logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

SURAT PERJANJIAN

~ Aku mencintaimu dengan tulus, tapi mengapa kamu membalasnya dengan pengkhianatan? ~
Abhimana Pratama
**
“Ayla ... aku sudah memberikan segalanya padamu, termasuk hatiku. Kamu tahu itu, kan?” Abhi menggapai wajah Ayla, menyentuhnya dengan lembut. Tanpa bisa ia bendung, air mata mengalir begitu saja dari pelupuk matanya. Ia sangat lemah jika sudah berhadapan dengan Ayla, wanita yang sangat dicintainya.
Ayla hanya bisa terdiam, wanita itu tak berani menatap sang suami. Lidahnya terasa kelu, ia pun merasa bersalah telah mengkhianati Abhi. Namun perasaannya tak bisa berbohong, karena hanya dengan Davin ia baru bisa merasakan cinta itu.
“Aku mencintaimu dengan tulus, tapi mengapa kamu membalasnya dengan pengkhianatan seperti ini? Kenapa Ayla!” bentak Abhi merasa frustrasi, belum pernah selama pernikahan mereka ia membentak Ayla seperti itu. Hatinya terlalu sakit, ia tak mampu menahannya seorang diri.
Ayla pun ikut menangis, hanya kata maaf yang keluar dari bibir tipisnya itu. Abhi yang merasa kecewa lantas memilih pergi ke dalam kamar dan mengurung dirinya sendiri. Ia tak ingin bertemu Ayla untuk saat ini, pria itu ingin sedikit mengobati luka hatinya sendiri. Karena dengan mencintai Ayla, ia telah memasang sendiri bom waktu yang kapan saja akan melukainya. Dan inilah puncaknya, Ayla kini terang-terangan mengakui bahwa dirinya telah memiliki kekasih di saat wanita itu masih sah menjadi istri Abhi.
“Maafkan aku Mas Abhi, mungkin dengan cara ini kamu akan bersedia menceraikan aku secepatnya,” gumam Ayla sambil mengusap air mata di pipinya.
**
Keesokan paginya, seperti biasa Ayla telah menyiapkan sarapan untuknya dan Abhi. Ia mengetuk pintu untuk membangunkan suaminya itu, namun tak ada jawaban. Akhirnya ia kembali ke meja makan, menunggu suaminya itu keluar kamar.
Beberapa saat kemudian, Abhi telah keluar dengan pakaian santainya. Pria itu pun duduk di meja makan tanpa menyapa Ayla yang sudah duduk lebih dulu di sampingnya.
“Mas, hari ini kamu nggak ke kantor?” tanya Ayla memberanikan diri menyapa suaminya lebih dulu.
Abhi hanya menggeleng pelan sambil meminum segelas air putih di hadapannya.
“Aku ambilkan ya,” tawar Ayla berusaha ramah melayani suaminya seperti biasa.
Abhi hanya diam melihat Ayla yang dengan penuh perhatian menuangkan nasi goreng ke atas piringnya lalu meletakkan dengan hati-hati di hadapan pria itu. Abhi mengambil sendok dan menyuap nasi goreng masakan sang istri ke dalam mulutnya. Mereka pun makan bersama dalam diam, tak ada obrolan hangat seperti yang setiap pagi biasa mereka lakukan.
Selesai makan, Ayla membereskan meja sedangkan Abhi memilih ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Tak lama kemudian, Ayla menghampiri Abhi di ruang keluarga. Melihat Ayla yang akan menuju padanya, Abhi memilih mematikan televisi dan beranjak dari tempat duduknya.
Ayla menahan lengan Abhi yang hendak melewatinya. “Tunggu Mas, kita harus bicara.”
Ayla memandang sang suami yang menatap balik padanya dengan tatapan penuh rasa kecewa.
“Apa lagi yang harus dibicarakan? Kamu berharap aku akan menceraikan kamu dan kalian bisa hidup bahagia bersama, begitu?” tukas Abhi dengan menarik lengannya yang dipegang Ayla.
“Mas, aku tahu aku salah sudah bermain curang di belakang kamu. Aku hanya ingin kita berpisah dengan baik-baik, Mas ....”
Abhi menatap Ayla dengan mengerutkan dahinya. “Berpisah? Siapa yang akan menceraikan kamu? Jangan harap semudah itu,” ucapnya dengan tegas.
“Tapi aku sudah menduakan kamu, Mas. Kamu berhak menceraikan aku, selagi kita masih belum punya ... anak,” ucap Ayla lirih di akhir kalimat.
Abhi tertawa sumbang sambil melipat tangan di depan dada. “ Ayla ... Ayla ... jangan kamu kira aku sebodoh itu melepas kamu begitu saja. Aku akan menahan kamu denganku seumur hidup, nggak akan aku biarkan kamu sampai bahagia dengan lelaki itu. Soal anak, akan aku buat kamu mengandung anakku secepat mungkin,” ucapnya penuh keyakinan sambil berlalu meninggalkan Ayla yang tak terima karena rencananya telah gagal total.
**
Malam harinya, Abhi memberikan sebuah dokumen berisi surat perjanjian pada Ayla.
“Apa ini, Mas?” tanya Ayla saat menerima map berwarna biru yang diberikan Abhi padanya.
“Kamu buka saja dan baca dengan baik-baik,” pinta Abhi, tanpa banyak bertanya Ayla pun melakukannya.
● Surat Perjanjian Abhimana dan Ayla ●
Abhi bersedia menceraikan Ayla dengan syarat :
1. Ayla boleh bertemu Davin, asalkan Abhi harus selalu ikut.
2. Ayla tetap menjalankan kewajiban sebagai istri dan melayani Abhi sebaik mungkin
3. Ayla harus memberikan keturunan kepada Abhi dan bersedia memberikan hak asuh sepenuhnya jika telah resmi berpisah.
4. Selama hamil anak Abhi tidak diperbolehkan bertemu dengan Davin.
Jika semua syarat terpenuhi, Abhi akan memproses perceraian sesegera mungkin.
Ayla menatap tak percaya pada Abhi dengan isi surat perjanjian yang telah dibuat oleh lelaki itu. “Surat perjanjian macam apa ini, Mas? Aku nggak mau hamil anak kamu,” tolaknya seraya mengembalikan dokumen pada Abhi.
“Yakin nggak mau? Kalau begitu jangan pernah temui Davin lagi mulai sekarang.”
Ayla membulatkan matanya mendengar ucapan sang suami.
“Aku sudah begitu baik nggak menuntut kalian karena telah berselingkuh, sekarang aku menawarkan agar kalian bisa tetap berhubungan kamu tolak juga. Ya sudah, bersiaplah menjadi istriku selama-lamanya,” ucap Abhi diiringi senyuman yang terlihat mengerikan di mata Ayla.
“Persyaratan kamu itu nggak masuk akal, Mas!”
“Lalu perselingkuhan yang kamu lakukan bagaimana? Apa itu juga masuk akal? Aku bekerja keras banting tulang untuk membahagiakan kamu, tapi balasan kamu apa? Aku sudah sabar dengan menerima kamu kembali, bahkan aku ingin memiliki anak dari kamu. Jika pria lain yang mengalami hal ini, aku yakin pasti kamu sudah diceraikan sejak semalam.”
Setelah mengungkapkan isi hatinya yang begitu menyakitkan, Abhi berlalu begitu saja dengan membawa surat perjanjian yang ditolak oleh Ayla.
“Kamu telah mempermainkan perasaanku Ayla, tunggu saja permainan yang akan aku buat untuk kalian,” batin Abhi sambil tersenyum masam.
**
“Davin, aku ... aku ingin kita putus saja.”
“Apa? Kenapa harus putus? Apa kamu mau menyerah begitu saja setelah semua yang kita lalui selama ini?” cecar Davin menatap tak percaya dengan ucapan kekasihnya itu.
“Aku nggak bisa menerima persyaratan yang mas Abhi minta padaku.”
“Persyaratan apa yang kamu maksud?” tanya Davin penasaran.
“Mas Abhi ingin ... dia ingin anak dariku.”
“APA?”
**
“Abhi ... bagaimana kabar kamu dan menantu mama? Kenapa kemari tidak mengajak menantu mama sekalian?” tanya bu Rani saat Abhi mengunjungi rumah lamanya ketika masih tinggal bersama kedua orang tuanya.
Abhi menghela napas lalu tersenyum tipis. “Kami baik Ma, tadi Abhi nggak sengaja lewat sini jadi sekalian mampir. Ayla di rumah sedang istirahat.”
“Ayla baik-baik saja, kan? Menantu papa itu tidak sedang sakit kan, Nak?” cecar pak Joni kemudian.
Abhi menggeleng pelan. “Ayla baik Pa, kalian tenang saja ya. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan,” balasnya sambil tersenyum.
Bu Rani menghela napas lega, sambil mengelus dadanya. “Syukurlah kalau begitu, sebenarnya mama sudah tidak sabar ingin segera menimang cucu dari kalian. Tapi sepertinya, kalian masih sangat menikmati waktu berdua ini. Biar nanti saja kalau memang sudah waktunya, pasti Allah akan kasih kepercayaan itu ya, Nak,” ucapnya seraya mengusap punggung Abhi.
Abhi hanya bisa mengangguk sambil tersenyum masam pada papa dan mamanya. “Bagaimana Ayla bisa hamil kalau dia selalu meminum obat itu di belakangku,” batin Abhi dalam hatinya.
**

Komento sa Aklat (172)

  • avatar
    Advantur Advan

    sangat seru ceritanya

    07/08

      0
  • avatar
    Viina Siagian

    bagus

    31/07

      0
  • avatar
    MadzimElty

    Very good

    26/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata