logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Air Mata Buaya Betina

"Kamu mau ke mana?" tanya Wisnu pada Winda yang sibuk berdandan di depan meja rias.
"Aku ada kerjaan hari ini, Mas." jawab Winda sambil mengoleskan lipstik merah terang ke bibirnya.
Wisnu menghela nafas. "Sayang, ini kan hari minggu?"
Winda memalingkan wajahnya, memandang suaminya dengan tatapan yang bisa membuat semua laki-laki berkata 'iya'.
"Plis ... Mas ngerti ya kerjaanku. Aku emang sibuk banget." Winda memelas. Mengantupkan dua tangan di depan wajah suaminya.
Wisnu mengangguk berat. "Tapi jangan sering-sering, ya."
Winda mengangguk. Wisnu tak bisa melarang pekerjaan istrinya karena dia tahu, ibunya ingin memiliki menantu wanita karir. Bukan wanita rumahan yang hanya berkutat pada beres-beres rumah dan melayani suami. Sejujurnya hati Wisnu berat membiarkan perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu bekerja dengan pakaian yang begitu terbuka.
"Aku pergi dulu, Mas." Winda mengecup dahi Wisnu dan meninggalkan aroma vanilla yang membuat laki-laki itu terkenang kembali aroma farfum yang sama namun dari perempuan yang berbeda. Perempuan yang entah bagaimana kabarnya sekarang.
****
"Loh, Winda mana?" tanya Bu Ratna saat Wisnu turun dari tangga sendirian. Wanita tua itu sudah siap dengan pakaian dan tas brandednya, duduk di sofa ruang keluarga.
"Kerja, Bu "
Bu Ratna membeliakkan matanya. "Ini kan hari minggu?"
"Wisnu juga udah bilang sama dia. Tapi katanya ini penting dan gak bisa di tinggal. Jadi mau bagaimana lagi?" ucap Wisnu pasrah.
Bu Ratna berpikir sejenak. Sepertinya wanita tua itu bisa memaklumi alasan Winda bekerja hari minggu. Lebih baik dari pengangguran yang hanya menghabiskan harta yang susah payah di cari anaknya. Mungkin begitu pikirnya.
"Ya, sudah. Kamu temani ibu ke mall aja. Kita gak usah ke tempat wisata. Nanti makan di resto favorit kamu, ya." ucap Bu Ratna memghibur putranya.
Bak anak kecil, Wisnu mengangguk patuh. Sejak kecil dia di doktrin oleh pikiran Bu Ratna agar Wisnu selalu berada dibawah kakinya dan patuh padanya. Sehingga sampai sedewasa ini, Wisnu masih bak anak kecil yang perlu ditunjukkan jalan oleh sang Ibu.
Sesampainya di mall besar yang rangkap dengan hotel bintang lima, sekilas Bu Ratna melihat siluet Winda memasuki hotel. Wanita tua itu memicingkan matanya. Mencoba memastikan apakah benar menantunya yang masuk ke dalam lobi hotel Star dengan pakaian yang luar biasa seksi dan menggoda.
"Kenapa, Bu? Kok micing-micing begitu matanya?" tanya Wisnu.
"Enggak, mata ibu agak gatal. Mungkin kemasukan debu" kilah Bu Ratna. Wanita itu tiba-tiba berpikir macam-macam. Kalau sampai Wisnu menduga atau berprasangka istrinya bukan wanita baik-baik maka habislah nanti. Padahal minggu depan Bu Ratna ingin memamerkan menantu seksinya pada teman-teman sosialitanya.
***
Winda melihat mobil suaminya dari kejauhan. Bergegas masuk ke dalam lobi hotel dan menonaktifkan ponselnya. Jangan sampai Wisnu melihatnya di sini. Bisa gagal rencana dia untuk memeras harta Wisnu agar bisa keluar dari jerat agensi yang mencekik lehernya.
Di lobi, orang agensi suruhan Mami sudah menunggu. Laki-laki dengan kepala botak dan tubuh kekar itu memberi kode agar Winda mengikutinya. Winda menggiring di belakang menuju kamar tempatnya bekerja. Agensi Winda memang ketat dengan bayaran mahal, namun di potong sangat besar untuk pekerjanya. Sebab keamanan mereka di jamin dengan adanya bodyguard yang akan berjaga di depan kamar.
Winda memasuki kamar dan terkejut. Tamunya adalah laki-laki yang sama dengan yang di temuinya dua kali seminggu lalu.
"Om Hans?" pekik Winda senang. Dia segera memeluk laki-laki paruh baya yang kepalanya di penuhi banyak uban.
"Om kok, bisa ke sini lagi?"
"Saya rindu dengan kamu." jawab Om Hans sambil menatap Winda lekat. Pengusaha tua yang di kenal punya banyak simpanan itu mengerling nakal pada Winda dan menatapnya penuh nafsu.
"Winda juga kangen sama Om," balas Winda tak mau kalah. Tangannya aktif menyentuh tubuh laki-laki itu.
"Hari ini, kita polos ya?" ucap Winda. Om Hans mengangguk setuju. Winda melanggar prosudur agensinya untuk mendapatkan keturunan agar hidupnya baik-baik saja. Wanita itu mempertaruhkan dirinya untuk membebaskannya dari jerat agensi dan mendapat harta lebih banyak dari suaminya.
****
Jam kerja Winda habis. Wanita itu sampai di rumah pukul empat sore. Ketika memasuki rumah, Ibu mertuanya menatapnya penuh selidik. "Dari mana kamu?"
Winda menghentikan langkahnya. "Aku kerja, Bu. Tadi udah bilang sama Mas Wisnu."
Bu Ratna menelisik pakaian menantunya. Winda hari ini memakai dress hijau. Kalau tidak salah lihat, di hotel tadi wanita itu melihat Winda memakai dress merah ketat. Bu Ratna akhirnya berasumsi dirinya salah lihat. Dia tersenyum manis pada menantunya dan menyuruh Winda bergegas mandi.
Winda berpapasan dengan Wisnu di dapur. Wisnu mencoba membaui aroma istrinya. Ini bukan wangi vanilla tadi pagi. Ini aroma farfum musk khas laki-laki. Rasa marah segera menjalar dalam dada Wisnu. Di tariknya tangan Winda kasar.
"Kamu habis selingkuh, hah?" tuduh Wisnu dengan wajah menegang.
"Ma ... maksudmu apa, Mas?" tanya Winda ketakutan.
"Farfum itu. Tadi siang kamu memakai farfum vanilla. Sekarang aromanya berganti jadi musk, kamu berbohong kalau hari ini kamu kerja, heh? JAWAB!" Wisnu tak bisa lagi mengendalikan emosinya. Jiwa posesif dan pencemburu beratnya keluar.
"Ada apa ini? Kenapa ribu-ribut di dapur?" Bu Ratna tergopoh-gopoh ketika mendengar keributan di dapur akibat teriakan Wisnu.
Winda segera saja mencari perlindungan di belakang tubuh ibu mertuanya. Dia tahu, sesama perempuan akan luluh dengan air mata. " Huhu ... Mas Wisnu menuduh aku selingkuh, Bu." adu Winda.
"Benar itu, Wisnu?" Bu Ratna memastikan.
" Aroma farfum dia sebelum berangkat dan sekarang beda, Bu. Pasti dia baru berpelukan dengan laki-laki lain." tuding Wisnu masih dengan tuduhannya.
Bu Ratna menatap menantunya yang menangis tersedu-sedu. Beliau sebenarnya merasa curiga dengan Winda, namun setelah mengingat kembali tentang perempuan di hotel yang mirip Winda memakai dress merah ketat dan Winda saat ini memakai dress hijau longgar, Bu Ratna mengesampingkan kecurigaannya.
"Kamu jangan menuduh istrimu tanpa bukti, Wisnu. Harusnya kamu tanya dia baik-baik. Bukan dengan cara membentaknnya seperi ini," tegur Bu Ratna.
Melihat kekesalan ibunya yang merupakan pemilik surga di bawah kakinya, Wisnu segera meredamkan amarahnya. Lalu memegang tangan Winda lembut, meski hatinya bergejolak. Wisnu tak bisa menerima kenyataan dengan keganjilan-keganjilan seperti ini. Tapi sejak dulu, Wisnu sudah pandai menekan perasaan dan kemauannya di hadapan ibunya. Karena apapun yang di katakan ibunya selalu bisa menyelamatkannya.
"Maafkan aku," ucap Wisnu lembut.
Winda mengangguk sambil sesekali sesegukan.
"Lain kali, jangan di ulangi lagi ya?" pinta Winda.
Wisnu mengangguk. Tanpa tahu istri liciknya bersorak dalam hati. Air mata buaya betina ternyata ampuh untuk menipu dua orang bodoh.

Komento sa Aklat (43)

  • avatar
    Luluk Ainun Ni'mah

    bagus ceritanya....sebagai pengingat...banyak kemunafikan di sekeliling kita...hati hati

    27/01/2022

      0
  • avatar
    Purenputri

    bagusss polll seruu

    13/05

      0
  • avatar
    Wasri Sutinah

    Saya bahagia menemukan aplikasi ini

    12/07/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata