logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Cerita Kak Hardiman dan Kak Yono

Kamar Mayat
Part 6
***
"Kak, selama dinas di kamar mayat ini, pernah nggak Kak Hardiman sama Kak Yono ngalami kejadian yang seram?" tanyaku ingin tahu.
Kami sedang duduk sambil mengobrol, menunggu pergantian shift dengan teman sejawat yang akan dinas malam.
Kak Hardiman dan Kak Yono saling berpandangan. Setelah itu mereka tiba-tiba tertawa bersama, seakan mengejek, seperti biasa yang selalu mereka lakukan jika aku mengatakan sesuatu yang menurut mereka berdua terdengar lucu, padahal menurutku sama sekali tidak. Membuat diri ini merasa amat sebal atas sikap kedua kakak senior itu.
"Saya itu nanya serius loh, Kak. Kok Kak Hardiman sama Kak Yono malah pada ketawa sih. Saya perhatikan setiap kali saya tanya, kakak berdua pasti pada ketawa, padahal menurut saya nggak ada yang lucu," kataku ketus, dengan muka cemberut.
"Yah … jangan ketus gitu dong tanyanya, Ahmad. Pakai pasang muka cemberut segala, nggak lucu tahu," kata Kak Yono, masih sembari tertawa.
"Habisnya saya sebel, Kak. Tiap kali saya tanya sesuatu, pasti Kak Hardiman sama Kak Yono langsung pada ketawa. Padahal kan saya itu tanya serius karena ingin tahu," kataku.
"Ya … soalnya kamu nanya-nya lucu, Ahmad. Gimana kami berdua mau nggak ketawa," kata Kak Hardiman, juga masih dengan tertawa.
"Apanya yang lucu sih, Kak. Saya beneran tanya serius kok," kataku ngeyel.
"Ahmad … Ahmad … kamu itu kok ya aneh. Masa tanya kami berdua selama tugas di kamar mayat ini pernah ngalami hal seram apa nggak. Orang teman kita yang dinas di ruangan lain aja pasti pernah ngalami hal serem. Apalagi kami yang dinas di sini. Ya sudah pasti pernah dong, malah sering banget. Ya kan, Yon," kata Kak Hardiman, sembari memandang Kak Yono, dan Kak Yono mengangguk mengiyakan. Kali ini mereka berdua menjawab dengan serius.
"Memangnya kenapa kamu tanya kayak gitu, Ahmad? Pasti kamu takut ya. Kan udah sering kami bilang, jangan penakut kalau mau dinas di kamar mayat. Udah … nggak usah dipikirin, nanti juga kamu bakalan terbiasa kok. Kami berdua juga begitu dulu waktu awal dinas di sini, tapi lambat laun ya biasa aja," kata Kak Hardiman lagi.
Aku menarik napas panjang mendengar perkataan kedua orang kakak senior itu. Bukannya jadi berani, seperti yang diharapkan mereka berdua, nyaliku malah kian ciut. Apalagi ketika Kak Hardiman dan Kak Yono lalu bercerita tentang peristiwa seram yang sering mereka alami selama bertugas di kamar mayat.
Kak Hardiman bercerita, kalau dia beberapa kali melihat kursi roda dan brankar yang jalan sendiri di koridor, saat dia dinas malam. Sedangkan Kak Yono lain lagi ceritanya. Dia bilang beberapa kali bertemu dengan beberapa orang, padahal mereka itu semuanya sudah meninggal dan jenazahnya masih berada di kamar mayat.
Aku menelan ludah. Tenggorokan tiba-tiba terasa kering, setelah mendengar cerita yang menyeramkan itu. Berarti aku juga bakalan mengalami hal yang menakutkan dong di sini, seperti mereka, aku membatin. Hii … tak sadar aku bergidik.
"Kamu nggak usah bayangin hal-hal yang serem, Ahmad. Nanti kamu malah jadi makin ngerasa takut," kata Kak Yono. Mungkin tadi dia melihat apa yang aku lakukan.
Kami lalu mengalihkan obrolan, tak lagi bercerita tentang hal horor yang pernah dialami oleh Kak Hardiman dan Kak Yono. Hingga petugas yang akan dinas malam datang.
"Pak, ini Ahmad. Dia petugas kamar mayat yang baru," kata Kak Hardiman memperkenalkan aku pada laki-laki setengah baya yang bernama Pak Kiswo. Wajahnya garang dan tampak angker. Sangat cocok kalau menjadi penjaga kamar mayat menurutku. Pasti semua hantu yang ada di ruangan ini akan merasa takut padanya. Aku tersenyum dalam hati, membayangkan semua itu.
Aku mengulurkan tangan dan menyebutkan nama. Disambut oleh Pak Kiswo dengan dingin. Aku berusaha untuk tersenyum seramah mungkin, tapi sepertinya Pak Kiswo tak menanggapi. Dia menatapku dengan tajam, tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Kak Yono lalu melakukan operan jaga (komunikasi yang dilakukan antar petugas dalam menyampaikan kondisi pasien secara jelas dan lengkap dalam pergantian shift saat penyerahan tanggung jawab dari petugas yang dinas sebelumnya kepada petugas yang akan dinas selanjutnya) dengan Pak Kiswo. Tak sampai 20 menit. Setelah itu, kami bertiga pamit pulang.
"Kak, mukanya Pak Kiswo serem banget ya," kataku, saat kami sedang berjalan di koridor.
"Ya memang begitu adanya," kata Kak Yono.
"Pasti semua hantu yang ada di RS ini nggak bakalan gangguin dia, pada takut soalnya lihat mukanya Pak Kiswo yang sangar," lanjutku, sembari terkekeh.
"Hush! Sembarangan aja kamu kalau ngomong, Ahmad! Kalau Pak Kiswo denger, baru tahu rasa kamu diomelin," hardik Kak Yono.
"Iya nih, Ahmad. Ngaco aja ngomongnya. Belum tahu dia siapa Pak Kiswo," kata Kak Hardiman menimpali.
Seketika aku langsung terdiam mendengar ucapan kedua kakak senior itu. Aku mengernyitkan dahi, tak paham apa maksud dari perkataan mereka. Sepertinya mereka serius saat mengatakan tentang Pak Kiswo.
"Memangnya siapa Pak Kiswo itu, Kak?" tanyaku penasaran.
Kak Hardiman dan Kak Yono tak menjawab pertanyaanku. Aku makin merasa penasaran. Siapa sebenarnya Pak Kiswo. Kenapa kedua kakak seniorku tak mau mengatakannya.
Di sepanjang koridor yang kami lewati, kami tak lagi berbicara apa pun. Suasana di sekitarnya mulai sepi. Kami hanya berpapasan dengan beberapa orang saja. Mungkin mereka penunggu pasien yang sedang dirawat inap.
Tiba-tiba, aku melihat dokter Hani ada di depan poliklinik gigi, ketika kami melintasi koridor di depan poliklinik itu. Dia sedang duduk sendirian di sana. Aku menghentikan langkah. Entah kenapa, aku merasa ingin tahu dengan apa yang sedang dilakukan oleh dokter Hani di depan poliklinik gigi.
"Ahmad! Ngapain kamu diam saja di situ? Ayo cepetan! Nanti pintu gerbangnya keburu ditutup!" teriak Kak Hardiman mengagetkanku.
"Oh … eh … iya, Kak," kataku, sembari agak berlari, menyusul Kak Hardiman dan Kak Yono yang sudah berada jauh di depan.
"Kamu tadi ngapain berdiri sambil bengong di depan poliklinik gigi, Ahmad?" tanya Kak Hardiman, setelah aku menyusul mereka.
"Tadi saya ngeliat dokter Hani sedang duduk sendirian di depan poliklinik gigi, Kak. Makanya saya berhenti. Saya ingin tahu, apa yang sedang dia lakukan di sana. Kok dia nggak pulang. Padahal kan ini udah waktunya pergantian shift," jawabku.
Kak Hardiman dan Kak Yono menghentikan langkah. Mereka berdua memandangku dengan tatapan mata yang tak bisa kuartikan.
"Dokter Hani tadi kamu bilang, Ahmad?" tanya Kak Hardiman. Tatapan-nya terasa aneh menurutku.
Aku mengangguk dengan heran. "Iya, Kak. Memangnya kenapa?" tanyaku tak mengerti.
***
Bersambung

Komento sa Aklat (409)

  • avatar
    UtamiSella

    ceritanya bikin merinding 😟😟😟

    19/07/2022

      0
  • avatar
    NAN91CHANEL

    segala Bentuk Kejahatan Akan terungkap Jadi Tuk Saling mengingat Perbuatan Kejahatan Itu akan terpecahakan masalahnya

    03/02/2022

      1
  • avatar
    Ilomfi

    cerita nya bagus dalam hal membongkar suatu misteri dan aku suka karena ada juga pesan moral nya. terimakasih author telah membuat cerita ini.

    30/01/2022

      1
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata