logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Minyak Bintang

Suatu hari nanti kamu akan diuji dengan orang yang sangat kamu cintai.
Karena tanpa kamu sadari kamu telah meletakkan dia sebagai cinta pertamamu.
Sedang Allah tidak menyukai itu.
♡ ♡ ♡
"Ma ... nanti malam akan ada tamu, teman-temanku sekolah dulu. Ada yang baru datang dari Kalimantan, makanya sekalian berkunjung ke sini. Tolong siapkan hidangan, belikan saja nasi bebek sama buah atau camilan. Minumnya sediakan kopi hitam," kata Rayan pada Firda yang sedang menjemur pakaian.
"Iya, Pa, berapa orang kira-kira yang datang?" tanya Firda.
"Mungkin empat sampai lima orang saja kok, Ma," jawab Rayan.
"Baik, Pa, nanti sore mama belikan," kata Firda.
Sore harinya setelah pekerjaan rumahnya selesai semua, Firda pun pergi ke warung nasi bebek bersama putrinya. Firda sangat bersyukur karena Syifa adalah seorang anak yang pendiam dan jarang sekali rewel. Ke mana-mana Firda selalu mengajaknya. Syifa tidak pernah mau dititipkan kepada orang lain bahkan dengan papanya sendiri. Meskipun Rayan suka sekali bercanda dengan putrinya, tapi Syifa masih saja tak pernah mau jika ditinggal hanya berdua dengan papanya.
Rayan pun juga sepertinya enggan jika harus berdua saja dengan putrinya. Karena dia akan bingung sendiri jika Syifa akan rewel nantinya. Firda juga lebih tenang jika putrinya ikut dengannya karena jika Firda terlalu lama pergi meninggalkan mereka, maka Rayan pun akan marah.
Setelah sholat isya', Firda menyiapkan semua hidangan untuk tamu suaminya. Rayan pun sudah siap menunggu di teras rumahnya. Tidak lama kemudian, yang ditunggu pun datang. Meskipun hanya berlima tapi ramai sekali suaranya. Setelah menyajikan hidangannya, Firda pun langsung masuk kamar dan bermain dengan putrinya sampai tertidur. Begitulah Firda, dìa hanya bagian menyiapkan hidangan untuk tamu suaminya. Jarang sekali dia ikut mengobrol dengan mereka. Apalagi tamunya kebanyakan laki-laki semua. Tak pantas rasanya.
Di sela-sela obrolan Rayan dengan teman-temannya, ponsel Rayan berdering, dilihatnya ada nama "Ibu", lalu dia pun memanggil istrinya.
"Ma, ada telepon dari ibu."
Firda yang sudah bangun dari tidurnya lalu menghampiri Rayan dan menerima panggilan telepon dari ibunya. Firda lupa kalau dari sore tadi ponselnya sendiri mati dan lupa menyalakannya kembali.
"Assalamu'alaikum, bagaimana kabarmu, Firda? Kamu dan keluargamu baik-baik saja, kan?" tanya Bu Siti, ibu Firda.
"Alhamdulillah baik semua, Bu. Ibu juga apa kabar di sana?" tanya Firda kepada ibunya
Alhamdulillah, ibu sehat, Nduk. Ibu hanya ingin kasih kabar kalau masmu Dayat sudah bercerai. Anak-anaknya ikut ibunya semua. Memang sudah jalannya mau bagaimana lagi. Kamu jadi istri yang baik, ya, Nduk. Jaga suamimu, jaga keluargamu, jaga rumah tanggamu. Jangan seperti mas-masmu. Ibu sebenarnya sedih, ibu juga malu, tapi mau bagaimana lagi. Kalau sudah tidak cocok, daripada diteruskan malah semakin banyak masalah," cerita Bu Siti pada Firda.
"Nggih, Bu, insyaa Allah Firda akan berusaha sebaik-baiknya. Semoga anak-anaknya Mas Dayat bisa menerima semua ini dengan hati yang ikhlas," jawab Firda.
Setelah cukup lama berbincang-bincang dengan ibunya lewat ponsel suaminya, Firda akhirnya memutuskan sambungan telepon mereka.
Baru saja Firda ingin mengembalikan ponsel pada Rayan, tanpa sengaja Firda melihat notifikasi pesan masuk dari seseorang yang bernama Sinta.
[Haaii ... bagaimana kabarmu, Sayang, aku kangen banget nih.] begitu isi pesan itu.
Degh!!
Karena ponsel masih menyala dan belum terkunci lagi, kesempatan ini digunakan oleh Firda. Dibukanya pesan-pesan yang ada di semua aplikasi yang ada di ponsel suaminya.
Gemetar seluruh tubuhnya, bergemuruh isi dadanya, terasa nyeri hatinya, terisak menahan luka.
Prasangka buruk yang selalu menghantuinya terjadi sudah.
Banyak pesan mesra bahkan juga pesan yang tidak sepantasnya di ponsel Rayan. Namun, yang tidak disangkanya, bukan hanya kepada satu orang wanita saja, entah berapa, Firda tak sempat menghitungnya. Malu rasanya jika harus meneruskan membaca semuanya.
Firda membaca pesan-pesan di medsos yang berwarna hijau dan biru dengan cepat-cepat. Ini adalah waktu yang tepat. Kesempatan membaca ponsel suaminya mungkin tak akan datang lagi untuk yang kedua kali. Firda juga takut jika waktunya tak akan cukup.
Namun, ada salah satu nama yang menjadi perhatiannya, karena selain namanya yang hanya disingkat dengan inisial saja, pesan-pesannya sangat membuatnya ingin bunuh diri.
"Ma, ponselku mana?" seru Rayan dari teras depan.
Firda tersentak dan segera sadar karena panggilan suaminya. Ponselnya harus segera dikembalikan kepada Rayan. Sambil berjalan ke teras depan, Firda membersihkan sisa-sisa airmatanya. Firda berusaha menata hatinya seperti tak ada yang terjadi dan berpura-pura tak tahu apa-apa tentang suaminya yang sudah bermain hati.
Saat ini Firda merasa tidak boleh emosi. Tak mungkin juga dia marah dan bertengkar di depan teman-temannya Rayan. Firda memikirkan cara yang tepat agar suaminya mau berterus terang apa yang sebenarnya terjadi. Suaminya masih dalam keadaan sakit dan Firda yakin emosi Rayan akan lebih tak terkendali. Firda menahan semua rasa sakit hatinya. Hanya kepada Allah Firda mengadukan keluh kesahnya.
Bukannya Firda tak ingin marah, bukannya Firda membiarkan suaminya berbuat maksiat di depannya, Firda hanya ingin menyelesaikan urusan ini dengan kepala dan hati yang dingin serta bukti yang nyata. Meskipun itu membuat hati Firda semakin tertekan, namun Firda tak mau membahasnya sekarang.
Pantas saja Rayan akhir-akhir ini jarang sekali meminta haknya sebagai suami. Jika meminta pun, gairahnya sudah tak seperti dulu lagi. Firda berpikir jika semua itu karena Rayan terlalu sibuk dan lelah karena pekerjaannya. Atau tak ada waktu karena Rayan selalu begadang dengan teman-temannya. Firda tahu betul jika dirinya sudah tidur, Rayan tak pernah tega membangunkannya. Dengan alasan karena suaminya tak tega karena istrinya capek seharian mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat putrinya.
Kembali mengingat masa-masa itu, di saat mereka masih sering berbicara dan bercerita sampai dini hari setelah melakukan hubungan suami istri, Firda kembali meneteskan airmatanya. Miris sekali keadaan rumah tangganya sekarang. Apakah nasibnya akan sama dengan kakak-kakaknya yang gagal dalam berumah tangga? Lalu jika memang suaminya selingkuh dan sudah tak mencintainya lagi, buat apa mempertahankan rumah tangganya? Dalam diam Firda menangis tanpa suara. Sakit hatinya karena perselingkuhan suami yang sangat dicintainya.
Teringat dulu kakak-kakak Firda menentang pernikahannya dengan Rayan, namun Firda tak putus asa. Bersama Rayan, Firda berjuang meraih restu mereka, dengan bantuan ibu Firda tentunya. Yaa ... hanya ibunya yang merestui hubungannya dengan Rayan. Karena waktu itu Firda akan dijodohkan dengan laki-laki pilihan pamannya, sementara Bu Siti tak ingin memaksa Firda untuk menerima perjodohan.
Bu Siti hanya ingin putrinya bahagia dengan pilihannya sendiri. Dan betapa bahagianya Firda memiliki ibu seperti Bu Siti. Semakin deras saja airmata Firda mengingat kembali semuanya. Hatinya sungguh hancur namun dia sendiri bingung harus bagaimana. Tak ingin larut dalam kesedihan dan airmata, Firda bangkit berjalan ke belakang mengambil air wudhu dan kembali bermunajat pada Allah mengadukan masalahnya. Hanya itu yang membuat hatinya kembali tenang.
Lewat tengah malam, mereka pun pulang. Seperti biasanya, Firda segera membereskan sisa-sisa makanan dan juga piring serta gelas-gelas yang kotor untuk dibawa ke dapur. Setelah selesai semuanya Firda lalu ke kamar dan merebahkan dirinya yang sudah lelah dan ingin segera tidur. Namun, ternyata keinginannya harus tertunda karena sang suami langsung mengajaknya bicara.
"Ma, aku diberi minyak dari Kalimantan, namanya minyak bintang. Katanya ampuh untuk patah tulang sepertiku, semoga saja bisa segera pulih lagi, ya. Tapi ada syaratnya, tidak boleh ditaruh di dalam rumah."
"Sakit itu datangnya dari Allah dan yang menyembuhkan juga Allah. Jangan terlalu percaya dengan hal-hal seperti itu, takut jatuhnya syirik nanti," jawab Firda.
"Kamu ini selalu begitu, namanya juga usaha kan nggak apa-apa, apalagi ini juga gratis dikasih teman. Harusnya bersyukur karena temanku ada yang perduli dan kalau memang bisa cepat sembuh kan aku juga bisa cepat masuk kerja. Apa kamu nggak suka kalau aku sembuh, apa kamu mau aku terus-terusan seperti ini?" Rayan mulai emosi.
Firda pun menjawab dengan lesu, "Iyaa, maaf. Semoga cocok dan segera sembuh dan bisa berjalan normal lagi, aku sudah mengantuk, aku mau tidur."
Firda sangat lelah, lelah fisik dan juga lelah pikiran serta hatinya. Dia bukan orang yang setuju dengan pengobatan seperti itu karena menurutnya hanya mengundang jin ke dalam rumah.
Firda sadar meskipun dia tidak bisa melihat jin atau setan, tapi dia sering merasakan jika sedari awal tinggal di rumahnya ini Firda sering mengalami gangguan. Namun, Firda tak pernah terlalu menjadikannya pikiran. Hidupnya sudah banyak ujian. Masih banyak urusan yang jauh lebih penting daripada memikirkan setan yang bergentayangan.
♡ ♡ ♡
Dua bulan berlalu ....
Meskipun agak pincang, Rayan pun sudah bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat. Percaya atau tidak, minyak bintang yang dibawakan oleh temannya dari Kalimantan itu memang benar-benar ampuh. Rayan pun sudah tidak berobat lagi ke Pak Kyai. Bahkan sudah seminggu yang lalu Rayan sudah masuk kerja lagi. Semua tetangga dan teman-temannya pun heran. Dalam waktu kurang dari tiga bulan Rayan sudah bisa berjalan tanpa tongkatnya walaupun agak sedikit pincang. Bahkan sebulan kemudian, Rayan pun sudah bisa berjalan seperti biasa.
Dengan memegang sebuah kertas di tangan, Firda berbicara kepada dirinya sendiri, "sekarang saatnya aku menyelesaikan semua masalah ini."

Komento sa Aklat (88)

  • avatar
    LiyduLismawati

    ceritanya bagus.. ga nyangka firda sesabar dan seikhlas itu. lika liku rumah tangga betul betul berat

    15/08/2022

      0
  • avatar
    avrilliaNiaa

    waww

    14h

      0
  • avatar
    FaradilaMuliani

    terima kasi

    19d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata