logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Perasaan Tersembunyi

Clair tengah asyik membersihkan kaca jendela di ruang rapat dengan telinga tersumpal earphone. Bahkan bibir merahnya ikut melantunkan lagu-lagu yang cukup hits dari boyband besutan agensi ternama di negeri ginseng itu.  Wanita cantik tersebut adalah seorang fansgirl dari salah satu boyband milik negeri yang terkenal dengan dramanya yang romantis ini.  Selain lagu-lagunya yang enak didengar, ia juga menyukai visual dari membernya terutama leadernya yang begitu tampan— menurut perempuan itu.
Sementara itu di ruangan yang sama. Pemimpinan tertinggi perusahaan tersebut, pria tampan bernama lengkap Bryan Park, yang menjabat sebagai Presiden direktur terlihat berdiri dengan tubuh bersandar pada pintu dan mata yang fokus menatap sosok Clair yang tenggelam dalam pekerjaanya tanpa menyadari keberadaan atasannya tersebut. Bibir lelaki itu tersenyum simpul mendengarkan suara merdu wanita si pemilik marga Kim yang terus saja bersenandung menyanyikan lagu milik salah satu boyband papan atas di Korea. Sampai sebuah sapaan di belakangnya membuatnya tersentak dan membuat ekspresi datar di depan seorang laki-laki cukup tampan—salah satu karyawannya.
"Selamat siang, Presdir," ucapnya dengan tubuh membungkuk hormat.
Menampilkan ekspresi yang cukup sulit ditebak di depan Andrew—orang yang menyapanya— agar pria itu tak berpikiran macam-macam.
"Oh iya selamat siang." Nada suaranya terdengar gugup. Tetapi, sepertinya Bryan adalah orang yang mampu mengendalikan ekspresi. Tentu saja Andrew tak mampu membaca mimik wajah yang terlihat mencurigakan dari raut datar presdirnya.
"Anda sedang melihat apa, Presdir." Andrew penasaran, dan juga karena laki-laki itu adalah orang yang serba ingin tahu.
"Tidak, oh ya tolong katakan pada temanmu itu untuk bekerja dengan benar. Ini di kantor bukan agensi artis." Pria itu lantas beranjak setelah merapikan jas mahalnya. Namun lagi-lagi senyum itu kembali terbit walau tipis hingga Andrew tak menyadarinya.
Selepas kepergian Briyan. Tubuh Andrew memasuki ruangan tersebut.
Laki-laki bermarga Yoon itu melihat ke dalam ruang rapat. Di dalam hanya ada ada Clair yang tengah membersihkan kaca jendela dengan bibir bersenandung kecil.
Clair melangkahkan kakinya menghampiri rekan sejawatnya itu. Ia menggelengkan kepalanya pelan.
"Kak Clair!" Andrew menepuk pelan pundak yang kini bergerak seirama dengan tangannya yang berputar-putar di atas kaca dengan alat pembersih dan semprotan penghilang noda.
Wanita cantik itu lantas menoleh dan menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Andrew lalu melepas earphone miliknya.
"Eoh Andrew, ada apa?" tanyanya.
Pria itu mencebilkan bibirnya. Andrew bukannya menjawab malah merebut earphone dan ponsel di tangan wanita cantik tersebut yang terlihat kebingungan.
"Jika sedang bekerja, taruh saja ponselmu di saku, atau di loker milikmu. Presdir Park melihatmu tengah bernyanyi tadi, dan dia menyuruhku untuk memperingatkanmu."
Wajah Clair berubah pucat. Rasa takut kini menjalarinya. Semua pemikiran buruk kini bersarang di dadanya. Bagaimana jika dirinya dipecat. Tidak, ia tak bisa membayangkan hal itu terjadi.
"Astaga, benarkah itu. Apa Presdir marah, aku takut bagaimana jika Presdir memecatku."
Andrew membiarkan rekannya itu dilanda panik, sebelum bibirnya terkekeh lucu, dan raut wajah Clair berubah menjadi ingin tahu.
"Kenapa kau malah tertawa, Andrew-ah?"
"Kau tenang saja, Kak. Presdir mengatakan padaku untuk menyuruhmu bekerja dengan benar, tapi ekspresi wajahnya tidak mengatakan seperti itu."
"Apa maksudmu?"
Andrew menghela napas panjang, sebelum menjawab pertanyaan wanita itu. "Kau tahu Kak, sepertinya Presdir memiliki perasaan padamu. Aku melihat dia tersenyum saat melihatmu, dan aku tidak bodoh, kalau tatapan Presdir kepadamu itu adalah tatapan memuja."
Semburat merah sempat menjalar di wajah Clair meskipun sekilas. Dia bukan wanita yang mudah jatuh cinta, namun akan merasa malu jika digoda. "Kau jangan sembarangan bicara, dan juga jangan menyebar gosip yang bukan-bukan. Bagaimana jika Nyonya Park mendengarnya dan dia mengira aku memiliki affair dengan Presdir. Kau mau semua orang mempermalukanku."
"Kenapa pemikiranmu sejauh itu. Ck, menyebalkan. Aku mengatakan hal yang sebenarnya, meskipun seumur hidup aku tidak pernah memiliki pasangan, tapi aku tahu jika ada sorot cinta di netra kelamnya."
Clair mendengus dan kembali mengambil alat pembersih kaca yang sempat ia abaikan.
"Mana mungkin seperti itu."
"Terserah kau saja, aku kembali kerja dulu." Andrew mendengus sebal. Clair sangat keras kepala, dan tidak peka, walaupun dia sering menggoda wanita itu, tapi dia pun tidak ingin Clair memiliki hubungan dengan atasannya. Dia tidak ingin wanita yang sudah ia anggap sebagai kakaknya ini mendapat predikat wanita jalang yang berani menggoda atasannya yang telah beristri, dan yang pasti dia memiliki perasaan lebih pada wanita bermarga Kim itu.
.............
Sean tengah duduk seorang sendiri di atap sekolahnya, menatap hamparan langit biru yang hari ini begitu indah. Memperhatikan pergerakan awan yang bebas bergerak ke sana ke mari. Bocah tampan itu jadi iri melihat awan-awan yang itu. Awan-awan besar dan kecil saling bergerak mendekat satu sama lain.
"Awan-awan itu seperti sebuah keluarga, seandainya Ayah ada di antara aku dan Ibu." Bibirnya bergetar. Rasa sakit itu kembali saat dirinya teringat sosok ayahnya yang entah di mana dan seperti apa rupanya. Dia begitu mendambakan sosok ayah seperti teman-temannya yang lain.
"Kenapa kau bicara sendiri." Tubuhnya tersentak, dan langsung beralih atensi menatap seseorang yang kini tengah berdiri menjulang di bekakangnya. Si wajah datar Han Jimmy, bocah yang menolongnya tempo hari dari geng Lucas.
"Han Jimmy."  Dia berbicara pelan dengan menatap bocah bermarga Han itu penuh selidik.
 
"Kenapa menatapku seperti itu? Aku bukan hantu." Jimmy ikut duduk di sebelah Sean. Tak biasanya bocah pendiam itu bicara sepanjang ini, biasanya dia hanya bergumam dan menatap lawan bicaranya dengan tatapan tajam.
"Tidak,  hanya saja .., ah lupakan."
Taehyung tersenyum walau teramat tipis. "Aku hanya tidak menyukai Lucas dan teman-temannya."
"Apa Jiseok mengganggumu lagi, " lanjutnya.
"Tidak, entahlah dia jadi pendiam,  mungkin dia lelah." Sean kemudian mengalihkan atensinya kembali ke atas langit. Tersenyum melihat pergerakan awan-awan di atas sana.
Bocah pendiam itu melirik Sean, sepertinya bocah itu sedang bahagia, senyum tidak pernah lepas dari bibirnya. "Apa kau sangat suka melihat langit?"
"Ya, langit itu bergerak bebas, kau lihat itu." Sean mengacungkan jari telunjuknya ke arah awan yang sedang bergerak-gerak ke sana ke mari. Jimmy sontak mengarahkan pandanganya, mengikuti arah jari telunjuk temannya ini.
"Awan-awan itu bergerak saling mendekat, seperti sebuah keluarga. Dua awan besar mengapit satu awan kecil, mereka seperti Ayah, Ibu, dan anak. Kau tahu, aku begitu iri melihat mereka, aku juga ingin seperti mereka."
Bibir Jimmy terkatup rapat mendengar kata-kata yang terlontar dari bibir bocah di sampingnya. Anak itu sontak mengingat kedua orangtuanya yang sudah pergi terlebih dahulu ke surga, meninggalkanya seorang diri.
"Ada apa? Apa aku salah bicara?" tanya Sean.
"Tidak, aku hanya mengingat kedua orangtuaku yang sudah bahagia di atas sana." Bibir Jimmy terulas senyum, walau itu senyum penuh kepedihan. Sean menatap wajah bocah pemdiam itu terlihat sendu, ternyata bocah sekecil itu sudah tidak bisa merasakan kasih sayang kedua orangtuanya, ah rupanya dia lebih beruntung dari Jimmy, setidaknya dia masih memiliki seorang ibu yang sangat menyayanginya, dan ayah yang tidak tahu di mana keberadaannya.
"Jimmy-ah, boleh aku memanggilmu seperti itu." Kelopak mata pemilik marga Han itu menyipit. Ada pertanyaan berlebih yang tersirat di wajah tampannya. Apakah Sean ingin berteman dengannya, jika iya,  ia pasti senang sekali, karena selama ini tidak ada yang mau berteman dengannya yang yatim piatu. 
"Silakan saja. "
"Aku ingin jadi temanmu."
Jimmy menatap dalam ke arah kedua mata bulat Sean yang jernih, sebelum akhirnya ia mengangguk dan memberikan senyum tulusnya yang selama ini dia sembunyikan di balik sifat dinginnya.

Komento sa Aklat (9)

  • avatar
    Simpati Telkomsel

    bagus

    14/07/2023

      0
  • avatar
    tedjo pramonofanny

    apa ada kelanjutannya nggak guys

    05/09/2022

      0
  • avatar
    VictoryFery

    bgs

    10/06/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata