logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Cinta Paling Tulus

Yazid keluar kamar dengan perasaan membuncah yang sama sekali tidak menentu. Munafik jika pria itu tidak kecewa. Malam pertama pasangan pengantin yang seharusnya indah dan di isi acara berkasih-kasihan malah berubah seperti medan perang. Sang pengantin perempuan seperti kesurupan.
Yazid membasuh wajahnya dengan air wudhu. Pria itu mencoba menenangkan diri, mencoba bersabar agar sikapnya tidak menyakiti sang istri.
"Loh, Zid. Belum tidur kamu?" tanya Pak Soleh sambil mengedipkan sebelah mata. Benar-benar mertua yang jahil.
"Belum, Pak. Ini masih ada yang mau saya kerjakan," ucap Yazid sambil tersenyum canggung. Jawaban Yazid ternyata membuat otak pak Soleh travelling. Mertua sekaligus bapak angkat Yazid itu bersiul. Lalu segera melenggang pergi setelah melempar celetukan yang membuat perasaan Yazid sangat tidak nyaman.
"Ya sudah. Dinikmati ya, kerjaannya."
Yazid kembali ke dalam kamar pengantin mereka. Akan sulit nanti jika dia memutuskan tidur di sofa atau malah pulang ke rumah kecilnya. Kedua orang tua angkatnya sekaligus mertuanya pasti akan bertanya-tanya.
"Ngapain Aa masuk lagi ke sini?" tanya Aisyah sambil memandang tajam Yazid. Tangannya segera menyembunyikan ponsel yang dipegangnya. Yazid merasa kalau istrinya sedang menyembunyikan sesuatu. Tapi dia mencoba bersikap biasa-biasa saja.
"Mau tidur," jawab Yazid sekenanya.
Mata Aisyah melotot. "Bukannya aku sudah bilang kalau aku belum siap nikah apalagi gituan. Aa benar-benar memanfaatkan aku. Aku beneran gak nyangka kalau Aa ...."
Ucapan Aisyah terhenti ketika Yazid meletakkan bantal di lantai dan meletakkan sebuah sarung sebagai alas. "Sudah ngomelnya? Aa mau tidur. Sekarang kamu tidur aja di ranjang Aa tidur di lantai."
Aisyah tercengang tidak percaya. "Gimana aku bisa percaya Aa? Gimana kalau nanti Aa ngapa-ngapain?"
"Aku suami kamu. Kalau aku mau ngapa-ngapain kamu sudah sejak tadi aku lakuin. Tapi aku nggak ngapa-ngapain kan? Atau kamu berharap aku ngapa-ngapain kamu?" tanya Yazid datar.
"Ih najis! Nggak sudi aku!" bentak Aisyah marah.
Yazid menghela nafas. Kalimat sabar berulang kali di ucapnya dalam hati. Orang sabar selalu kesal. Itulah perasaan yang Yazid rasakan sekarang. Andaikata dia memakai egonya sedikit saja, maka Aisyah tidak bisa berkutik karena perempuan itu adalah istrinya. Miliknya sepenuhnya. Tapi Yazid, tetaplah pria yang sama yang selalu mencintai dan tidak ingin menyakiti istrinya.
Kamar itu hening. Aisyah berbaring di atas ranjang. Sesekali melihat dengan siaga ke arah Yazid yang tidur miring menghadap ke arah dinding. Nafas pria itu naik turun dengan teratur. Aisyah merasa lega. Pikirnya Yazid sudah tertidur.
Kenyataannya Yazid tidak tidur. Pria itu mencoba menguasai dingin yang menyergap. Lantai ini begitu dingin. Sementara Yazid mempunyai riwayat penyakit asma. Dia mencoba menghangatkan dirinya dengan pikiran positif. Yazid memejamkan mata. Membayangkan dirinya ada di sebuah tempat di pinggir pantai pada saat musim panas. Bayangan ini membuat Yazid merasa hangat. Lalu pria itu tertidur dalam hayalnya.
Aisyah bangkit diam-diam. Mengambil ponselnya di atas nakas. Lalu melihat kembali pesan yang dikirimkannya pada Wisnu. Pesan itu tidak terbalas. Tapi yang membuat remuk dada Aisyah adalah Wisnu sudah membaca pesannya dan dia mengabaikannya. Sungguh sial!
Aisyah terengah-engah. Perasaannya merasa bersalah karena telah menjadikan Yazid tameng balas dendam untuk seseorang yang sama sekali tidak mencintainya.
"Ataukah karena anak itu?" bisik Aisyah penuh kebencian. Asiyah segera membuka sosial media milik Winda dan menemukan satu jam lalu Winda memposting kebersamaan keluarga mereka. Aisyah merasa terkhianati untuk kedua kalinya. Dia menangis sesegukan. Jatuh meluruh dilantai. Memeluk Yazid yang sedang tidur lelap.
"Ada apa?" Yazid terkejut merasakan tangan halus merengkuh tubuhnya.
Aisyah tidak menjawab. Tapi membenamkan kepalanya di dada Yazid. Tangisnya makin menjadi. Yazid kaku. Dia bingung akan membelai kepala Aisyah atau diam. Beberapa saat yang lalu Aisyah marah karena tidak ingin disentuh.
"Sya ...." panggil Yazid lirih.
"Biarkan seperti ini. Jangan dilepas. Biarkan saja," pinta Aisyah sambil mengeratkan pelukannya.
Yazid membalas pelukan Aisyah perlahan. Lalu merengkuh erat wanitanya. Satu sisi Yazid merasa bahagia karena ini pelukan pertama mereka. Satu sisi Yazid merasa sedih karena saat ini Aisyah sedang kembali terluka hati. Entah apa yang dialami istrinya, tapi Yazid tahu traumanya sangat besar. Dia tahu seberapa rapuh Aisyah. Pun dia juga mengenal perempuan itu bertahun-tahun.
"Tidak apa-apa menangis. Tapi ingat, semuanya akan baik-baik saja." Yazid mengelus kepala Aisyah. Mengecup pucuk kepalanya. Aisyah tidak protes sama sekali. Dia merasa menerima. Dia merasa damai dalam pelukan Yazid yang sejal dulu dianggapnya sebagai kakaknya sendiri.
"Tapi semua sudah hancur. Hancur ... huhuhu," tangis Aisyah meledak.
Yazid mengangkat kepala Aisyah agar mendongak. "Sya, tatap aku."
Wajah sebak penuh air mata itu menatap ke arah Yazid yang memandangnya dengan tatapan teduh. Mata lentik milik Yazid membuat Aisyah terpana sesat sebelum keindahan itu pudar dengan bayang-bayang rasa sakit yang kembali muncul. Tikamannya serasa nyata. Membuat sesak dan perih. Aisyah meremas dadanya.
"Percayalah padaku, semua akan baik-baik saja. Kamu harus ingat, ketika dunia menyakitimu, selalu ada orang yang akan menyediakan obat atau tempat istirahat untuk hatimu. Orang itu, aku," Yazid berkata dengan pasti. Tangannya menggenggam erat tangan Aisyah. Suami istri itu berpelukan di atas lantai.
Perlahan, Yazid menghapus air mata di wajah Aisyah. "Kamu jadi jelek kalau menangis,"
"Aku cantik," ucap Aisyah ketus. Merajuk dibilang jelek oleh Yazid.
"Hahaha. Iya, kamu cantik. Tapi hapus dulu air matanya cantik," bisik Yazid sambil tersenyum.
Aisyah kembali memeluk Yazid erat. "A." panggil Aisyah.
"Iya, Sya," jawab Yazid.
"Maafin Aisyah soal tadi, ya. Tapi Aa mau kan kita gak buru-buru. Aa tahan gak nahan setahun? Gimana kalo kita pacaran dulu?" tawar Aisyah.
Aisyah menahan sakit dalam hatinya. Jika ingat tentang Wisnu, dia kembali terluka. Aisyah akhirnya memutuskan pasrah pada takdir. Menerima Yazid sebagai suaminya. Tapi terus berjuang agar mendapatkan hati mantan suaminya. Aisyah menjadi licik. Kepribadiannya berubah semenjak di talak tiga oleh Wisnu. Gadis lugu dan alim itu berubah licik dengan caranya yang tak terlihat. Wajah polosnya memancarkan kejujuran. Tidak ada yang bisa menyangka kalau Aisyah bisa berbuat sekeji itu. Aisyah sudah jauh kehilangan dirinya.
Yazid tersenyum sumringah. Penerimaan sang istri sudah lebih dari cukup. Cinta akan datang kapan saja ketika mereka sudah mulai terbiasa. Tapi, bukankah Yazid sudah lebih dulu mencintai Aisyah dalam diam di tahun- tahun belakang? Pria itu bisa bersabar setahun lagi sampai istrinya siap. Setidaknya Yazid sudah memilikinya dan bisa memeluknya. Itu saja sudah merupakan kebahagiaan tak terkira.
"Aa akan menunggu. Bahkan sampai habis jatah waktu untuk menunggu. Apapun untukmu, Sya. Aa pasti bisa melakukannya." janji Yazid.

Komento sa Aklat (43)

  • avatar
    Luluk Ainun Ni'mah

    bagus ceritanya....sebagai pengingat...banyak kemunafikan di sekeliling kita...hati hati

    27/01/2022

      0
  • avatar
    Purenputri

    bagusss polll seruu

    13/05

      0
  • avatar
    Wasri Sutinah

    Saya bahagia menemukan aplikasi ini

    12/07/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata