logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

3.Pertemuan Tak Terduga

--๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ--
"Aku takut.
Terjebak dalam permainan labirin yang membingungkan bersama mu
Orang Asing yang akan menghancurkan semua pertahannan ku."
--Arsila--
"Temui aku di tumpukan paling bawah dari semua buku usang yang kau coba untuk redam."
โ€”PCASโ€”
.
.
.
.
Happy Reading!
Flasback 30 menit yang lalu~
Seung berjalan pelan memasuki rumahnya. Pakaiannya tampak sangat kusut, ditambah dengan wajah yang tampak sembrawut. Perlahan kaki Seung memasuki ruang tamu,pandanggannya mencoba mencari sosok kecil yang biasanya selalu menyambut dirinya saat ia pulang dari kerja. Tapi kenapa sekarang tak ada?
"Kemana anak itu?" tanyanya sambil melemparkan tasnya kesembarang arah. Ia berjalan memeriksa keruang makanan tapi anak itu tetap tidak ada. Lalu kakinya memeriksa seluruh penjuruh rumah tapi masih belum menemukan keberadaan anak itu.
"Apa anak itu sudah tidur? Tapi tidak mungkin dia tidur jam seginikan!" lalu langkahnya membawa ia menuju kamar. Seung membuka pintu kamar secara perlahan, lalu menghidupkan lampu agar terang.
Di atas kasur tampak sosok kecil sedang bergelung di bawah selimut tebal. Seung berjalan mendekati anak itu, lalu dia mencoba membangunkannya.
"Nak ayo bangun! Kita makan bersama yuk!" sambil menggoyangkan tubuh kecil itu, sudah beberapa kali tapi anak itu tak kunjung bangun. Seung memegang kepala anak itu yang ternyata sangat panas.
"Apa yang harus aku lakukan?"
Seung sangat panik, ia berlari menuruni tangga untuk mencari pembantu rumahnya dibawah.
"Bi-bibi dimana?" teriak Seung keras. Ia mengelilingi rumah lagi untuk mencari keberadaan pembantunya. Ia sudah mencari diberbagai tempat, tapi masih saja tidak menemukan pembantu rumahnya.
"Shitt!" umpatnya sambil berjalan lagi menuju kamar.
"Appa, dinginn!" ujar anak itu dengan wajah pucat pasinya.
"Iya nak, tunggu bentar ya Appa ambil mobil dulu," Seung berlari menuruni tangga lagi. Ia berjalan cepat menuju bagasi mobilnya yang tenyata kosong.
"Shitt! Bodoh!"
Seung menjambak rambutnya kasar, karena lupa kalau mobilnya sedang berada di bengkel. "Kenapa sekarang aku merasa menjadi Ayah yang sangat buruk untuk anaku."
Seung berlari lagi keluar dari gerbang rumanya, untuk menuju rumah adik sepupu dari pihak Ayahnya yang tinggal diseberang rumahnya.
"Ting-tong," Seung memencet bel berulang-ulang. Bertepatan dengan pemilik rumah yang berjalan keluar dari rumahnya.
Pemilik rumah berjalan tergesa-gesa membuka pagar rumah.
"Ada apa Oppa datang kesini?"
"Kakak mau pinjem mobil sebentar, buat bawa Kang Dae kerumah sakit," jawab Seung cepat.
"Yasudah Kak, kita berangkatnya barengan aja. Soalnya teman aku juga tadi abis kecelakaan, jadi dia tadi minta temani kerumah sakit."
Soo Yun langsung menyerahkan kunci mobil kepada Seung. Mereka berdua bergegas menjemput Kang Dae dirumah. Lalu berjalan kerumah temannya Soo Yun.
****
"Oh, jadi begitu. Aku kira itu pacar kamu yang baru," Soo Yun langsung menatap wajah Arsila.
"Mana mungkin lah, Seung Oppa itu sudah tua. Masa aku pacaran sama dia si, dia itu kakak aku!" Arsila terkekeh pelan mendengar penuturan Soo Yun.
"Eh, kenapa kamu bisa sangat akrab sama Kang Dae? Kamu tau sifatnya berubah 90ยฐ saat dekat dengan kamu, seperti ini."
"Ah, serius? Aku saja baru kenal tadi sore. Tadi anak ini, Kang Dae. Hampir di tabrak mobil, kebetulan aku ada di sana. Jadinya aku nolongin dia deh," Jedah beberapa detik, "Sore tadi dia tampak baik-baik saja, tapi entah kenapa dia bisa sakit seperti ini." Arsila menatap wajah kecil yang sedang terlelap di pelukannya ini. Sesekali ia juga mengelus puncak kepalanya pelan, takut membangunkan tidurnya.
Setelah Arsila dan Kang Dae diperiksa tadi, mereka diizinkan pulang. Karena penyakit mereka tidak terlalu parah, hanya butuh 2-3 hari mereka akan sembuh.
Dan disinilah mereka, menunggu Seung membeli obat yang telah di resepkan oleh Dokter tadi.
"Iya, untung aja sakitnya Kang Dae tidak parah. Kasihan dia dirumah ngak ada yang ngurusin, Papanya bakalan sibuk kerja sedangkan Mamanya malah pergi entah kemana," Soo Yun ikut mengelus kepala kecil itu.
Entah kenapa hati Arsila merasa sakit, saat mendengar perkataan Soo Yun. Dulu saat ia kecil kedua orang tuanya selalu ada untuk dirinya. Bermain, tertawa bahkan menangis dihadapan mereka.
Sedangkan anak ini, dia seperti tidak pernah merasakan apa yang pernah kurasakan.
"Aku ke toilet bentar ya Sil, nanti kalian tunggu aja aku dimobil." Soo Yun langsung berangkat meninggal aku dan Kang Dae disini.
Arsila menatap wajah itu lagi. Dia mencium pelan punyak kepala kecil itu. "Semoga bahagia selalu nak, kamu berhak mendapatkan kebahagian masa kecil itu," bisik Arsila ditelinga mungil itu.
"Khem~"
Bunyi deheman itu memecahkan kesunyian. Arsila menengok kesamping, pandangan mata mereka sempat beradu sebentar sebelum Arsila memutuskan nya.
"Soo Yun kemana?" Tanya Seung sambil mengambil Kang Dae dari pelukan ku.
"Soo Yun tadi ke toilet. Katanya kita tunggu dia di mobil saja."
Mendengar ucapan ku tadi, Seung langsung mengajak ku berjalan menuju tempat parkir mobil di rumah sakit.
Saat di tengah perjalanan, langkah ku terhenti seketika. Pandanganku tertuju pada dua sosok yang sedang berdiri di depan pintu ruangan Obgyn dengan bahagia.
Jantung ku berpacu dengan sangat cepat, begitupun dengan air mata yang mulai menetes sedikit dari pelupuk mata ku.
Sudah 3 tahun lebih aku menghindari pertemuan dengan dirinya. Tapi takdir malah mempertemukan kami kembali, secara tak terduga di rumah sakit ini.
Tiba-tiba pria itu menoleh, jantungku saat itu seolah berhenti berdetak. Lebih lagi disaat melihat mata teduhnya, aku seperti di ajak kembali ke dimensi yang mana hanya ada aku dan dia yang saling berbagi cinta. Ada rasa sakit, canggung dan juga rindu datang secara bergantian.
"Eh, Arsi?" tegurnya sambil berjalan kearah ku, tak lupa menuntun pelan tangan wanita disebelahnya dengan lembut.
"Apa kabar?" tanyanya yang sudah berdiri dihadapanku. Tampak sekali ada ada perasaan gugup serta canggung saat bicara pada ku saat ini.
Aku memperhatikan pria itu, ternyata dia masih tampak sama selalu memakai celana panjang berwarna hitam kesukaannya. Dia tampak sangat bahagia, berbeda saat sedang bersama ku dulu.
"Baik," jawabku singkat sambil menatap wajahnya.
"Lo?"
"Sepertinya bahasa kamu sedikit berubah, biasanya aku-kamu tapi sekarang udah Lo gue ya." Ujar laki-laki itu sedikit bercanda.
"Panggilan yang dulu terlalu hangat untuk kisah yang terlanjur asing ini," aku memberikan penjelasan sedikit yang membuatย  mata laki-laki dihadapan Arsila berkedut kuat.
"Baik juga. Oh iya perkenalkan ini Istri gue, Fariza Dinar Khairah,"
Aku tersenyum canggung, lalu mengulurkan tanganku, "Salam kenal Fariza. Aku Arsila teman lama Fawwaz."
"Ternyata lo disini, gue udah cari-cari lo selama ini tapi ngak pernah ketemu. Gue telpon juga lo ngak pernah angkat. Lo seperti sengaja menghilang dari gue, Ar."
Aku tersenyum lalu terkekeh pelan. "Lo yang maksa gue buat ngelakuin hal ini! Lo menikah dengan wanita lain. Tapi bodohnya lo lupa, bahwa saat itu loh juga sudah terikat sama gue, yang berstatus tunangan lo." jawabku cukup telak kepadanya. Tidak berlebihan bukan perkataan ku tadi, karena aku hanya ingin mungungkapkan apa yang belum terucap saat itu.
"Bertepatan dengan hari itu, gue dan kedua orang tua gue kecelakaan. Tuhan telah merenggut mereka berdua. Apa lagi yang harus gue lakukan selain menjauh? Menghindari semua orang yang membuat hari-hari gue menjadi suram!"
Fawwaz menghembuskan nafas gusar "Maaf, gue janji bakalan tanggung jawab semua. Termasuk nikahin lo!"
Pancaran mata Arsila tampak terkejud, tapi beberapa detik kemudian Arsila kembali berekspresi seperti semula.
" Tanggung jawab kata Lo? Basi. Orang tua gue udah meninggal Lo harus bertanggung jawab tentang apa? Seharusnya tahu posisi lo sekarang kayak gimana! Lo udah punya Istri dan juga calon anak lo. Cukup jaga mereka, jangan ulangi kesalahan yang sama kayak yang lo lakuin ke gue dulu."
"Tapโ€”"
"Apa yang kamu lakuin di sini?" tanya Seung sambil menyentuh pundak ku pelan, "Kang Dae suda menunggu kamu di mobil." Ujar Seung dengan aksen bahasa Indonesia yang terkesan kaku.
Arsila menatap wajah Seung terkejud "Siapa mereka, teman kamu?" tanya Seung lagi. Saat itu Arsila tidak bisa berkata-kata lagi, dia hanya mampu menggangguk kan kepalanya pelan. Mengikuti permainan yang diciptakan Seung barusan.
Seung tersenyum ramah, lalu menjabat tangan Fawwaz "Saya Seung Gulzar Athario, suami Arsila."
--๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ--
Yeyy akhirnya bisa update lagi!!
Jangan lupa vote dan komennya ya๐Ÿ˜…
.
.
.
.
.
Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama kalian!

Komento sa Aklat (41)

  • avatar
    AliaCheta82

    good

    1d

    ย ย 0
  • avatar
    Momz Brio

    bagus

    19/07

    ย ย 0
  • avatar
    Soraya Soraya

    asik bett, cepat bikin kelanjutan nya udah gak sabar

    06/03

    ย ย 0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata