logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Skriphurt

Skriphurt

winda nurdiana


Awal

Rara mengetuk pintu ruangan Kaprodi. 
     "Silakan masuk, " ucap Dosen Pembimbing skripsinya bernama Bu Ina.
Rara masuk ke ruangan dan duduk di hadapan Bu Ina.  "Bu,  ini saya mau bimbingan BAB 1 dan 2,"  Rara menyodorkan kertas naskah skripsi pada Bu Ina.  Bu Ina menerima kertas itu dan mulai mengoreksi BAB demi BAB. Rara menengok ke arah naskah skripsi ,  dilihatnya ada beberapa coretan yang ditandai oleh Bu Ina.
   "Ini kesalahannya sudah saya koreksi betulnya apa,  Mbak,  kamu tinggal betulkan saja,  ya. " Bu Ina tersenyum sembari memberikan naskah Rara. 
   "Terima kasih,  Bu, " kata Rara dengan sopan.  "Saya permisi. " Rara bangkit dan berjalan keluar ruangan Kaprodi. 
Langkah kaki Rara menuju ke taman kampus.  Rara duduk di sebuah kursi panjang yang ada di sana.  Rara memperhatikan seseorang yang kebetulan duduk di sebelahnya.  Seorang laki-laki berparas cukup tampan sedang meminum obat berwarna pink.  Rara  kaget bukan main melihat pemandangan itu. 
    "Mas, itu obat terlarang,  'kan? " tanya Rara tanpa basa-basi.
Laki-laki itu hanya mengernyit saat mendengar ucapan Rara.  "Jangan sok tahu! Ini itu obat--" cowok itu menghentikan ucapannya.  "Obat vitamin maksud gue, " ralat cowok itu.
   "Bohong, ya,  lo? " tanya Rara, masih tidak percaya dengan perkataan laki-laki di sebelahnya itu.
  "Kalau lo nggak percaya,  ngapain lo nanya?  Ribet amat lo jadi orang." Laki-laki itu menatap Rara tajam.
    "Galak amat,  Mas," Rara tak mau kalah.  Walaupun Rara seorang perempuan,  Rara tidak mau kalah dengan laki-laki. 
  "Kepo jadi orang. " Setelah dia berucap,  laki-laki itu pergi begitu saja dari hadapan Rara.  Mungkin  laki-laki itu Meras terganggu dengan kehadiran Rara.  Rara mengangkat bahunya acuh.  "Bilang aja itu obat terlarang!" seru Rara kesal.  Akhirnya gadis itu memilih untuk melengang ke kantin.  Sesampainya di sana,   Rara bertemu dengan teman yang alih jalur(transferan) sama dengan Rara.
  "Ira, " panggil Rara.
Ira melambaikan tangan dan menunjuk sebuah kursi kosong di dekatnya.  Rara mengangguk dan duduk di sebelah Ira.
   "Ra,  lo udah bimbingan skripsi?"tanya Rara.
   "Belum bisa,  dosennya sibuk. " Terlihat muka Ira mendadak bete. Rara yang sadar dengan perubahan muka Ira hanya bisa terkekeh.  "Sabar,  Ira,  kan, Dospemmu itu super sibuk.  Lo tahu dari dulu semenjak kita alih jalur,  kan? " Rara mengangkat sebelah alis.
Ira membuang napas dan menganggukkan kepala.  "Tapi sampai kapan,  Rara? "
"Nggak tahu juga,  sih.  Hmm...  mending lo rajin-rajin aja ke kampus.  Ya,  siapa tahu kamu datang pas dosennya nggak sibuk. "
  "Bener juga,  sih,  Ra. "
Ingatan Rara kembali pada cowok yang ditemuinya tadi di taman kampus.  Rara akhirnya menceritakan kejadian itu pada Ira.
   "Tadi gue,  kan,  di taman kampus,  Ra.  Nah,  gue itu liat cowok baru minum obat apaan gitu,  Ra. " Muka Rara mendadak bergidik ngeri.  "Kayaknya itu obat terlarang,  deh,  Ra. " Rara menguncang-guncangkan bahu Ira.
   "Jangan suudzon dulu deh,  Rara. Bisa aja,  kan,  itu vitamin atau apalah.  Nggak baik berburuk sangka." Ira menasihati supaya temannya itu tidak berpikir jelek terhadap orang lain.
"Iya. Tapi kalau bener,  gimana? "
"Laporin aja ke Kajur. Beres,  kan? " Ira merangkul bahu Rara.
  "Tumben lo pinter, " ledek Rara.
   "Ngejek aja terus,  Ra.  Gini-gini gue dulu D3-nya cumlaude," timpal Ira tak mau kalah.
****
"Buruan jalannya,  Vin,  gue mau kenalin lo sama temen gue,  dijamin lo bakal suka. " Azar mendorong bahu  Vino dari belakang dengan kedua tangannya.  Ya,  Vino berjalan sangat lamban,  membuat Azar gregetan bukan main.
   "Nah,  ini temen gue,  namanya Rara, " kata Azar sesampainya di kantin kampus.  Mata Rara langsung kaget saat menyadari kehadiran Azar dan laki-laki yang dia temui di taman kampus kemarin.
   "Lo,  kan,  yang? " Rara gedek-gedek kepala.  Apa Rara salah orang?  Tapi tidak mungkin,  Rara yakin laki-laki itu yang meminum obat yang dicurigai obat terlarang itu.
  "Yang apa? " Vino tidak paham apa yang dimaksud gadis di hadapannya ini.
"Yang kemarin di taman kampus minum obat warna pink, " sahut Rara.
"Kalian udah saling kenal? " tanya Azar memandang Rara dan Vino bergantian.
"Ini cewek yang nuduh gue kagak-kagak!" seru Vino.  Ternyata Vino masih ingat muka cewek yang menuduhnya bukan-bukan saat di taman kampus.
"Oh, yang lo ceritain ke gue itu,  ya? " Azar mengangguk.  "Jangan musuhan gitu, lah.  Saling kenalan, dong. " Azar mengaitkan tangan Rara dan Vino.
  "Gue Vino, " Vino tersenyum miring,  tidak suka.
"Gue Rara, " Rara segera melepas jabatan tangan Vino.
  "Kenalannya gitu amat?" Azar mengangkat bahu.  "Kan kita ini senasib,  sama-sama anak alih jalur,  yang akur,  dong. "
"Lo anak alih jalur juga? " tanya Rara.  "Gue pikir lo angkatan bangkotan tua.  Soalnya muka lo kayak udah tua gitu. "
"Enak aja lo ngatain orang!  Mana ada anak alih jalur usianya belum tua?  Namanya juga alih jalur!" Vino tidak terima dibilang muka tua.  Baginya dia masih muda. Dua puluh dua tahun masih dianggapnya usia muda.
"Tuh,  kan,  Zar,  temen lo ini galak. Males gue. " Rara buru-buru memakai tas ke punggung dan pergi meninggalkan kantin.
Azar menarik tangan Vino mengejar Rara yang belum terlalu jauh.
  "Ra,  jangan ngambek,  dong. " Azar mengejar Rara dan menyamakan langkah.
"Itu temen lo ngapain lo ajakin? " Rara memperlihatkan wajah tidak suka.  Baginya laki-laki teman Azar ini kasar,  dan tidak punya sopan santun sama sekali terhadap perempuan.
"Gue minta maaf, " kata Vino akhirnya.
"Nggak perlu minta maaf,  lebaran masih lama."
Vino menghela napas.  Cowok itu semakin kesal dengan cewek ini.  Dia sudah berusaha meminta maaf,  tapi tanggapan perempuan ini masih saja menyebalkan.
"Terserah lo,  deh." Vino mulai kesal dan menarik tangan Azar menjauhi Rara.
  "Bro, itu cewek yang mau gue jodohin sama lo! " Azar angkat bicara.  Pasrah,  akhirnya Azar mengikuti langkah Vino menuju Bale Lantip.
Sesampainya di sana,  mereka duduk di depan Bale Lantip. "Gue nggak mau dijodoh-jodohin,  Zar.  Jodoh itu di tangan,  Tuhan,  kan? "
Azar menonyor kepala Vino.  "Kita ini sebagai laki-laki,  Man.  Ya kali kita nunggu jodoh?  Yang ada kita nyari,  Vin. "
Vino membenarkan perkataan  Azar barusan.  Tetap saja Vino tidak mau dijodohkan dengan perempuan  menyebalkan bernama Rara itu.
  "Kalau cewek yang tadi,  gue nggak mau,  Zar!" tolak Vino mentah-mentah.
  "Terus lo mau cewek yang kayak gimana? " tanya Azar mulai bingung.
"Cewek yang kayak gitu, " tunjuk Vino menunjuk seseorang perempuan berparas cantik,  berpenampilan modis yang sedang lewat.
  "Tipe lo ketinggian! Udah lo sama Rara aja,  Vin. "
"Ogah gue. Mending gue jomlo seumur hidup,  deh. " Vino mulai tertarik dengan perempuan yang baru saja lewat di hadapannya.  Cowok itu harus bisa berkenalan dengan perempuan itu dengan cara apapun.
***

Komento sa Aklat (87)

  • avatar
    Erna Wati

    mantap

    7d

      0
  • avatar
    asmidahnurshamidah

    sangat terhibur

    9d

      0
  • avatar
    Kurnia Adhi

    mantap

    29d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata