logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab. 3. Keseleo

Keyla membuka pintu kamarnya, kemudian membanting dengan keras dan itu sangat mengejutkan Andriek yang sedang duduk di tepi ranjang.
"Ke..key..." Andriek berkata sangat gugup.
"Ini semua gara-gara elo ndriek!! Kalau saja mama sama papa gue gak kenal papa loe gak mungkin gue nikah sama loe!" Hardiknya kemudian.
"Maafin aku Key? Tapi..."
"Tapi apa? Hah .... sueee gue nyesel harus ngeliat loe!" Geramnya.
Keyla hanya bisa mengepal tangannya penuh keegoisan.
"Maafin aku, Key tapi jodoh itu dari Tuhan, Tuhanlah yang berhak mengaturnya, dan kamulah tulang rusukku itu."
"Apa loe bilang tulang rusuk? Hari gini masih aja sok romantis. Loe tu harusnya ngaca udahlah buta gak tau diri lagi!"
Keyla tersenyum sinis."Sok..sok an!" Sambungnya lagi.
Mendengar hal itu Andriek hanya bisa terdiam dan bersabar karena dia sudah paham kalau Keyla itu sungguh kasar.
Keyla mendekat...
"Minggir!" Hardiknya kasar. "Eh, inget ya jangan pernah tidur di ranjang gue!"
Mendengar larangan itu Andriek langsung meraih tongkatnya dan berdiri.
"Terus aku harus tidur di mana Key?"
"Yaa terserah elo lah yang terpentingkan jangan di ranjang gue! Awas... awass... gue capek gue mau tidur!"
Keyla mendorongnya kesamping membuat tubuh Andriek jatuh ke lantai. "Syukuriin!" Keyla tersenyum sambil merebahkan badannya ke Spring Bed empuknya.
Andriek mengelus dadanya pelan, dia tahu dunia ini belum cukup adil untuk bisa membuatnya melihat seseorang menghargai perasaan orang lain, dengan tenaga yang lemah Andriek mencoba memapah tubuhnya berdiri.
Dia yakin di luar sana masih banyak orang yang lebih sakit daripada dia hari ini. Andriek sudah berdiri dia berjalan sambil menggerakan tongkatnya, meraba-raba lantai.
Perasaannya bingung...
Tapi dia bukanlah pengecut yang begitu saja menyerah," Bagaimana mungkin aku bisa baik-baik saja di kamar ini,sedangkan aku saja tak mengetahui? Dalam hatinya membatin .
Tapi Keyla sama sekali tak perduli. Akhirnya Andriek hanya bisa duduk bersandar di dinding, dia cukup lelah sekali. Jam menunjukan pukul 22.00 wib. Matanya terasa begitu mengantuk dan berat diapun tertidur.
"Sial belum aja satu jam udah gampang banget tidur!" Keyla memperhatikannya sambil mengumpat. Namun tiba-tiba ponselnya berdering.
Riko memanggil.
"Halo, Beb..."
"Haloo, lo kemana aja sih, Beb, kok baru angkat telpon? Gue khawatir tau gak sih lo."
"Iya...iya sorry."
"Tapi lo gak lagi MP, kan?"
"Yea gak mungkinlah, Beb, lagian gak selevellah gue sama si dia! Ngaco... ah."
Di sebrang sana si Riko tertawa geli.
"Iya, gue percaya."
"Makasihh gue gak duain cinta lo, Beb."
"Okee deh, Beb, udah dulu yaa telponnya gue mau lanjut nge-game nih. Good night sweety. Dont forget mimpiin gue ya,"
"Okeeeh asyiiiaaappp bebeb, muuuaach..."
Tut.... tut.... tut
Telponpun terputus. Keyla langsung menyimpan handphonenya dan akan tidur.
Pukul 06.00 wib
Matahari mulai bersinar di ufuk timur sinarnya begitu menghangatkan. Duniapun seolah memberikan senyumnya menyapa dengan keindahan yang tak terlukis. Apakah hidup akan selamanya abadi? Sama sekali tidak.
"Bangun!"
Byuuuurrr...
Air menusuk di pori-pori wajah tampan Andriek.Keyla menyiramnya.
"Bangun udah siang! Mandi sonoh, habis itu keluar mama dan papa udah nungguin loe sarapan!" ucapnya lagi.
"Oohh..." Ungkapnya pelan,sambil mengelap air yang membasahi wajahnya.
"Tentu saja." Keyla pergi meninggalkannya.
Dengan insting yang dia punya,andriek bergeser dari duduknya mencari tas pakaiannya. Ya dia bisa merasakan walaupun matanya tak melihat.
Di Meja Makan
"Key Andriek udah kamu panggil?" Mama memandangnya yang tiba-tiba mengambil posisi untuk duduk.
"Udah, Ma, bentar lagi juga keluar!"
"Ya, udah kalau begitu."
"Key, hari ini papah sama mamah akan bantuin kalian pindah ke apertemen kalian yang baru," Papa menatapnya.
"Makasih, Pah," Sesaat kemudian wajahnya berubah.
"Apa kamu baik-baik saja sayang?"
"Tentu, Pah, Key, baik-baik aja!" Dia tersenyum kecil. Hari itu pun berlalu.
***
Cinta itu suatu keinginan
Keinginan memiliki
Keinginan untuk hidup bersama
Dalam satu arah dan tujuan
Ketika kaki kiri telah lelah melangkah
Setidaknya masih ada kaki kanan untuk berjalan
Terkadang hidup itu seperti menggenggam embun yang basahnya terasa namun bentuknya tak terwujud.
 
"Andriek kamu gak perlu bantuin, cukup papah aja." Mama Nia berkata, ketika di lihatnya Andriek membawa sebuah kotak besar. Dia terlihat sangat mengkhawatir kan menantu nya, karena dia pikir, bahwa mata Andriek buta.
 
"Gak apa-apa kok mah."
 
"Kamu yakin?"
 
Andriek hanya mengangguk dan tersenyum.
 
"Sok!" Keyla langsung nyeletuk.
 
"Key." Mama pun memperhatikannya. "Sopan banget kamu nyambung kayak gitu!"
 
"Kenapa sih mamah selalu aja ngebelain dia, dia itu cuma menantu mam."
 
"Terus...?"
 
"Gak wajar!"
 
"Andriek juga udah jadi anak mamah sekarang jadi mamah gak salah dong kalau belain dia lagian kamu itukan salah yaaa wajar dong mamah ingetin!"
 
Wajah keyla bertambah merah antara benci dan kesal. Namun....
 
Bruuukkkk
 
"Auhh kaki gue." Keyla mengaduh sakit karena kakinya tiba-tiba keseleo di anak tangga apartemen itu. Buru-buru Andriek menangkap tubuhnya yang hampir saja terjatuh. Sejenak mereka saling menatap, feeling Andriek mengatakan bahwa wajah keyla begitu cantik. Seperti bulan yang bersinar terang.
"Key," Mama mendekati mereka.
"Iiihh apaan sih." Keyla menepis tangannya, begitu juga Andriek. "Duuuh kaki gue." Ringgiknya.
"Key, kamu gak papa?"
 "Uuuuhhh kaki, Key, Mam sakit." Dia mengelus-ngelus kakinya.
"Key." Papa yang kebetulan masih di atas langsung ikut mendekatinya.
"Kaki, Key keseleo, Pah."
"Tuhkan makanya hati-hati kalau jalan sayang, Andriek kamu bisa ngurut?" Papah memandang Andriek yang masih terpaku.
"Sedikit, Pah, mungkin bisa membantu." Jawabnya.
"Eeeehhh gak-gak! Makasih tapi gue gak perlu bantuan loe." Keyla mencoba untuk berdiri. Tapi kenapa terasa ngilu sekali.
"Key, kamu yakin? Nanti kaki kamu tambah bengkak kalau gak di urut sekarang."
"Gak papa, mah, Key yakin, Key bisa cari tukang urut sendiri kok!" Keyla sudah nampak berdiri. Dengan langkah gontai dia melangkah walaupun tampak pincang.
"Huff, Key, Key, dasar keras kepala!" Mama terlihat kesal. Pekerjaan mengangkut barang sudah selesai, kedua orangtua keyla akhirnya pamit pulang.

Komento sa Aklat (208)

  • avatar
    SantosoTeguh

    mantap

    01/08

      0
  • avatar
    GazaEL

    sangat bagus

    17/07

      0
  • avatar
    ADIT

    resep

    06/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata