logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

KEPUTUSASAAN

Jung Jae Ha mengambil ponsel yang ada disaku jaketnya. Ia menggulir layar ponsel ke daftar nomor panggilan, lalu menekan salah satu nomor panggilan yang tertulis dengan nama Noona. Tangannya gemetar, sedikit kesulitan saat ingin menggulir layar ponsel. Perlahan tubuhnya mulai bereaksi satu persatu.
"Noona, kau dimana? Aku sedang menuju ke tempatmu." Tanyanya dalam panggilan.
"Aku sedang diluar. Kenapa? Tunggu, apa kau terluka lagi?" Balas seseorang yang dipanggil dengan Noona.
"Maaf merepotkanmu. Aku akan tunggu diluar tempatmu."
"Tidak! Apa maksudmu bocah!. Apa kau masih diperjalanan? Noona segera sampai, jangan tutup panggilannya oke?" Potongnya dengan tegas dan merasakan bahwa ada sesuatu yang janggal.
"Hmm...aku masih diperjalanan, uhukk! Hahhh...sialan ini menyakitkan." Erang Jung Jae Ha karena merasakan sakit dibagian otot perutnya.
"Nak, apa kau baik-baik saja? Kau terluka parah, haruskah aku membawamu kerumah sakit dulu?" Tanya supir taxi itu karena merasa khawatir.
"Tidak, itu tidak perlu. Percepat saja laju mobilnya." Jung Jae Ha menyuruh supir itu terus melajukan mobilnya dan tidak perlu memerhatikannya.
"Hei! Apa kau terluka cukup parah?" Teriak Noona dalam panggilannya.
"Aku baik-baik saja, Noona." Balasnya pelan.
Perjalanan hampir tiba, seseorang dari kejauhan menunggu dipinggir jalan. Menggunakan pakaian dress mini dan rambut pirang tergerai panjang, wanita itu melambaikan tangan dan menghentikan taxinya. "Jung Jaeha!" Teriak wanita itu dari arah luar dan segera membuka pintu taxi. Supir itu ikut membantu membopong Jung Jaeha keluar dari dalam taxi dan menyerahkannya pada wanita itu. Supir taxi itupun segera pergi setelah memastikan penumpangnya sampai ke tujuan yang aman.
Wanita itu segera membopong Jung Jaeha ke tempatnya, tepat diapartemen lantai 3. Ia langsung membantu pria kecil itu untuk merebahkan tubuh disopa bagian ruang tengahnnya. Ia berjalan cepat kearah kamar dan mencari kotak p3k juga membawa baju ganti untuk pria itu. Begitu jelas memar biru dan luka darah diwajah Jung Jaeha, ia sesekali meringis kesakitan sambil memegang perutnya. Ia hanya melirik sambil tersenyum ketika wanita yang dipanggil Noona itu datang dan duduk disamping, sambil menatapnya dengan penuh arti.
"Kau bilang ini bukan apa-apa dan baik-baik saja hm?" Ocehan seorang Noona karena merasa khawatir.
"Ah..hahaa maafkan aku Noona, aku bersalah. Uhukk!! Ah..ini membuatku gila." Jung Jae Ha membalasnya dengan ringan seperti, ini bukanlah apa-apa.
"Hahh..bisakah kau berhenti datang kerumahku dengan luka-luka ini? Dasar anak nakal!" Membantunya untuk duduk.
"Akan ku usahakan untuk itu. Ahh..luka sialan ini." Mengerang kesakitan saat bangun dan memposisikan badannya untuk duduk.
"Tahanlah sebentar, aku akan memasang perban dibagian perutmu. Hahh...kau membuatku gila. Apa kau membiarkan orang-orang itu menghajarmu sampai seperti ini? Hahh...dasar kau ini." Mengerutkan dahinya.
"Bisa dibilang, hari ini bukan keberuntunganku." Tersenyum pahit.
"Sampai kapan kau akan terus melakukan hal seperti ini? Kau bisa mencari pekerjaan lain jika kau mau!" Menyelesaikan perban terakhirnya.
"Hahh..kau juga berhentilah merokok dan segeralah pensiun dari pria tua itu, Noona!" Bentak Jung Jae Ha dengan tiba-tiba dihadapan Noona.
"Apa kau bicara seperti ini untuk membalas omonganku yang tadi? Bocah, setidaknya diumurku yang segini aku bisa melakukan apa lagi selain dengan badanku?" Mencoba untuk membuat kebenaran mengenai omongannya sendiri.
"Kau bisa mulai dengan hahh...setidaknya berhentilah merokok. Bertahanlah untuk dirimu sendiri, Noona. Aku bisa membantumu jika kau mau."
"Lihatlah siapa yang bicara. Siapa yang membantu siapa, dasar bocah. Kau ingin membantuku dengan keadaanmu yang seperti ini? Berhentilah membuat masalah!" Memukul punggungnya.
"Ah! Noona!" Menjerit kesakitan saat mendapat pukulan dipunggungnya.
"Jangan pernah mencoba-coba melakukannya. Sebisa mungkin kau harus menjauhi pria itu. Kau tau, Noona memilih untuk berjalan kearah sini, jadi biarkan Noona yang mengakhirnya." Jelasnya dengan getaran suara yang lemah.
"Yang artinya itu juga berlaku untukku." Hanya mendengus sembari tersenyum kecil saat mendengar perkataan wanita itu.
"Kau berbeda Jaehayaa..." Lirihnya pelan sambil merapihkan kotak p3k.
Setelah selesai mengurus semua luka yang ada dibadan Jung Jaeha, Noona menyuruhnya untuk beristirahat lebih awal. Sedangkan ia pergi untuk meminum sebotol soju diarea balkon sembari menikmati malam tahun baru, sebuah pesta kembang api yang terlihat dari area balkon apartemennya. "Sungguh menyedihkan diumurku yang sekarang ini." Gumamnya sembari menghisap sebatang rokok.
Keesokan hari, Jung Jaeha bangun dengan kondisi badan yang cukup membuatnya tidak nyaman. Rasa sakit disekejur tubuhnya akibat luka kemarin masih membekas dan terasa hingga ke ujung tulang. Ia beranjak dari atas sopa dan melihat kesekeliling ruangan namun ia tidak melihat siapapun. Ia kembali keruang dapur untuk minum sebotol air, disamping itu ia menemukan ponselnya yang sedang dicharger.
"Noona?" Membuka pesan masuk yang dikirim oleh Noonanya dari beberapa jam yang lalu.
"Kau sudah bangun? Makanlah sebelum kau pergi, ada ramyun diatas rak lemari dapurku. Lalu jangan lupa obati luka diwajahmu lagi, kau harus tau wajahmu itu yang paling berharga untuk saat ini. Selain itu, Bocah! Kau harus bertanggung jawab atas malam tahun baruku yang membosankan, traktir Noonamu ini soju kalau kau sudah baikan. Selamat tahun baru, Jaehaya." Pengirim pesan atas nama SeYoon Noona.
"Hm..selamat tahun baru Noona." Gumamnya pelan dengan senyuman kecil diwajahnya.
Kemudian ia mengecek panggilan masuk dan keluar diponselnya. Tangannya tiba-tiba berhenti mengguliri layar dengan tatapan mata yang membeku sejenak mengarah pada nomer dijajaran panggilan keluar.
Beberapa detik berlalu, hembusan nafas yang cukup kuat ia keluarkan. Ia secara spontan mengumpat pada diri sendiri, mengacak-ngacak rambutnya seperti orang gila dan meminum air hingga tersedak. "Jung Jaeha, bisa-bisanya kau menguhubunginya lagi. Hahh...sialan, sadarlah! Sadarlah!" Tatapan mata yang terjatuh, garis bibir yang menekuk dan kedua tangan yang gemetar. Saat itu ia tersadar, bahwa dirinya benar-benar dalam kondisi yang buruk.
*
Malam itu, setelah selesai menghubungi Se Yoon Noona, Ia menekan urutan nomor dilayar ponselnya dan membuat panggilan keluar. Hanya saja tidak ada yang menjawab panggilan itu. Kesekian kalinya Jung Jae Ha mencoba untuk menekan kembali nomor dan menghubungi nomor yang sama, Namun nomor itu tidak menjawab panggilan berulangnya. Sekitar lima kali Ia mencoba untuk memanggil nomor tanpa nama itu. Jung Jae Ha tidak menyimpan nomor tersebut dikontak ponselnya. Akan tetapi Ia sangat hapal dengan nomor tanpa nama dilayar panggilannya.
Wajahnya menunjukkan semua itu, terlihat begitu putus asa dibandingkan menyedihkan. Padangan matanya berkaca-kaca saat memandangi layar ponsel. Terkadang, seketika suasana hatinya berubah sambil meremas kuat ponselnya. Mencoba untuk menghela napas dan berkahir dengan memejamkan matanya. Benar-benar kacau, jika mengingat kembali keadaannya malam itu.
*
Jung Jae Ha pergi menjernihkan pikirannya dengan mencuci muka. Terasa sedikit perih saat air menyentuh wajahnya, beberapa luka yang masih basah dan belum mengempis begitu menyegat dibagian wajah. Bagian pelipis, tulang pipi dan bibir. Cukup buruk, saat melihat wajahnya yang babak belur di cermin, namun setimpal ucapnya dalam hati.
"Cukup bagus bukan jika seperti ini. Hahh..." Dengusnya. Sambil menatap dirinya sendiri kearah cermin.

Komento sa Aklat (66)

  • avatar
    03Sumarsi

    kak gem kak gem kata kata nya dong

    9d

      0
  • avatar
    AmiraNoor

    best

    19d

      0
  • avatar
    JumiatiJumiati

    keren

    24d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata