
Beberapa kali Faiqa menarik nafas panjang. Ada rasa sesak setiap kali dia berusaha mengaliri udara ke paru-parunya, seakan rongga dadanya tak mampu menyalurkan udara sampai ke paru-paru.
Cukup lama berdiri di depan pintu kamar Mama, Faiqa memutuskan kembali ke kamar, setelah Mama tidak bereaksi apa-apa terhadap panggilannya.
Perasaan menyesal menyelimuti tidur Faiqa malam ini. Berbagai macam mimpi buruk ikut mewarnai penyesalannya. Sehingga saat bangun di pagi hari, Faiqa bangun dengan wajah kusam lagi sendu. Lingkar hitam tercetak jelas di bawah matanya, dia tidur tetapi pikiran terjaga.
Faiqa berangkat ke kantor dengan wajah yang di tekuk sendu. Keadaan di rumah membuat semangatnya menguap. Enggan sekali berangkat kerja, enggan melakukan apapun. Namun, Faiqa tidak bisa meninggalkan pekerjaan, hari ini kantor mengadakan syukuran pengangkatan karyawan bagian penjahitan yang di angkatnya kemarin menjadi karyawan tetap.
“Selamat pagi, Bos Galak.” Satrio berdiri menghalangi jalan Faiqa yang hendak masuk ke kantornya. Faiqa menautkan dua alis. Heran melihat Satrio berada di kantornya sepagi ink. ‘Mau ngapain pula ini manusia usil berada di sini', bathin Faiqa. Dia sedang tidak ingin meladeni Satrio, perasaannya sedang terfokus pada Mama yang masih menghindarinya.
“Patut sih, di bilang galak. Datang ke kantor aja dengan raut wajah di tekuk gitu,” ucap Satrio mulai memancing emosi Faiqa. Hampir seminggu Faiqa tidak berkunjung ke kafe, Satrio merasakan ada yang kurang saat dirinya tidak bisa menggoda wanita cantik di depannya itu.
“Minggir. Aku lagi tidak ingin bercanda, lagian ngapain kamu di sini? Tempat kerjamu di seberang sana. Pergi sana!” cerca Faiqa galak mengusir Satrio.
“Idiih, masih pagi udah keluar tanduknya, nanti aja, Buk, takut tambah panjang tanduknya jika di keluarkan sejak pagi,” goda Satrio nggak ada takut-takutnya.
“Security!” teriak Faiqa kencang. Dia tidak ingin meladeni Satrio lebih lama. Suana hati yang sudah memburuk beberapa hari terakhir ini tidak ingin di tambah menjadi lebih buruk lagi dengan meladeni ke usilan Satrio.
Pak Rahmad, Security kantor lari tergopoh menghampiri Bosnya.
“Siap, Buk. Ada apa?” kata Pak Rahmad mengambil posisi berdiri tegap di depan Faiqa.
“Sepak orang ini menjauh dari sini, nggak usah di suruh baik-baik, dia nggak bakalan paham. Kapan perlu seret dengan paksa.” Faiqa memberi instruksi pada Pak Rahmad seraya menunjuk Satrio yang berdiri santai di sampingnya.
Dengan wajah sungkan, Pak Rahmad mengalihkan pandangan pada Satrio, kemudian menunduk penuh hormat pada pria yang di suruh usir oleh Bosnya. Satrio memberi kode pada Pak Rahmad agar jangan membuka suara. Pak Rahmad kembali mengangguk pelan.
“Kenapa? Bapak takut sama dia? Dia mengancam Bapak?” Faiqa kembali bersuara melihat Pak Rahmad nggak kunjung menjalankan perintah yang dia suruh.
“Anu, bukan begitu, Buk. Gimana saya bisa mengusir Bapak ini, Buk. Bapak ini adalah....”
Belum sempat Pak Rahmad melanjutkan ucapannya, langsung di potong Satrio dengan mendehem. “Ehhemm.”
Faiqa yang sangat kacau pikirannya tidak terlalu memperhatikan dua pria di dekatnya saling memberi kode.
“Terserah, lah,” ucapnya meninggalkan dua pria itu.
“Pak Rahmad jangan bilang ke Faiqa tentang siapa saya, ya. Biar dia tahunya saya seorang Pramusaji,” ucap Satrio sepeninggal Faiqa.
“Baik, Pak. Tapi kenapa Bapak mengenakan pakaian Pramusaji begini?,” tanya Pak Rahmad sopan. Yang dia tahu Satrio adalah pimpinan baru dari tempat kerja lamanya dulu. Kafe F2U. Pak Rahmad bekerja di sana, saat kepemimpinan kafe di pegang ayah Satrio. Salah, Pak Rahmad tidak mengenal nama Satrio. Bukan itu nama asli yang dia kenal dulu.
“Ceritanya panjang. Jika Bapak bermain ke sana Bapak pasti tahu penyebabnya. Sesekali mampirlah, Pak. Biar kutraktir hidangan special di sana,” kata Satrio. Pak Rahmad mengangguk menyetujui.
Pak Rahmad adalah mantan security di kafe F2U masa kepemimpinan Almarhum Papa Satrio. Setelah Papanya–Chairil Umar– meninggal, keadaan kafe memburuk. Korupsi besar-besaran di lakukan oleh bawahan Chairil Umar. Pegawai yang berintegritas baik di pecat semena-mena oleh orang kepercayaan Chairil Umar yang ternyata menusuk dari belakang. Karyawan yang dipecat termasuk salah satunya, Pak Rahmad.
Abryal Ramadan, alias Satrio terpaksa menghentikan kuliah S2nya di University of London untuk kembali ke Indonesia. Mengambil alih kafe yang hampir bangkrut sepeninggal Papanya itu. Abryal merombak total kafe yang di dirikan Papanya. Mulai dari pegawai, menu makanan, jam buka, tata ruang sampai nama kafe.
Perjalanan yang di laluinya tidak mudah, beberapa teror dan ancaman harus di terima Abryal selama meniti ulang kafe. Teror tersebut di layangkan para pegawai korupsi yang tidak terima telah di pecat Abryal. Mereka ingin membalas dendam dan merebut kembali kafe itu, menurut mereka Abryal tidak becus mengurus kafe.
Ada penyesalan dalam diri Abryal kenapa tidak dia jebloskan saja para koruptor itu ke penjara. tetapi, saat awal mula menjalankan kafe yang terpikir di benaknya, jika para pegawai yang korupsi di jebloskan ke penjara, maka kafe juga akan ikut kena imbasnya. Dia tidak ingin peninggalan Papanya itu berakhir sia-sia. Untuk itu, keputusannya hanya sampai memecat pegawai yang berlaku kotor saja.
Abryal tidak sendiri menata ulang kafe, dia di bantu sepupu dekat yang sebaya dengannya, Muhammad Afif. Sebuah program kerja di rencakanan. Afif di tunjuk sebagai menager, yang akan berhadapan langsung dengan semua orang. Sementara Abryal akan berpura-pura sebagai Pramusaji yang bernama Satrio demi memantau kinerja pegawainya secara langsung. Kecolongan di masa Papa, korupsi yang di lakukan pegawai, membuat Abryal lebih waspada. tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi.
Setelah semua pegawai baru di dapatkan, kafe siapa beroperasi kembali dengan pemimpin baru dan menu baru. Sebuah rumor sengaja di sebar oleh Abryal dan Afif, mengatakan bahwa Ownernya adalah seorang buruk rupa, tidak ingin bertemu dengan siapa saja. Hal itu tak lain guna Abryal bisa lebih leluasa memantau kinerja pegawainya.
Rencana mereka berhasil, penyamaran Abryal sebagai Satrio tidak pernah di ketahui pegawai kafe. Satrio bisa bebas memperhatikan setiap kinerja pegawai tanpa di curigai. Meski, kekurangannya yaa dirinya sebagai Owner buruk rupa selalu hangat jadi perbincangan diantara para pegawai.
“Mohon maaf, ada perlu apa Bapak datang kemari?” Pak Rahmad membuyarkan lamunan Satrio. Mereka masih berdiri di dekat pintu masuk.
“Eh, itu. Sudah seminggu belakangan Faiqa nggak mampir ke kafe, sepi juga nggak ngejahilin dia,” kata Satrio menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Malu dengan kejujuran dirinya, terlalu terbuka mengutarakan isi hati.
Pak Rahmad tersenyum mafhum. Sebagai seorang yang pernah muda, Pak Rahmad menangkap sinyal cinta di mata anak mantan Bosnya itu.
“Langsung lamar aja, Pak,” Ucap Pak Rahmad mengulum senyum.
“Apaan sih, Pak. Belum sampai sejauh itu.” Seketika Satrio memerah wajahnya mendengar ucapan Pak Rahmad.
“Nanti keburu di embat orang, Pak,” kata Pak Rahmad masih menggoda Satrio.
“Sudah, aah, Pak. Saya mau kembali ke kafe. Nanti mau balik lagi ke sini mengantar pesanan. Katanya mau ngadain syukuran ya, Pak?” Satrio mengalihkan pembicaraan.
“Iya, Pak. Buk Bos baru saja mengangkat para karyawan bagian penjahitan menjadi karyawan tetap. Mereka bersuka cita untuk berterima kasih pada Buk Bos. Dimana lagi cari calon istri yang baik begitu, Pak,” jawab Pak Rahmad masih membelokkan percakapan membahas Faiqa.
“Bapak bisa aja, katanya dia nggak suka sama laki-laki, Pak?” tanya Satrio penuh selidik. Dari dulu dia selalu penasaran dengan satu hal ini. Ini juga yang membuatnya bertindak nekat menggoda Faiqa.
“Untuk masalah itu, saya kurang tahu Pak. Tapi menurut gosip yang beredar di sini begitu,” ucap Pak Rahmad mengangguk pelan.
“Ya sudah. Saya balik dulu, Pak.” Satrio pamit seraya bergegas menuju kafenya. Para pegawainya saat ini sedang sibuk mempersiapkan pesanan untuk Konveksi Faiqa. Dia harus ikut membantu jika tidak ingin terlihat mencolok. Pramusaji tetapi tidak bekerja saat jam sibuk.
Satrio berlari kecil kembali menuju kafe di seberang jalan. Hatinya membuncah senang sudah bisa bertemu Faiqa meski cuma sebentar. Wajahnya kembali bersemu merah ketika mengingat saran Pak Rahmad untuk meminang Faiqa. Aah. Faiqa mana mau dengannya yang seorang Pramusaji. Dia belum memperkenalkan diri secara resmi dengan identitas yang asli.
Cinta, begitu mudah kau hinggap. Menyapa hati yang terpana. Semua akan terasa indah, jika cinta mulai merajai dunia kecilnya yang terletak di dalam dada. Oh. Pujangga. Izinkan cinta ini bersemi hingga mekar kelopaknya.
Bersambung

Komento sa Aklat (42)

  • avatar
    69Rain

    cerita menarik mantap gan

    3d

      0
  • avatar
    RahmawatiSuci

    Bagus banget

    15d

      0
  • avatar
    Anisa Fauzia

    bagussss

    19d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata