logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

BAB 7 : Rumah sakit

Sementara itu Dean dan Sarah.
Saat ini mereka masih berada di dalam mobil menuju ke apartemen tempat Sarah tinggal.
"Dean, kenapa kau membawaku pergi seperti itu? Aku sempat melihat seorang ibu sedang menolong putrinya ditarik sama lelaki lain, kenapa kau tidak menolong mereka, tuan Delano?" Tanya Sarah dengan nada menggoda.
"Yang kau sebut ibu itu adalah ibuku dan yang kau sebut putrinya itu istriku, Laura."
"benarkah?" Nada terkejut keluar dari mulut gadis seksi itu.
"Ya, itu sebabnya aku menarik mu dan membawamu pergi. Aku tidak mau ibuku melihatku dengan wanita lain. Maafkan aku sayang, Apa tanganmu terasa sakit?" tanya Dean sambil membelai dan menggenggam tangan Sarah yang sempat dia tarik tadi. Sebuah Senyuman manis muncul dari bibir sarah yang tampak menggoda bagi Dean.
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Syukurlah. Kalau begitu, aku akan antar kau pulang sekarang. Akan bahaya jika ada yang melihat kita nanti di kantor."
Sarah hanya mengangguk menanggapi perkataan lelaki di sampingnya ini. Dengan senyuman manis dan manja, Sarah memeluk lengan Dean dan kepalanya bersandar di bahu lelaki berbadan kekar itu. Sementara Dean ia menatap ke arah Sarah kemudian mencium kening wanita itu lalu menyandarkan kepalanya di kepala Sarah sambil menyetir.
***
Disisi lain.
Jasmine baru saja tiba di rumah sakit. Diapun langsung turun dari mobilnya dan berlari ke dalam rumah sakit.
"Dokter!! Suster!! Tolong ... Tolong!!"
"Ada apa bu?" tiba-tiba muncullah seorang suster dari belakang Jasmine.
"Tolong menantu saya, dia pingsan dan masih berada di mobil. Tolong saya ... Tolong!" ucap Jasmine cemas kemudian menangis.
Suster yang mendengar itu langsung bergegas memanggil temannya, kemudian kedua suster itupun langsung mengambil tempat tidur dorong. Jasmine dan kedua suster itu langsung menuju ke mobil milik wanita paruh baya itu sambil berlari.
Dikeluarkannya Laura dari mobil secara perlahan, kemudian diletakkannya di atas tempat tidur dorong. Setelah itu, mereka langsung bergegas kembali masuk ke rumah sakit dan menuju ke ruang Icu.
Sesampainya di ruang Icu, Laura langsung di infus dan tidak lama kemudian seorang dokter yang biasa menangani Laura pun muncul dan langsung masuk ke dalam ruangan.
Jasmine bisa melihat apa yang di lakukan dokter itu pada menantunya dari luar ruangan, karena pada pintu ruangan Laura terdapat kaca kecil di sana.
Wanita paruh baya itu sedari tadi bolak-balik ke sana kemari memikirkan kondisi Laura. Hingga dia berinisiatif menelpon Dean yang berprofesi sebagai suaminya.
***
Sementara itu Dean, dia baru saja tiba di apartemen dimana Sarah tinggal. Sambil berpelukan mesra dari samping dan tertawa-tawa Dean melangkahkan kakinya bersama Sarah menuju ke kamar tempat gadis seksi nan cantik itu tidur.
Saat ini mereka sudah berdiri berhadap-hadapan di depan pintu Sarah yang sudah terbuka.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Baik-baik dan jaga dirimu." ujar Dean sambil membelai kepala Sarah dengan senyuman manis.
Saat Dean hendak melangkahkan kakinya untuk meninggalkan apartemen Sarah.
"Secepat itu ... Tidak mau masuk dulu?" senyuman nakal dan seksi terpancar dari wajah gadis tinggi berwajah oval itu.
Dean terdiam sejenak hingga dia dikejutkan oleh dering handphonenya sendiri.
"oh, ibu, Ada apa?" tanya Dean sambil menahan rasa gugupnya dan menyuruh Sarah untuk tidak berbicara sedikitpun.
"Dean..., kau dimana, Laura ... Laura ...." kata Jasmine sambil menahan tangis.
"Ke--Kenapa dengan Laura bu?" tanya Dean pura-pura khawatir.
"Laura pingsan, sekarang dia di rumah sakit. Kemarilah!"
"Apa? Ba--baiklah bu. Aku ... Aku akan ke sana." jawab Dean dengan gagap.
"Kau beneran mau pergi tuan Delano?" tiba-tiba Sarah mengeluarkan suara yang berhasil membuat Dean terkejut termasuk ibunya.
"Dean!! Suara siapa itu, kau dimana dan kau sedang dengan siapa?!" tanya sang ibu dengan nada kesal.
"Tidak bu, aku sedang di kantor. Dia ... Dia asisten ku bu. Aku akan ke rumah sakit sekarang."
"Jangan bohong pada ibu!! anakku, Laura adalah istrimu, sekarang dia sedang masuk rumah sakit. Dia tidak sadarkan diri akibat hal buruk yang baru saja menimpanya dan kau sedang bersama wanita lain?!" Nada kesal keluar dari mulut wanita paruh baya ini dengan derai air mata.
Saat Dean hendak ingin menjawab, tiba-tiba Sarah merampas handphone Dean dan mematikan telepon dari ibunya begitu saja.
Dean yang melihat itu benar-benar sangat terkejut, ditariknya tangan Dean dan di bawanya masuk ke dalam kamar, dikuncinya pintu apartemennya, kemudian lelaki berbadan kekar itu terbanting di atas tempat tidur akibat dorongan Sarah.
Dean selalu berusaha menghentikan Sarah, tapi selalu gagal akibat sentuhan yang Sarah berikan. Hingga pada akhirnya Dean pun sudah tidak tahan lagi, dia langsung mendorong tubuh Sarah dan Kali ini Dean lah yang berada di atas Sarah.
Di ciumnya bibir Sarah penuh dengan hasrat nafsu luar biasa. Dean tidak perduli mengenai kondisi sang istri yang sedang terbaring lemah tidak sadarkan diri di rumah sakit akibat penyakit depresinya yang kambuh.
***
Sementara itu Laura.
Saat ini Jasmine sedang duduk tepat di sebelah Laura. Dibelainya sang menantunya itu dengan rasa sayang.
Dia merasa kesal akibat Dean yang tak kunjung datang. Terlebih Jasmine sempat mendengar suara seorang perempuan lain.
Dengan batin yang kesal, ibu paruh baya itu pun kembali mengambil handphonenya untuk menelepon putranya, Dean.
Tuuttt ... tuuut ... tuuutt ....
Tidak ada jawaban, Jasmine kembali mencoba namun masih tetap tidak ada jawaban, hingga tiba-tiba.
Cklek
Pintu terbuka, dan muncullah James dengan paniknya.
"Apa yang terjadi?" tanyanya.
Jasmine pun menceritakan semuanya pada sang suami. Lelaki paruh baya itu pun memejamkan matanya erat. Terlebih dia juga sudah mendengar mengenai Dean yang sedang bersama wanita lain ketika sang istri menelepon. James pun kemudian dengan kesal menelepon Dean untuk menyuruhnya segera ke rumah sakit.
Tuuut ... tuuutt ... tuuutt ....
Tetap tidak di angkat.
"Kemana itu anak?!" Ungkap kesal James saat itu.
***
Sementara itu Dean.
Ia masih menciumi bibir Sarah, hingga setelah beberapa saat. Ia terkejut lantaran merasakan getaran handphonenya dari saku celananya.
Dilihatnya ternyata ayahnya yang menelepon, sontak Dean langsung melepas ciuman bibirnya dan beranjak bangun dari tempat tidur. Ia sudah paling takut kalau ayahnya yang menelepon.
"Maaf, aku harus pergi."
Lelaki berbadan kekar itu langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar Sarah meskipun di hatinya masih ingin menikmati tubuh indah dan seksi itu.
Ingin rasanya Dean berbalik arah dan kembali pada Sarah, tapi dia akan memikirkan apa yang terjadi jika dia tidak segera datang ke rumah sakit.
Hanya helaan nafas kesal yang bisa Sarah lakukan saat itu, di pukul nya kasur empuk itu kemudian ia langsung merebahkan dirinya sambil menghela nafas panjang.
***
Setelah menempuh beberapa jam. Akhirnya, Dean pun tiba di rumah sakit. Ia langsung turun dari mobil setelah memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit.
Dengan langkah sedikit berlari, lelaki berbadan kekar dan tinggi itu langsung menuju ke ruangan Laura berada, dia sudah mengetahui di mana ruangan Laura dari pesan ibu nya yang dia dapat.
Cklek.
Pintu terbuka dan masuklah lelaki berbadan kekar itu ke dalam ruangan. Di lihatnya seorang gadis yang sudah berstatus sebagai istrinya kini tengah terbaring di atas kasur rumah sakit dengan infus di tangannya sudah sadar menatap wajah ibu mertuanya.
Bahkan ayah Dean sudah berada di sana. Tidak hanya itu, bahkan kedua orang tua Laura juga sudah berada di sana.
Di lihatnya Laura yang sedang di genggam tangannya oleh ibunya, senyuman manis yang belum pernah Dean lihat sama sekali mengembang dari bibirnya yang manis.
"Kau dari mana saja nak? Dan siapa suara wanita tadi?" pertanyaan Jasmine berhasil membuat lamunannya tentang senyuman Laura buyar.
"oh, maaf ibu, di--dia sekretarisku, aku baru saja selesai rapat di kantor."
"Rapat? Kenapa kau tidak memberitahu ayah dan sejak kapan kau mempunyai seorang sekretaris baru?"
"I--itu sebenarnya ayah, aku--aku."
"Yaa sudah tidak apa-apa, setidaknya kau sudah datang. Lain kali ketika ibu menyuruhmu untuk datang, kau harus langsung datang! Jangan di tunda, Laura adalah istrimu dia lebih membutuhkanmu, kau mengerti?!"
Lelaki tampan yang memiliki kumis dan janggut sedikit itu menganggukkan kepalanya menanggapi perkataan ibunya. Di lihatnya saat itu kepala Laura sedang menunduk sedih.
Setelah itu, dengan perasaan canggung kedua kaki Dean melangkah menghampiri sang istri.
Ibu Dean yang melihat itu langsung berdiri dan pindah posisi tepat berada di samping suaminya.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil duduk di kursi dan menggenggam tangan sang istri.
Sebuah anggukan kepala terlihat dari gadis berwajah bulat dan imut itu. Entah kenapa sejak itu jantung Dean mulai berdebar.
"Sebaiknya kita keluar! sudah ada Dean di sini." semua orang mengangguk menanggapi perkataan ayah Dean, James.
Setelah semua orang keluar, kini hanya Dean dan Laura yang berada di ruangan itu.
Ditatapnya terus menerus wajah Laura dengan rasa campur aduk. Sedangkan Laura, dia hanya menundukkan kepala. Ingin sebenarnya Laura berhambur memeluk sang suami, tapi dia takut untuk melakukan hal itu.
Hingga.
Mendadak raut wajah tampan itu yang awalnya tampak sedih kini berubah jadi geram. Di genggamnya erat tangan sang istri dan berkata,  "Hei! Tidak bisakah kau sehari saja tidak mengusikku?"
Pertanyaannya yang di lontarkan Dean padanya berhasil membuat gadis berwajah polos ini terkejut. Di tatapnya wajah sang suami dengan matanya yang lebar.
"Ka--kau kenapa?"
"Kau!!" Ungkap Dean yang langsung menghantam kedua tangannya tepat di samping kepala Laura.
Kedua mata gadis itu melebar sambil berkedip beberapa kali akibat terkejut sambil menatap ke arah sang suami. Jantungnya berdegup sangat kencang. bukan karena berdebar, melainkan karena rasa takutnya.
"Kau ingin tahu aku kenapa, hah? Kau ingin tahu? Kau, harus bertanggung jawab dengan ini semua!!"
Perkataan yang baru saja Dean sampaikan membuat Laura benar-benar tidak mengerti. Hingga tiba-tiba.
Tangan Dean memegang kencang leher Laura namun ia tahan meskipun genggaman erat itu sudah menyentuh leher sang istri. Ia melakukan hal itu lantaran Dean tak ingin membuat seseorang kehilangan nyawa akibat ulahnya yang gegabah.
Namun, alih-alih Dean yang berawal mencekik leher Laura justru berakhir menyentuh tubuh sang istri.
Tanpa mereka sadari, sang dokter yang ingin memeriksa kondisi Laura melihat hal itu. Matanya tampak terkejut tidak percaya melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

Komento sa Aklat (114)

  • avatar
    Glaisa Mina

    I can't relate I'm depression then I'm so insecure my face

    20/01

      0
  • avatar
    Nur Amira

    amazing novel i have ever seen ! good job and continue doing the good works!

    02/12

      0
  • avatar
    jhajha

    Super ganda nakakalungkot naispin pero kaya moyan

    01/11

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata