logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 5: Hal Aneh

"Ini kamarmu," kata Hachiro. Mereka berdua sudah berada di depan kamar para pembantu.
"Apa benar ini kamar para pembantu?" tanya Anisa untuk memastikannya lagi.
Hachiro mengangguk, "iya," jawabnya.
"Benarkah?" tanyanya lagi, sambil memperhatikan ruangan tersebut dengan begitu teliti.
"Iya ini kamar para pembantu. Memangnya kenapa? Kamu tidak nyaman ya tinggal di ruangan yang seperti ini?"
Anisa langsung menggelengkan kepalanya, pertanda bahwa itu tidak benar. Tadinya Anisa agak sedikit tidak percaya pada saat melihat ruangan tersebut ternyata kamar untuk para pembantu.
"Lalu apa masalahnya?" tanya Hachiro.
"Tidak, tidak. Hanya saja aku agak sedikit kaget melihat ruangan yang menurut aku bukan seperti kamar para pembantu, tapi ini seperti kamar para majikan, aku taunya seperti itu." Anisa berusaha untuk memperjelas.
"Apa kau orang miskin?" tanya Hachiro.
Senyuman mulai terlihat di bibir mungil Anisa, walaupun senyuman tersebut terkesan agak sedikit di paksa. Kepala Anisa mengangguk.
"Sorry, sorry!" ucap Hachiro.
"Tidak masalah, aku tidak akan marah kepada mu, bukannya kamu sudah menjadi temanku, iya kan?"
Hachiro benar benar tidak pernah menyangka akan bertemu dengan wanita aneh di sebelahnya tersebut. Wanita yang tidak pernah ia kenali, bahkan bertemu sekalipun Hachiro rasa tidak pernah. Namun entah kenapa diri Hachiro agak rasa ada hal yang beda dengan sosok Anisa. Padahal umur mereka terpaut antara 2 tahun lebih tua Anisa.
Mata Hachiro mengamati setiap inci wajah dan bentuk tubuh Anisa yang kurus. Penampilan yang biasa saja dan pakaian yang terlihat begitu simpel. Terkesan agak sedikit aneh di pandang mata. Sebab Anisa agak tidak mengerti untuk memadukan warna baju dan bawahan yang akan ia pakai, itu yang membuat semua orang agak merasa aneh dengan penampilan tersebut.
"Sudahlah, lebih baik kamu istirahat," ujar Hachiro. "aku akan pinta salah satu pembantu untuk membantu kamu. Besok kamu akan bekerja sesuai apa yang aku suruh. Karena kamu pembantu di keluarga ini, jadi untuk pakaiannya, kamu harus menggunakan baju yang sudah di tetapkan pada sebelum sebelumnya untuk para pembantu,"
Anisa hanya menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum ke arah Hachiro. Mata mereka saling menatap satu sama lain, hingga tatapan tajam dari Hachiro berhasil membuat Anisa mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Bibik, Bik. Bibik!!" kata Hachiro setengah berteriak.
Para pembantu langsung menuju ke arah Hachiro dan Anisa. Mereka berbaris menghadap Hachiro. Menggunakan pakaian yang sama dengan paduan rok yang terkesan agak pendek, sebab rok tersebut hanya menutupi area atas lutut saja.
"Iya Tuan, ada yang bisa kami bantu?" tanya Si pembantu paling senior. Ia adalah pembantu Ayumi, pembantu paling lama berada di rumah Nyonya Hana.
Sementara keempat pembantu yang lain hanya diam. Bersiap untuk mendengarkan perintah yang akan Hachiro ucapkan nanti.
"Ini ada pembantu baru untuk rumah ini, bantu dia. Berikan dia baju yang sama dengan kalian, serta berikan tugas dia untuk membersihkan area taman belakang dengan Bibik Susi, kalian mengerti?" pinta Hachiro.
"Siap, kami mengerti Tuan." Mereka menjawabnya secara bersamaan.
Anisa agak shock melihat pakaian yang di gunakan para pembantu di hadapannya. Baju mereka terlalu seksi dan agak terbuka menurut Anisa. Seumur umur Anisa tidak pernah menggunakan rok pendek seperti itu. Bahkan mereka semua terlihat sudah sangat paham dengan merias dirinya, kelimanya sangat cantik meskipun umurnya sudah lebih tua dari Anisa.
"Apa baju yang kalian kenakan itu adalah baju yang akan aku kenakan juga?" tanya Anisa mencoba memberanikan diri untuk bertanya.
"Iya, ini adalah baju seragam para pembantu di rumah ini. Kamu juga akan pakai baju seragam ini, dan kamu akan satu ruangan dengan pembantu Susi di paling belakang. Di sana pembantu Susi akan menjelaskan larangan berserta hal hal lainnya kepada mu," tutur Pembantu Ayumi.
"Ini adalah Pembantu Ayumi. Dia adalah pembantu paling senior di rumah ini, ia juga yang memimpin para pembantu lainnya," ujar Hachiro memberitahu.
Tidak ada yang bisa Anisa lakukan selain tersenyum dan berusaha untuk menyetujui persyaratan tersebut. Sebenarnya Anisa sudah mengira akan menjadi bagian dari keluarga tersebut, yaitu sebesar menantu. Namun kenyataannya berbanding terbalik. Ia harus menjadi pembantu di rumah suaminya sendiri.
"Baiklah," jawab Anisa.
[Apa ini yang harus aku lakukan kedepannya? Apa ini yang harus aku rasakan seumur hidup aku? Kapan aku bisa merasakan kebahagiaan, bukan terus terusan menjadi seorang pembantu seperti ini dan yang lebih menyakitkan lagi, sekarang aku bekerja sebagai pembantu di rumah suamiku, menyedihkan sekali nasib aku.] Kata Anisa di dalam hati.
*
Hito diam di balkon kamarnya. Sekarang dadanya sudah telanjang, bahkan suasana dingin tidak pernah membuat kulit Hito terasa terusik sedikitpun oleh rasa dingin. Matanya menatap keindahan malam dengan ribuan bintang di atas langit dan bulan yang diam di kelilingi oleh ribuan bintang, tenang dan terlihat damai sekali hidup Hito karena pemandangan tersebut.
Di tangan kanannya sudah ada gelas kecil yang berisi cairan wine burgundy. Minuman beralkohol asal Prancis yang harganya tidak main main. Semalaman Hito bisa menghabiskan dua botol jika sudah merasakan frustasi dengan dunia.
"Dunia seakan-akan sangat butuh di kejar," ucapnya lalu meneguk cairan di gelas kecil yang ia pegang hingga habis.
"Aku tidak tau, hidup aku kedepannya akan seperti apa. Semuanya perintah, perintah dan perintah, Aku tidak bisa berdamai dengan dunia ku sendiri, diriku sendiri seakan akan hilang. Aku seakan akan hewan peliharaan yang hanya bisa mengikuti perintah sang majikan!" tuturnya.
Hito menjambak rambutnya frustasi. Sekarang ia nampak sangat lelah sekali, lelah dengan keadaan yang selalu mendesak dirinya. Di paksa dan selalu menuruti kemauan Nyonya Hana yang agak sedikit menyimpang dari keinginan Hito.
"Menikah! Hahaha, aku sekarang sudah menikah bukan? Gila sekali dunia ini, aku menikah dengan seorang wanita kampungan, menjijikan dan sama sekali tidak aku sukai, seakan akan aku menikah dengan orang gila di pinggir jalan yang tidak bisa mengurus tubuhnya sendiri. Aku tidak mau itu, aku tidak ingin pernikahan ini berlanjut. Aku sama sekali tidak menyukainya dan aku tidak mau di kata sebagai suaminya!!"
Tangan Hito langsung mengepal keras dan melempar kasar gelas kecil yang ia pegang.
Praaang!!
Kini gelas kecil itu sudah menjadi beberapa keping. Lemparan kasar Hito tadi membuat gelas tersebut tidak berbentuk lagi.
"Menjijikan sekali jalan hidup aku ini, apa yang harus aku lakukan nanti jika semua orang tau jika aku sudah menikah. Menikah dengan gembel, wanita kampungan, aduh! Secara aku adalah putra sulung Nyonya Hana Kazumi." Hito tidak ada henti-hentinya mengacak-acak rambutnya dengan begitu kasar. Sekarang ia benar-benar frustasi.
Cling cling cling...
Handphone milik Hito berbunyi, menandakan ada sebuah panggilan masuk dari seseorang yang tidak lain adalah Nyonya Hana.
Kedua tangan Hito yang sedari tadi mengacak-acak rambutnya sontak terhenti mendengar handphonenya berbunyi. Rasa malas kini membaluti tubuh dan jiwa Hito, malam ini ia tidak mau melakukan hal apapun lagi kecuali bermalas-malasan.
"Siapa sih? Apa dia gak tau kalau hari sudah malam, sudah lah aku malas untuk mengangkat panggilan tersebut. Biar dia menelfon lagi besok, aku malas pegang hp malam ini." Hito tidak mengambil handphone miliknya, ia hanya diam dan kembali mengacak-acak rambutnya tanpa melihat panggilan masuk tersebut dari siapa.
Tiba tiba tanpa di duga ada sebuah pengumuman dari Nyonya Hana. Setiap orang di dalam rumah pasti akan mendengar pengumuman tersebut, sebab setiap kamar sudah di pasang sebuah alat untuk setiap pengumuman di rumah tersebut, kecuali kamar Nyonya Hana.
"HITOO KELUAR SEKARANG JUGA, INI PERINTAH!!"
Hito langsung geram mendengar pengumuman tersebut, ia mengusap kasar wajahnya lalu meninju kasar tembok di sampingnya hingga memberikan sedikit luka.
"Mau apa lagi coba, ini sudah malam dan aku masih belum beristirahat. Aku yakin sekali ini akan ada pekerjaan lain lagi untuk aku, atau aku akan di paksa lagi, aku sudah bisa tebak itu." Hito langsung masuk ke dalam kamar dan mengambil bajunya yang berada di atas kasur lalu pergi menuju lantai bawah.
"Ada apa lagi sih ini? Awas saja kalau ada hal hal ane lagi. Aku capek, gak tau apa kalau ini sudah malam!" Hito menggerutu sambil terus menuruni para anak tangga dengan kedua tangan yang sibuk memasang kancing bajunya.
Hito pun langsung kaget melihat kehadiran Chelsea di rumahannya. Ia langsung menepuk jidat dan tersenyum ke arah Nyonya Hana dan juga Chelsea yang sudah berdiri menghadap ke arah Hito. Tadi Hito lupa untuk menjemput Chelsea, karena malam ini ia di minta untuk menginap beberapa hari di rumah Nyonya Hana untuk membuat Anisa hancur se hancur hancurnya.
"Kamu melanggar perintah Mama, iya?" tanya Nyonya Hana.
Chelsea hanya bisa tersenyum melihat ekspresi kikuk sang kekasih.
"Maaf, Ma. Aku lupa kan tadi siang aku sibuk sekali jadi mana sempat aku menjemput Chelsea, aku kan sibuk untuk menjalankan perintah Mama juga kan, iya kan? Jadi Hito tidak sepenuhnya salah di sini!" ujar Hito berusaha untuk membela dirinya sendiri.
Nyonya Hana menatap sang putra sulung dengan begitu serius, "kan mama sudah bilang kemarin malam, bawa Chelsea ke rumah. Biarkan dia menginap di rumah, begitu kan kata Mama. Lalu kemana semua ucapan Mama itu hilang, kemana?" tanyanya.
Hito langsung cengengesan kemudian menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. "Maaf ya, Ma." ujarnya.
"Lain kali kamu harus lebih teliti lagi, jangan seperti ini. Sama saja kamu melalaikan perintah Tante Hana, hukum saja dia Tante," usul Chelsea membuat pipi Hito memerah bak tomat.
"Maaf, Ma." Kata Hito ulang. Chelsea yang berada di sebelah Nyonya Hana hanya bisa menahan gelak tawa melihat ekspresi lucu Hito malam ini.
"Sudahlah, tidak apa apa. Mama sudah maafkan itu tapi, lain kali gak boleh seperti itu ya? Mama tidak mau kamu terus terusan melanggar perintah Mama, untuk saat ini Mama maklumi," ucapnya. "Satu lagi, kamu pasti habis minum minuman beralkohol kan?"
Hito langsung diam tidak berkutik, Nyonya Hana sudah menanyakan hal yang bisa membuat ketenangan jiwa Hito terganggu. Rasa takut kini berhasil menggulung jiwanya, sekarang ia benar-benar tidak tau harus menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban apa, sebab Hito sudah berjanji kepada Nyonya Hana untuk tidak meminum minuman keras lagi. Namun malam ini ia ketauan, biasanya ia meminumnya secara sembunyi sembunyi dari Nyonya Hana. Tetapi malam ini ia mungkin akan apes dengan apa yang di lakukannya tersebut.
"Iya, Ma. Hito sekarang frustasi, Mama tau kan apa penyebabnya. Aku yakin Mama akan mengerti diriku malam ini," ujar Hito.
Nyonya Hana langsung menganggukkan kepalanya. Ia tau bahwa sekarang Hito merasa tertekan dengan apa yang terjadi pada satu hari ini. Kesalahan yang di lakukan oleh Nyonya Hana harus Hito yang di korbankan untuk menikah dengan wanita yang tidak di cinta, memang pernikahan tersebut tidak serius bagi Nyonya Hana dan Hito. Lalu bagaimana dengan semua orang yang tau. Tuhan yang mahakuasa pun sudah pasti menyaksikan pernikahan itu.
"Mama tidak akan marah kepada mu untuk malam ini, kamu boleh ke kamar mu dan bawa Chelsea ke kamar mu. Ingat kalian boleh satu ranjang tapi tidak boleh saling main colok mencolokkan satu sama lain yang akan berakibat fatal, tidak boleh itu. Kalian paham kan?" Tutur Nyonya Hana.
Chelsea dan Hito langsung saling tatap menatap, mereka saling bertanya satu sama lain. Mereka berdua pun sangat mengerti sekali dengan arti 'colok mencolokkan' yang keluar dari bibir Nyonya Hana tadi.
Nyonya Hana memperhatikan gerak gerik mereka berdua. Sebenarnya Nyonya Hana agak takut jika harus membiarkan mereka berduaan begitu saja di dalam satu kamar tanpa ikatan pernikahan. Sebab Nyonya Hana tau jika Putra sulungnya tersebut sedikit agak agresif jika soal hal yang agak berbau ke mesum. Apalagi jika harus melakukannya.
"Kalian paham kan?" tanya Nyonya Hana lagi.
"Iya, Ma." jawab Hito.
"Iya, Te." jawab Chelsea.
"Ingat, jangan melakukan hal yang tidak-tidak. Mama sudah mengizinkan kalian untuk tidur berdua tapi bukan berarti boleh untuk melakukan hal yang terlarang,"
Hito langsung mengangguk mantap. Ia sudah paham dengan apa yang Nyonya Hana pikirkan. "Aku mengerti, Ma. Kami akan tetap baik baik saja seperti ini. Mama tenang saja, oke? Kami akan tetap baik dan tidak melakukan hal aneh apapun," ucapnya.
"Baiklah, jangan buat Mama marah, awas kalian." Nyonya Hana langsung pergi menuju dapur untuk mengambil sesuatu. Rambut Nyonya Hana masih belum kering semuanya. Sejak tadi Nyonya Hana berenang namun langsung berhenti karena kedinginan.
"Siap Mama, ih bawel sekali Mama!" Gerutunya.
"Tidak boleh begitu, sayang. Tante Hana juga ada betul nya, kita kan masih belum melakukan ikatan pernikahan. Jadi kita tidak boleh melakukan hal yang tidak seharusnya kita lakukan," ujar Chelsea.
"Iya, iya. Aku gak akan main colok mencolokkan itu, tenang saja!" sahut Hito.
"Yasudah. Sekarang sayang bantu bawakan semua barang-barang milik aku. Sayang, di situ ada beberapa barang barang mewah, kamu harus berhati hati, oke? Karena harganya mahal sekali," tutur Chelsea memperingatkan Hito agar lebih berhati-hati lagi dalam membawa barang-barang nya.

Komento sa Aklat (39)

  • avatar
    Syaqilla Almeta

    ini novel setiap bab.nya selalu bikin penasaran. seru, bagus gak membosankan 🥰

    25/01/2022

      1
  • avatar
    SukertiWayan

    keren

    01/04

      0
  • avatar
    INDANG TRY LESTY

    🥰wahhh bagusss

    21/09/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata