logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 41. Mengunjungi calon ibu mertua

"Apa yang kamu katakan?" Bagus menatap tajam Arkan. Namun, Arkan sama sekali tidak terpengaruh dengan peringatan Bagus, dia kini menatap satu persatu orang-orang yang menatap serempak ke arahnya.
"Saya tidak mau adik saya menikah dengan dia kalau tidak menyiapkan pelangkah."
"Pelangkah apa?" Maria bertanya heran. Kenapa kakaknya ini bertingkah aneh? Setaunya Arkan bukan orang yang suka meminta hal-hal seperti ini.
Arkan melipat tangan di depan dada, senyum menyebalkan tersungging di wajah angkuhnya. Dia terkekeh jahat dalam hati. Kalau laki-laki ini ingin mengambil adik kesayangannya, maka dia juga bisa mengambil hal paling berharga milik Gudy.
"Kak?" Maria memanggil untuk menyadarkan Arkan dari khayalannya.
Arkan menatap lembut Maria, kemudian menoleh ke arah Gudy dengan seringaian kurang ajar. "Saya ingin pelangkah berupa mini market milikmu. Entah kenapa, saya merasa ada ketertarikan dengan mini market itu, mungkin jodoh."
Gudy berkedip. Seulas senyum tipis tampak menghiasai binar mata kelegaan dalam wajahnya dan hal itu membuat Arkan tidak puas. Arkan kira dengan ia meminta mini market itu, Gudy akan merasa berat dan memasang wajah masam, tapi ternyata dugaanya salah. Gudy malah memperlihatkan wajah lega.
"Boleh. Kenapa tidak? Kalau menginginkan mini market itu sebagai pelangkah." Gudy menjawab jumawa.
Pada akhirnya yang berwajah masam Arkan. Niat hati ingin membuat Gudy marah dan tidak terima, Arkan sendiri yang kena. Kalau dia juga harus mengurus mini market, bagaimana dengan pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan yang dia kelola? Hah, Arkan bingung memikirkannya.
Hendrawan mengangguk puas akan jawaban anaknya. Dia benar-benar terharu, ternyata anak yang dia besarkan dengan penuh kasih sayangnya ini bisa mengambil keputusan tanpa ragu sedikitpun. Ya, inilah yang harus seorang anaknya lakukan.
Arum yang dari awal diam juga menghela napas lega. Debaran dalam dadanya akhirnya bisa ia balas senyum. Dia mengira awalnya Maria akan menolak Arkan karena merasa ucapan Arkan waktu itu main-main, tapi ternyata tidak. Akhirnya, dia akan mempunyai menantu cantik dan pintar masak. Tak sabar rasanya dia mau pamerin pada teman-teman arisannya.
"Kalau negitu kapan sekiranya saya dapat menemui ibumu untuk meminta restu?" Gudy menatap Maria dengan seuls senyum tipis di bibirnya.
Maria balas tersenyum, "sekarang juga boleh."
Arkan yang kepanasan hanya bisa mengipasi lehernya menggunakan majalah yang ada di kolong meja. Sesekali matanya melirik sinis Gudy dengan bibir yang mencibir. Kelakuannya itu menjadi perhatian Nudy yang tertawa tanpa suara. Kurang lebih Nudy tahu apa yang dikhawatirkan abang dari calon kakak iparnya ini, apa lagi kalau bukan karena takut tidak mendapat perahatian lagi dari Maria.
Gudy bersorak bahagia dalam hati. Dia tidak sabar ingin segera menjadikan Maria pendamping atau teman hidup sampai maut memisahkan. Eots, jangan salah menilai! Gudy ingin menikahi Maria bukan karena nasi goreng! Tolong dicatat! Bukan karena nasi goreng karena Gudy memang tulus mencintai segala apa yang ada di dalam diri Maria.
"Siapa saja yang akan ikut?" Gudy bertanya pada semua orang yang ada di dalam ruangan. Dia melihat satu persatu orang-orang.
"Kamu dan Maria saja," Arum mengusulkan. "Agar suasananya tidak terlalu ribut bila sedikit orang. Apa lagi ibunya Maria butuh ketenangan."
"Benar, kalian berdua saja. Kami orang tua akan menunggu di rumah." Bagus menimpali. Dia tentu adalah orang yang paling mengerti akan kondisi istrinya yang belum bisa dijenguk banyak orang.
"Baiklah, aku masuk kamar untuk ambil tas dulu." Maria berdiri yang langsung diangguki semua orang.
Sepeninggalannya Maria, Gudy juga berdiri dan memutuskan untuk menunggunya di dalam mobil. Saat menunggu, rasanya Gudy tidak sabar menunggu Maria datang.
Maria masuk ke dalam mobil menyusul Gudy. Ternyata Maria benar-benar mengambil tas slempang kecil yang hanya muat dimasukin handphon. Gudy kira dia akan lama menunggu dalam mobil karena kebiasaan wanita kalau bepergian memang selalu betdandan terlebih dahulu.
"Sudah," Gudy bertanya saat Maria selesai memasang satbelit.
"Ya," Maria mengangguk.
Gudy mulai menjalankan mobil sesuai dengan arahan Maria. Dia memberhentikan mobil di depan pelataran rumah salit jiwa. Begitu turun, Maria langsung melambaikan tangan pada seorang perempuan paruh baya yang wajahnya ada kemiripan dengannya. Gudy langsung bisa menilai kalau perempuan itulah ibunya Maria.
Gudy melihat penampilan dirinya di depan cermin. Di rasa sudah rapi, menyusul Maria yang sudah lebih dulu berjalan menghampiri Kinanti. Menciftakan kesan baik pertama di depan calon ibu mertua, let's go. Sial, Gudy sangat bersemangat.
"Mamah," Maria memanggil.
Kinanti yang tengah tersenyum pada Suster menoleh. Senyumnya melebar begitu menangkap Maria menghampirinya.
"Assalamualaikum Mamah," Maria duduk di samping kursi panjang yang di duduki Kinanti, lalu mencium tangannya, kemudian memberikan pipi kanan kirinya untuk Kinanti cium.
"Waalaikum sallam. Eh, putri Mamah datang. Gimana kabarnya?" Kinanti mengusap lembut kepala Maria yang tertutup hijab berwarna maroon.
Maria merasa hangat dalam hati, "baik, lalu kabar Mamah gimana?"
"Sehat, Alhamdulillah."
"Assalamulaikum, Tante." Gudy yang baru datang ikut nimbrung, tersenyum manis saat Kinanti menatap antara dirinya dan Maria bergantian.
"Waalaikum sallam," Kinanti menjawab agak linglung. Dia menatap Maria meminta penjelasan, "siapa?"
Maria tersenyum manis, "kalau Mamah merestui, dia ini Mas Gudy yang akan menjadi suami Uri, tapi kalau Mamah masih belum bisa, tidak apa-apa. Semua keputusan memang ada di tangan Uri, tapi Mamah adalah ibu yang sudah melahirkan Uri, jadi Uri putuskan Mamah mau merestui atau tidaknya akan Uri terima."
Gudy yang baru saja dipanggil mas oleh Maria hatinya menghangat. Entah kenapa pipinya terasa panas, bahkan bibirnya susah sekali untuk dia tahan agar tidak berkedut.
"Muter banget ucapan kamu." Kinanti terkekeh geli.
"Jadi intinya Mamah mau merestui atau tidak?" Maria menyingkat ucapannya yang dia sendiri juga rasa muter-muter gak jelas.
Gudy berjongkok di depan kinanti, "kalau Tante kira saya ini adalah laki-laki tepat untuk putri Tante, mohon pertimbangkan. Namun, kalau menurut Tante tampang saya ini mirip kriminal atau laki-laki tak pantas untuk anak Tante, mohon pertimbangkan juga, Tante bisa lihat dulu dengan minimal memantau keseharian saya." Gudy nyengir di akhir ucapannya.
Kinanti berkedik, lalu terkekeh geli mendengar penuturan anak muda di depannya. Sebelumnya tak pernah dia tersenyum pada orang asing. Pertama kali melihat, Kinanti langsung suka padanya. Sudah tampan, pembawaan hangat, ramah pula. Ibu mana yang akan melarang putrinya dipinang laki-laki sebaik ini. Hanya saja memang benar Kiananti tidak tahu kelakuan Gudy, jadi dia akan menghubungi suaminya dulu. Barulah dia akan memutuskan.
"Mamah putuskan jawabannya nanti di rumah, ya." Kinanti menjawab sambil tersenyum.
Maria menutup mulutnya, "Mamah akan pulang?"
Kiannti mengangguk, "ya, Dokter bilang Mamah sudah sepenuhnya sembuh. Jadi hari ini juga diperbolehkan pulang, hanya saja Mamah sengaja melarang Dokter mengabari ayah kamu. Rencananya sih Mamah ingin dijemput kamu."
"Kalau begitu mari saya antar, Tante." Gudy berdiri.
"Boleh," Kinanti membalas.
"Kalau begitu ayao kita bersiap, papa pasti senang banget." Maria juga ikut berdiri sambil membantu Kiannti berdiri.
Benar saja, begitu mereka sampai di rumah. Bagus dan Arkan menampilkan ekspresi tak percaya. Kebahagiaan jelas terpancar dari dua laki-laki beda genetasi itu. Bagus dan Arkan memeluk Kiananti bergantian.
Setelah pelukannya lepas, Kinanti menoleh ke arah Gudy. "Terima kasih karena sudah mengantar saya dan Uri pulang."
"Sama-sama Tante," Gudy membalas sopan.
Cih, cari perhatian. Arkan mencibir dalam hati.
"Apa kamu masih menunggu jawaban dari Tante?"
***

Komento sa Aklat (127)

  • avatar
    Ike Roesli

    Mantap... ceritanya gak bertele2... endingnya jg cukup singkat tapi 👍👍👍👍👍

    04/04/2022

      0
  • avatar
    SafirahSiti

    sy suka

    7h

      0
  • avatar
    WaniSyaz

    Makin seruu

    18/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata