logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

6. Penghasut

Mataku terasa berat saat dibuka. Rasanya seperti melayang. Suara terdengar jelas, tapi aku tidak bisa membuka mata. Menyauti ucapan mereka.
"Kenapa? Anak sialan ini tidak mati saja sih. Kalau cuman sakit, cuman bikin repot aja," kata orang itu. Suara ini bukan suara mama. Aku tidak pernah mendengar suara ini sebelumnya.
"Kenapa cuman sakit saja. Kalau anak ini mati, semuanya akan lebih mudah. Mas randi masih pulang ke rumah istrinya juga karena anak ini." Suara itu terdengar kesal dan marah.
"Rasanya pingin kucekik saja, anak sialan ini. Biar mati sekalian."
"Jangan nekad, hanya kita yang ada disini. Bisa masuk penjara kita. Si Randi sangat menyayangi anak ini."
Aku tau suara itu. Suara milik Tante Saswita. Kenapa dia ada disini? Kenapa bukan mama yang menemani aku.
"Jangan sia-siakan perjuangan kita. Sudah susah payah kita menghasut Randi agar benci istrinya. Mama sudah susah payah memfitnah perempuan bodoh itu," kata Tante Saswita dengan benci.
"Tapi, aku benci anak ini mah. Tiap hari mas randi membicarakan anak ini. Bikin muak saja."
"Kamu sabar dulu dong. Kita cari cara biar anak dan istri pergi dari hidup Randi. Pelan-pelan dulu, yang penting kita sudah menguasai harta Randi."
"Pokoknya mama harus segera cari cara buat nyingkirin anak dan istri mas Randi"
"Tentu saja sayang. Kamu tau sendiri kan, bagaimana usaha mama menghasut laki-laki itu agar masuk kedalam jeratan kamu."
"Mama memang hebat. Sekarang kita tidak hidup susah lagi, tapi aku belum puas. Kalau belum mengusir anak dan istri mas Randi dari rumah mewah itu," katanya dengan penuh ambisi.
"Tenang saja. Wanita itu bodoh, kita dengan mudah bisa mengikutkannya."
Papa berubah menjadi monster karena dua wanita ular ini. Papa memukuli mama, karena wanita ini menghasut papa.
Mereka terlalu haus akan harta. Kebaikan mama sama sekali tidak terlihat. Kebaikan mama malah, dibalas kejahatan.
Setiap pertolongan mama. Malah dibalas dengan luka di tubuh dan di hati mama. Mereka jahat sekali.
Apakah harta sudah membutakan hati nurani mereka. Aku harus apa? Ingin berteriak tapi aku tidak mampu.
Mamaku yang malang menderita karena wanita serakah ini. Tiap hari mama berdoa agar papa kembali. Saat papa kembali, dia malah terluka. Menangis dan terluka.
Entah berapa banyak darah mama yang tumpah karena mereka. Tangis dan penderitaan mama semua karena mereka. Kenapa hati kalian jahat sekali.
Mama yang membatu kalian. Saat tidak ada yang peduli pada kalian. Saat kalian kelaparan mama yang memberi makan. Saat kalian butuh uang mama yang berikannya pada kalian.
Balasan untuk mama sungguh menyakitkan. Kalian mengambil super hero kami. Mengubahnya menjadi monster. Mengambil hak kami, kami kadang merasa kelaparan.
Mama hanya bisa tegar dan pasrah. Mungkin mama tau jika lain jahat. Tapi mama tetap tersenyum saat bertemu dengan kalian.
"Mereka harus kita singkirkan secepatnya. Kita harus bertindak cepat, tadi saja. Mas Randi terlihat sangat menyesal dan mau mengakhiri hubungan kami ma. Untung mama bisa menghasut dengan memfitnah istri bodohnya."
"Tentu saja sayang. Mama pintar bersilat lidah dan berkata-kata manis. Untung mama bisa mengendalikan situasi dengan pura-pura khawatir pada anak sialan ini. Coba kalau tidak bisa lepas tambang emas kita. Mama tidak mau hidup susah lagi."
"Aku juga Ma. Tidak mau lagi hidup susah. Aku akan melakukan apapun untuk hidup senang. Untuk itu kita harus menyingkir orang-orang ini."
********
Saat aku bangun. Tidak ada lagi dua wanita itu. Hanya ada papa yang terlihat sangat khawatir padaku.
Dia langsung menciumi wajahku saat melihatku sudah sadar. Aku ingin berbicara tapi tenggorokanku sangat sakit.
Aku memandang papa sendu. Wajah ini sudah lama tidak terlihat selembut ini. Akhir-akhir ini di mataku papa seperti monster jahat.
"Kamu mau minum, sayang." Papa mengambilkan aku minum. Aku memberinya dengan tangan bergetar.
Papa kenapa menjadi monster? Aku takut berada didekat papa. Tubuhku gemetar pa. Hatiku sakit, rasanya sesak. Nafasku terasa berat dan menyakitkan saat bersama papa.
Aku ingin memeluk papa, tapi aku takut pa. Setiap hari aku mimpi buruk pa. Tidurku tidak pernah nyenyak. Nafasku rasanya habis saat bangun dari mimpi buruk.
Papa lah penyebabnya. Papa menyakiti aku dan mama begitu banyak. Seumur hidupku memori ini akan ada pa. Sekarang laki-laki mana lagi yang bis aku percaya? Jika papa saja menyakiti aku. Bagaimana dengan laki-laki di luar sana? Apa semua ini karena kamu.
"Mama?" tanyaku serak. Tenggorokan terasa sangat sakit.
"Aku ingin mama. Aku mau bersama mama," kataku lirih. Aku takut jika harus bersama papa.
"Sebentar lagi mamamu akan datang sayang." Papa terlihat sangat sedih mendengar aku hanya menanyakan mama. Tapi taukah papa? Kami seribu kali lebih sedih karena perilaku papa.
"Papa sayang mawar," katanya sambil mencium keningku. Aku benci dan sangat takut pada papa, balasku dalam hati.
Bagi anak perempuan, papa adlah cinta pertamanya. Tapi bagiku papa adalah laki-laki yang mematahkan hatiku pertama kali. Papa yang seharusnya melindungi aku. Malah menjadi orang yang paling menyakiti aku.
**********
Sejak kejadian itu papa tidak pulang selama berbulan-bulan. Luka di kepalaku memang berangsur pulih. Tapi luka di hatiku semakin bertambah. Bernanah dan membusuk.
Kami juga berulang kali bertemu dengan Tante Saswati. Pakaian sangat mewah, berbeda dengan mama yang makin kusam.
Di sekolah Zaki juga, memakai barang mahal dan baru. Semetara aku hanya memakai barang-barang lamaku. Warnanya semakin pudar, aku sering kesulitan membayar keperluan sekolah.
Aku sering menjadi bahan bullyan. Menangis dalam kesendirian, tidak ingin mama khawatir. Hidup sudah cukup berat untuk kami. Aku tidak ingin menambah beban untuk mama.
Aku juga tau, jika Zaki sering mengikuti aku. Secara diam-diam saat pulang sekolah dia selalu mengikuti aku diam-diam dari belakang. Lalu dia menghilang, saat aku sudah sampai di rumah.
"Aku akan membawamu nanti," katanya saat aku memergokinya mengikuti aku. Dia memberikan coklat yang cukup besar padaku.
"Aku akan membawamu," katanya seperti janji.
Saat Zaki pergi aku membuang coklat yang dia berikan keselokan. Aku tidak akan pergi dengan laki-laki manapun. Aku tidak mau seperti mama. Mencintai sampai mengorbankan diri. Aku tidak akan pernah seperti itu!

Komento sa Aklat (30)

  • avatar
    GnGPesalll

    makasih

    09/08

      0
  • avatar
    Intan Prmna

    bagus

    15/06

      0
  • avatar
    Rahayu ning Tiyas26

    Bagus banget

    14/03

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata