logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

BAB 6 : Penculikan

James pun terkejut saat melihat ke arah pintu itu lantaran mendengar suara handphonenya berdering.
Dilihatnya layar handphonenya ternyata dia mendapat telepon dari anak keduanya yang tidak lain adalah Harold.
"Oh, Harold, ada apa nak?" tanya James yang saat itu belum sempat melihat ke arah dalam ruangan Dean.
Bahkan saat itu James membalikkan tubuhnya berlawanan dari pintu Dean yang tanpa James sadari putranya yang sudah memiliki istri ini sedang bercumbu mesra dengan wanita lain bahkan saling bersentuhan.
Tidak hanya itu erangan kenikmatan terdengar tipis dari ruangan Dean, tetapi tetap James tidak menyadari hal itu.
"Oh, baiklah Harold, ayah akan ke sana. Sebenarnya sekarang ayah sedang berada di kantor Dean. Tapi tidak masalah, ayah akan segera ke sana, suruh mereka menunggu kedatangan ayah ya," pinta James yang langsung mematikan handphonenya tanpa melihat ke arah pintu ruangan Dean yang sedang bercumbu dengan wanita lain.
~
Sesampainya di kantor Harold.
Kini lelaki setengah baya itu melangkahkan kakinya menuju ke ruangan anak keduanya yang bernama, Harold.
Cklek.
Pintu pun terbuka dan lelaki paruh baya dengan wajah sedikit bulat dengan kumis dan janggut putihnya langsung dapat melihat dua orang sudah duduk di sofa dan berbincang dengan Harold.
Seorang lelaki paruh baya dengan menggunakan kacamatanya seumuran James dan jas hitamnya menambah kesan kewibawaannya.
Tidak hanya itu, seorang gadis muda yang cantik dengan pakaian terusan pendek berbunga besar berwarna pink kalem duduk di samping lelaki paruh baya itu.
Rambutnya yang berwarna kuning blonde panjang dimana rambut sisi kiri ke arah depan dan sisi kanan ke belakang membuat Harold menjadi tersipu malu.
Cklek.
Pintu terbuka, Semua orang yang ada di dalam ruangan pun langsung menoleh ke sumber suara.
"Ayah, kau sudah datang," kata Harold sambil berdiri dan merapikan celananya karena gugup.
"Ya, maafkan aku agak lama jalanan macet," jelas James.
"Tidak apa-apa ayah, ayah kenalkan dia paman Erick dan ini putri paman Erick," Jelas Harold sambil memperkenalkan.
"Oh, Erick. Seseorang yang sempat kamu ceritakan padaku waktu itu?" tanya James.
"Ya ayah, sebenarnya mereka sudah lama ingin datang kemari tapi baru sanggup datang hari ini," jelas Harold kembali.
James dan Erick pun bersalaman dengan senyuman yang mengembang dari wajah mereka, kemudian James mempersilahkan Erick dan putrinya untuk kembali duduk di kursi sofa.
"Jadi apa saja yang sudah kalian bicarakan?" tanya James.
"Kami belum membicarakan apapun tuan James, Kita menunggu kedatangan mu untuk memulai pembicaraan," jelas Erick kemudian tersenyum.
"Panggil James saja, kalau boleh tahu siapa nama gadis cantik yang ada dihadapan ku ini?" tanya James sambil menatap ke arah gadis itu dengan senyuman lembut.
"Oh, maafkan saya, saya Alice putri dari ayah Erick." jawab Alice sambil menundukkan tubuhnya sopan.
"Alice, nama yang cantik," jawab James kemudian tersenyum lembut.
James pun kemudian memperhatikan Harold anak keduanya ini yang sedang melirik kemudian tersenyum malu. Tidak hanya pada Dean, Jika seandainya Harold dan Alice saling menyukai satu sama lain dan kedua belah pihak keluarga setuju, tidak menutup kemungkinan Harold juga akan segera menikah dengan Alice.
James yang melihat putranya senyum-senyum sendiri mempunyai sebuah inisiatif.
"Erick, bisakah kita bicara di luar saja? Di sini ada kantin cafe yang enak. Biarkan anak kita saja yang membicarakan hal itu," ajak James.
"Wah kebetulan, memang saya sudah berikan dan pasrahkan semua mengenai perusahaan ku pada Alice. Aku sangat tidak keberatan James. Anakku, bicaralah dengan Harold mengenai kerjasama perusahaan kita." pinta Erick sambil berdiri.
Alice hanya mengangguk dengan senyuman manisnya ke arah ayahnya kemudian setelah itu Erick dan James melangkahkan kaki mereka keluar dari ruangan Harold dan menuju ke kantin cafe yang di maksud.
Setelah kedua ayah mereka keluar.
"Jadi, bagaimana apa yang bisa saya lakukan?" tanya Harold dengan senyuman malunya.
Alice menanggapi pertanyaan Harold dengan senyuman malu juga. Entah kenapa jantung mereka berdebar. Tanpa mereka sadari pertemuan saat itu adalah awal mula mereka jatuh cinta pada pandangan pertama.
***
Sore harinya, saat itu pukul 4. Dean baru saja menyelesaikan pekerjaannya kemudian ia beranjak dari kursinya kemudian di ambil tasnya dan langsung melangkahkan kakinya menuju ke parkiran mobil.
Baru saja lelaki tampan berbadan tinggi dan kekar itu masuk ke dalam mobilnya, Dia terkejut melihat seorang wanita yang tidak asing baginya ikut masuk ke dalam mobil Dean.
"Sarah, Apa yang kau lakukan?"
Dengan memiringkan tubuhnya ke arah Dean dan dengan tatapan menggoda sambil membelai pipi yang sedikit berkumis dan berjanggut itu dengan jarinya dia menjawab, "Tuan Dean Delano sayang, bawa aku jalan-jalan."
"Apa, hei, Bagaimana jika ada yang melihatmu?" Tanya Dean dengan panik.
"Tidak akan ada yang melihat, Ayolah Dean. Aku mohon, kapan lagi kita bisa pergi bersama?" kata gadis seksi itu dengan nada menggoda.
Dean pun tersenyum miring akibat tergoda oleh rayuan Sarah. Hingga pada akhirnya dia pun setuju. Dean pun kemudian melajukan mobilnya dan membawa Sarah ke sebuah taman yang indah di Amerika.
***
Hal yang sama juga terjadi pada Laura.
Ibu Dean, Jasmin adalah seorang wanita paruh baya yang sangat baik dan berhati mulia. Selama Laura tinggal di rumah Dean, Laura diperlakukan layaknya anak sendiri.
"Laura, apa yang kau lakukan nak?"
"Tidak ibu, aku hanya sedang mencuci piring." jawab Laura sambil menggosok piring yang kotor.
"Bukankah ibu sudah katakan jangan cuci piring, Bibi!!" teriak Jasmine.
Seorang pembantu pun muncul sambil berlari sedikit membungkuk.
"Ada apa nyonya?" tanya pembantu itu.
"Ada apa?! Hei, Kenapa kau biarkan menantuku mencuci piring? Ini sudah tugasmu!" kata Jasmine kesal.
"Ibu, sudahlah, tidak apa-apa, Lagipula aku yang ingin" kata Laura sambil melanjutkan mencuci piring.
"Tidak boleh, apapun itu alasannya. Bibi, tolong Lanjutkan cuci piringnya! Laura, sekarang kamu temani ibu jalan-jalan ya ke taman, Ayo!" ajak Jasmine yang langsung menarik tubuh Laura yang tinggi dan dan sedikit berisi itu dengan rangkulan.
***
Sampailah mereka di sebuah taman.
Mereka tidak menyadari bahwa ternyata Dean dan Sarah berada di sana. Bahkan Laura dan Jasmine sempat melewati tempat dimana Dean dan Sarah duduk bersama dengan mesranya.
Dimana saat itu Sarah memeluk lengan Dean dengan manjanya dan menyandarkan kepalanya di bahu lelaki berbadan kekar itu sambil mengobrol mesra dan tertawa dengan Dean dan Dean menanggapi itu dengan tawa juga.
Hingga.
"Ibu. bolehkah aku membeli minuman dulu? Ibu tunggu di sini saja." kata Laura yang di sambut anggukan oleh Jasmine.
Laura pun kemudian melangkahkan kakinya untuk membeli sebuah minuman yang lumayan jauh dari Jasmine duduk, namun masih bisa terlihat dari sudut pandang Jasmine, bahkan Laura membeli minuman juga tak jauh dari Dean dan Sarah duduk.
Hingga tiba-tiba.
"Kena kau!! Mau kemana hah? Aku dengar kau sudah menikah?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba muncul sambil menarik lengan Laura.
Laura terkejut melihat lelaki yang sangat tidak ingin dia temui muncul. Satu nama yang terbesit di pikiran Laura yaitu 'Dean' sang suami.
"Ayo, Ikutlah denganku!" Ajak lelaki itu sambil menarik tangan Laura.
"Tidak!! Lepaskan aku!!" teriak Laura.
Dean terkejut saat mendengar suara teriakan seorang gadis. Sontak Dean menoleh ke sumber suara, betapa terkejutnya dia saat melihat istrinya di tarik paksa bahkan dengan cara yang kasar.
Secara refleks Dean hendak beranjak menolong sang istri tapi tertahan oleh Sarah yang menarik tangan Dean kemudian mencium bibir Dean dalam.
Dean melirik ke arah istrinya yang sedang berontak akibat ditarik lelaki itu. Tapi, selalu terhalang oleh perlakuan Sarah yang menahan tubuh Dean untuk bergerak sambil mencumbunya.
Beberapa kali juga Dean bahkan membalas ciuman Sarah dan tatapannya lepas perhatian dari Laura yang masih berontak di tarik lelaki itu.
"Bagaimana ini? Laura ... Tidak, dia butuh bantuan ku. Dia istriku, Tapi Sarah. Oh," batin Dean sambil membalas ciuman bibir Sarah.
"Tidak!! Tolong!! Tolong!!" teriak Laura kencang.
Ibu Dean, Jasmine. Dia nampak bingung dan khawatir karena menantunya tidak kunjung datang. Ia tak mendengar suara teriakan sang menantu meskipun sudut pandang terjangkau.
Jasmine pun berinisiatif untuk mencari Laura. Hingga akhirnya betapa terkejutnya wanita paruh baya itu saat melihat sang menantu sedang di tarik oleh seorang lelaki.
"Hei!! Apa yang kau lakukan?!" teriak Jasmine kencang.
Jasmine pun langsung berlari kemudian menarik tangan Laura agar terlepas dari genggaman kuat dari si lelaki itu. Dia menarik tangan menantunya ini sambil memukul-mukul tubuh lelaki itu dengan kencang.
Dean yang saat itu sedang berciuman dengan Sarah langsung menghentikan ciumannya dan dengan sigap langsung menarik tangan Sarah dan membawanya pergi dari sana.
Hal itu sengaja Dean lakukan karena ia takut dan tidak ingin perbuatannya ketahuan oleh ibunya kalau dia sedang bersama dengan wanita lain, apalagi sambil berciuman mesra.
Sarah yang tampak bingung dan terkejut hanya bisa mengikuti langkah lari Dean sambil menatap ke arah seorang ibu yang sedang menolong anak gadisnya yang ditarik lelaki dengan kasar.
***
Sementara itu Laura, Jasmine tidak mau menyerah hingga pada akhirnya tangan sang menantu berhasil lepas dari cengkeraman lelaki itu dengan cara wanita paruh baya itu menggigit tangan lelaki itu dengan kencang.
"Aaaahhhh!!" teriak lelaki itu kemudian memegang tangannya yang terasa sakit.
"Berani sekali kau menyakiti menantuku! Pergi dari sini!!" bentak Jasmine.
Lelaki itu pun kemudian pergi meninggalkan Jasmine dan Laura dengan kesal tanpa mengatakan sepatah katapun.
Lalu, saat Jasmine menoleh ke belakang, betapa terkejut nya dia saat melihat Laura tergeletak lemas di rerumputan hijau di taman sambil memegang dadanya yang terasa sakit dan tertekan sambil menangis. Sakit depresi Laura pun kambuh. Dengan panik wanita paruh baya yang tampak gemuk itu pun langsung berteriak mencari bantuan.
"Tolong!! Tolong!!"
Beberapa bantuan pun tiba, salah seorang lelaki di sana langsung mengeluarkan handphonenya dan menelpon ambulance dari rumah sakit terdekat.
"Laura, tidak ... Tolong bantu saya membopong menantu saya ke mobil milik saya. Biar saya saja yang membawanya ke rumah sakit. Mobil saya berada di sebelah sana." ujar Jasmine sambil menunjuk ke arah mobilnya, dimana letak posisi mobil tidak terlalu jauh dari tempat dirinya dan Laura berada.
Beberapa orang di sana mengangguk kemudian mulai membantu Jasmine membopong Laura yang sudah tidak sadarkan diri menuju ke mobil milik wanita paruh baya itu .
Setelah Laura berhasil dimasukkan ke dalam mobil, dengan secepat kilat Jasmine langsung menancapkan gas mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat di sana.
Jasmine sangat menyayangi Laura layaknya anak kandungnya sendiri, karena selama ini Jasmine hanya memiliki empat anak lelaki. Ketika mendengar Dean bersedia menikah, orang yang paling bahagia adalah Jasmine, karena dia bisa merasakan memiliki seorang anak perempuan.

Komento sa Aklat (114)

  • avatar
    Glaisa Mina

    I can't relate I'm depression then I'm so insecure my face

    20/01

      0
  • avatar
    Nur Amira

    amazing novel i have ever seen ! good job and continue doing the good works!

    02/12

      0
  • avatar
    jhajha

    Super ganda nakakalungkot naispin pero kaya moyan

    01/11

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata