logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bagian Sepuluh

Bab 10
Tania pulang sekitar pukul lima sore. Seharian dia di sini, lebih banyak mengagumi keadaan rumah dari pada mengobrol atau sekedar bertanya bagaimana keadan Clara selama tinggal di sini. Yang Tania temui sambil tersenyum-senyum tentunya Baby Jou. Kalau dengan Clara, ya … tidak ada yang istimewa selain obrolan yang tidak terlalu penting.
"Ibu bahkan sama sekali tidak menanyai bagaimana kabarku," dengus Clara.
Clara menggerutu sambil coret-coret kertas putih. Ia biasanya mengisi kesuntukan dengan menggambar sesuatu. Misalnya gaun atau model baju yang sedang trend.
"Apakah ibu tidak peduli bagaimana keadaanki di sini?" lanjut Clara lagi.
Ia meletakkan pensilnya di atas kertas lalu bersandar pada kursi. Ia meraup wajahnya dan membuang napas seolah ingin melepas segala penat yang ada.
Masih dalam keheningan, ponsel yang tergeletak di atas ranjang berdering. Clara pun bangkit.
"Megan," kata Clara begitu tahu nama siapa yang terpampang di layar ponsel.
"Hai, Meg! Akhirnya kau menelponku juga!" sapa Clara antusias.
"Hai juga, Clara. Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk," sahut Megan dari seberang sana.
Clara mendengkus membuat Megan terkekeh.
"Maaf, maaf, sungguh aku sedang sibuk," kata Megan lagi.
"Ya, aku tahu. Kau kan sekarang jadi pekerja kantoran, pasti pekerjaanmu sangat banyak."
"Kau benar, aku hanya bisa santai di hari minggu, itupun masih dikejar-kejar sisa pekerjaan."
Clara tertawa. "Nikmati saja sebelum kau menjadi seperti aku." Suara Clara melambat.
Di sana, Megan mengerutkan dahi. "Jadi benar tentang gosip itu?"
Clara mengangguk meski Megan tidak tahu. "Saking bingungnya, aku sampai tidak memanggil satupun kawan kita di pernikahanku. Aku berharap mereka tidak tahu."
"Kau gila ya! Bagaimana mungkin yang lain tidak tahu, gosip itu melebar begitu cepat. Hampir semua teman-teman membicarakanmu."
Kali ini terdengar helaan napas dari mulut Clara. Dia memegang keningnya yang mendadak hangat.
"Aku sudah tidak bisa lepas lagi," desah Clara.
"Apa dia menyakitimu?" tanya Megan. "Maksudku, dia itu kan kekasih kakakmu, mungkinkan dia kasar?"
"Tidak juga, dia hanya begitu angkuh dan keras kepala. Berdekatan dengannya pun aku malas. Bisa dikatakan aku sangat membencinya."
"Jangan begitu. Jangan terlalu benci. Kau mengerti maksudku kan?"
"Mana mungkin! Kau jangan berpikir aku bisa suka dengannya. Dia yang sudah merusak kehidupanku."
"Siapa yang kau maksud!"
Suara serak terdengar dari arah belakang, membuat kedua bibir Clara mengatup rapat lalu memutar posisi duduknya.
"Ka-kau!"
Klik!
Masih menatap orang di hadapannya saat ini, ibu jari Clara menekan tombol icon merah. Panggilan pun terputus membuat Megan berkerut dahi dan bingung.
"Sangat tidak sopan!" hardik Noah sambil melempar tas kerjanya di atas ranjang.
Clara yang semuka duduk, lantas bangkit. Ia bingung harus berkata apa untuk situasi saat ini, sementara dengan wajah bengis, Noah sudah berjalan mendekat sambil melonggarkan dasi yang melingkar di leher.
"Apa kau sedang menggunjingku? Kau pikir aku bahan obrolanmu?" Noah menatap tajam ke arah Clara.
"Siapa juga yang menggunjingmu," balas Clara tanpa menoleh.
"Kau pikir aku tidak tahu?" Noah membungkukkan badan, mensejajarkan wajah dengan Clara. "Jangan kau pikir pernikahan ini adalah kesalahanku. Aku sendiri enggan menikah denganmu. Cih!"
Perlahan Clara mendongak hingga bertemu tatap dengan Noah. Jarak wajah keduanya begitu dekat. Meski jantung terus berdetak tidak karuan, tapi hati sudah terasa jengkel.
"Lalu untuk apa kau mau? Harusnya kau menolak! Kau kan pria, harusnya bisa tegas!"
Kalimat Clara begitu cepat menyembur wajah Noah. Noah pun berdiri tegak dan melipat kedua tangan di depan dada.
"Kau pikir aku tidak menolak, ha!" Noah melotot. "Kalau bukan karena desakan ibuku, aku tak sudi menikah denganmu! Harusnya kau yang bersikeras menolak!"
"Hei!" Clara berjinjit sambil mengacungkan jari tepat di depan wajah Noah. "Jangan seolah-olah aku yang bersalah di sini. Kau yang memulai dengan Chloe sampai muncul Jou. Di mana letak kewarasanmu! Kau sudah menghancurkan hidup wanita yang tidak tahu apa-apa! Kau menikmati kehangatan bersama Chloe, tapi semuanya melempar hasilnya padaku! Tidakkah kau berpikir kau itu kejam! Semuanya kejam!"
Clara mundur dengan tubuh melemas setelah berkata penuh dengan tenaga itu. Terlihat jelas napas Clara naik turun membuat dadanya semakin berdegup kencang. Air mata yang semula bersembunyi, perlahan-lahan menyembul dan menitik.
Noah yang melihat hal tersebut nampak tertegun terpaku diam.
"Brengsek kalian!"
Dua kata Clara lontarkan tepat di hadapan Noah, lalu Clara berbalik badan dan berlari pergi bersama genangan air mata. Sementara di tempatnya, Noah masih berdiam diri tanpa berucap apapun.
"Apa dia menangis?" gumam Noah kemudian.
Noah melangkah mundur hingga jatuh terduduk di atas ranjang. "Apa aku sangat keterlaluan? Tapi … aku hanya bicara fakta, dia harusnya mengerti dan sadar."
Rasa iba yang semula sempat muncul, kembali dikalahkan oleh ego yang tinggi.
"Clara! Ada apa?" Lily meraih tangan Clara dengan cepat saat berpapasan di ujung tangga lantai satu. "Apa yang terjadi?"
Clara tidak berani menoleh, tapi air mata yang terus mengalir tidak bisa ia sembunyikan.
"Clara," panggil Lily lagi. "Ada apa, Sayang? Apa Noah menyakitimu?"
Clara masih tidak berkutik. Dia hanya menoleh sebelum akhirnya melepaskan tangan dan berlari masuk kamar.
"Ada apa ini?" batin Lily sambil menatap ke lantai atas.
Lily yang berniat berkunjung, disambut dengan tangis Clara. Pastilah ada sesuatu. Lily berdecak lalu berjalan cepat menaiki tangga.
"Awas kau Noah!" cerca Lily sambil terus berjalan.
Brak!
Lily mendorong pintu dengan keras, membuat penghuni kamar sontak terjungjat.
"I-ibu?" kata Noah. "Ibu membuatku kaget saja!"
Napas berderu dan rahang mengeras, Lily berjalan menghampiri sang putra dengan penuh amarah.
"Apa yang sudak kau lakukan pada Clara?" tanya Lily tegas. "Apa kau baru saja menyakitinya?"
Noah berdiri dengan wajah sedikit berkerut. "Apa maksud ibu?"
"Clara menangis, ibu yakin itu pasti ulahmu kan?" Lily masih menekan.
Noah pun nampak melengos pura-pura acuh.
"Jadi benar?" Lily mendekat. "Katakan!"
"Apa sih, Bu!" Noah menampik tangan ibunya yang hendak meraih lengannya. "Dia yang mulai lebih dulu."
"Memulai apa!" Lily mendongak. "Ibu tahu, kau pasti yang memulai. Kapan kau akan sadar, Noah!"
Noah terdiam. Lagi-lagi dia membuang muka dan ingin melangkah menjauh. Namun, langkah itu terhenti saat Lily kembali bicara.
"Harusnya kau bersyukur karena Clara sudah menutupi kebusukanmu. Kau harusnya berterimakasih karena berkat dia, Jou memiliki sosok ibu. Dan ibu tegaskan! Dia rela meninggalkan mimpinya hanya untuk melindungi keluarga dari kelakuan keji kau dan Chloe!"
Berkata latang dan tegas, pada akhirnya membuat Lily menitikkan air mata. Sudah sesenggukan, Lily kembali berkata dengan suara serak.
"Apa kau tahu betapa ibu kecewa dengan perbuatanmu dan Chloe yang diluar kendali? Sungguh biadab!"
Degh!
Noah semakin terpaku tidak bisa bergerak. Baru kali ini ia melihat sang ibu membentaknya penuh amarah lebih dari yang kemarin.

Komento sa Aklat (524)

  • avatar
    Widya

    cerita menarik jngan pernah bosen untuk trus update y kk stiap hari ceritanya habis smpai tamat biar tdk penasaran endinya 😊

    20/01/2022

      2
  • avatar
    SayaBukan

    keren kak ceritanya, gk ngebosenin & bikin penasaran untuk baca setiap bab nya..sukses terus kak😊 ditunggu lanjutan ny ya kak SEMANGATTT😀

    18/01/2022

      0
  • avatar
    renatasariatin

    Kali pertama membaca langsung tertarik dgn sosok Noah.Sosok yg memiliki karakter kuat.kebanyakan wanita mmg menyukai karakter ini.apalgi tampan dan kaya raya.msh penasaran dengan kelanjutannya.Akan ku luangkan waktu disela kesibukan utk melanjutkan membaca novel ini.demi Noah...😀

    16/01/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata