logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

PART_9 TUAN TAMPAN

Apa yang ditakutkan Lala ternyata tidak menjadi kenyataan. Nyatanya orang tua Sabilla bahkan sangat ramah. Andika dan Gita paham dengan apa yang terjadi sebenarnya. Mereka mendengarkan penjelasan Lala dengan cukup baik, akhirnya kesalah pahaman calon menantu dan mertua itu pun usai. Namun sayang sekali pertemuan itu hanya sebentar, karena kesibukan terpaksa Andika dan Gita berpamitan terlebih dahulu. Mereka memang tipe orang yang tidak suka berbasa-basi. Mengingat kesibukan yang padat, dan pertemuan ini pun hanya demi anak semata wayangnya, Sabila.
Akhirnya lampu hijau berhasil Glenn dapatkan, itu artinya pertunangannya tahun depan akan berjalan lancar. Sayang sekali Sabila tidak hadir dalam pertemuan itu karena masih ada kegiatan kampus. Ya. Seandainya Sabilla hadir pasti mereka akan merayakannya.
“Aku sudah menjelaskannya Glenn, artinya urusanku sudah selesai,” ucap Lala setelah Andika dan Gita pergi. Lala cukup lega, dan berharap setelah ini dirinya pun bebas.
“Makasih bocil, bocah kecil, ternyata kau berguna juga he ... he ...” ucap Glenn spontan mencubit pucuk hidung Lala, hingga pipi putih Lala berubah kemerahan. Bahkan jantung Lala berdetak dengan tempo yang tak beraturan.
“Ish, apa sih pegang-pegang,” Lala menepis tangan Glenn agar menjauh dari wajahnya. Tidak dipungkiri jika dirinya sedikit grogi akan sikap Glenn. "Baru saja calon mertuanya pergi sudah berani godain cewek lain, dasar bunglon" umpat Lala.
“Eehh .... Bocil. Mulai sekarang Bocil saja panggilnya, Lucu juga sih ... tadi ngapain Cil, di pojokan sama cowok yang masih kecil juga, mau belajar pacaran? Sini sini, Abang ajarin,” goda Glenn di barengi tawa yang tergelak di akhir kalimatnya.
“Jangan ikut campur,” jawab Lala marah. Lagian Glenn seenaknya saja mengganti namanya menjadi Bocil. Lagipula kenapa Glenn sampai memergokinya dengan Alan? Apa iya Glenn mengikutinya sejak pagi?
“Ngapain aja tadi, hayoo jujur? Belajar ciuman? Sini Abang Glenn ajarin, sudah pernah di cium belum?” Glenn tiba-tiba memajukan wajahnya sengaja ingin menggoda, belum sampai hidung tinggi itu menyentuh pipi Lala, dengan sigap Lala menutup mukanya dengan kedua tangannya. Takut wajahnya ternoda oleh sikap mesum Glenn.
Apalagi jika Glenn mendekat wangi tubuhnya bahkan Lala sudah mulai terbiasa.
Glenn tergelak dan kembali duduk dalam posisinya yang benar. Tampaknya setelah bertemu dengan calon mertuanya, moodnya sedikit baik. Terlihat lebih banyak senyum yang menghiasi wajah Glenn. Bahkan intensitas memarahi Lala pun mulai berkurang. Lala berharap semoga hari-hari ke depan seperti ini.
Lala membuka ponselnya untuk menghindari rasa gugupnya, ada dua belas panggilan tak terjawab dari Glenn. Tentu saja Lala tidak mendengar panggilan itu, karena ponselnya dalam mode diam. Tiba-tiba saja Lala merasa bersalah.
[La, kenapa tidak datang]
[Kamu di mana?]
[PING]
[PING]
Lala menatap nanar layar ponselnya, “Alan pasti marah,” batinnya. Lala segera membalasnya dan mengabarkan jika tantenya tiba-tiba ingin bertemu. Terpaksa Lala harus bohong lagi.
Lala membenarkan rambutnya yang sebagian menutupi wajahnya, kemudian menghabiskan sisa minumannya hingga habis. Lala masih asyik dengan ponselnya. Tanpa Lala sadari sejak tadi Glenn menatapnya.
“Belum pernah lihat cewek cantik?” tanya Lala membuyarkan lamunan Glenn.
Glenn tersenyum ingin menjitak kepala Lala tapi tidak jadi, karena mendadak dirinya berbaik hati karena hari ini Lala sudah menjalankan misinya dengan baik.
Sejujurnya Glenn mengakui kalau muka Lala terbilang lucu, bukan cantik, tapi menarik dan tidak membosankan. Bahkan Glenn terkadang gemas dibuatnya.
Glenn mengajak Lala pulang. Pulang ke kos Lala? Tentu tidak. Glenn tetap membawa Lala ke apartemennya. Meskipun sekuat apa pun Lala menolak, Glenn tetap memaksa. Selama dirinya belum mendapatkan Sabila Glenn tidak akan melepaskan Lala.
“Ingat, besok pagi-pagi kamu mulai bekerja,” ucap Glenn sambil duduk dengan kaki sedikit terbuka dan jemari tangan yang saling bertautan. Mereka baru saja sampai di apartement Glenn. Mereka duduk di sofa ruang tamu Glenn.
Lala mengangguk cepat, “Iya deh, besok aku akan cari kerjaan. Lagipula kemarin ada teman yang nawari aku jadi guru les bahasa Inggris. Tentu saja aku akan menerimanya, demi bisa melunasi hutangmu, jangan khawatir,” ucap Lala semangat.
“Siapa yang mengizinkanmu bekerja di luar?” tanya Glenn. “Kamu bekerja di apartemenku,” pintanya kemudian.
“Ker- ja di apartemenmu?!” Lala memiringkan kepala dan menyipitkan matanya, melirik Glenn sekilas. Dirinya berada dalam fase bingung dan mencoba memahami jalan pikiran Glenn. Apa maunya Glenn sulit sekali diterka Lala. Mungkin sifat Glenn termasuk kategori tujuh keajaiban dunia yang belum diakui , jadi cukup menyulitkan.
Glenn melemparkan kepalanya ke badan sofa, ”Ya. Selama kau tidak bisa membayar hutang itu, kamu cukup jadi pembantuku,” ucapnya kemudian.
“Maksudmu?”
“Aku sudah berbaik hati La, daripada waktumu habis berpacaran dengan bocah tidak jelas itu mending beres-beres apartemenku, masak, nyapu, nyuci, kan lebih bermanfaat.”
“Tapi Glenn aku kan juga harus kuliah,”
“Apa kau lupa jadwal kuliahmu pun aku punya, sudah nurut saja, kuliah jalan, kerja jalan, pacaran stop. Dari rumah jauh-jauh merantau ke kota Violens pamitnya kuliah, menimba ilmu, nyatanya pacaran, apa-apaan?” ucap Glenn panjang lebar.
“Tapi aku nggak mau jadi pembantu Glenn, kamu menghinaku, sudah kubilang akan mencicilnya,”
“Mau jadi apa? Mau jadi tuan putri, sadar diri ini bukan negeri dongeng? Berpikir realistis, aku sudah baik. Memberimu solusi.”
“Oke terserah kamu deh Glenn, atur saja sesukamu,” ucap Lala pasrah “Uang yang tersisa di ATM aku transfer dulu ya?”
“Nggak perlu, Cil, kamu itu nggak sadar-sadar, kita itu beda kasta, pake aja uang itu, kamu hanya cukup jadi pembantuku selama dua ratus hari, aku pikir aku akan sibuk Cil, buat ngurus pertunanganku nanti, apa kau tega?”
“Hah.... Kenapa aku peduli. Lalu yang peduli sama aku siapa dong! Satu lagi namaku Lala bukan Bocil, jangan panggil cal Cil cal Cil ” ucap Lala kesal. Lama kelamaan bisa darah tinggi juga dekat-dekat dengan Glenn.
Glenn semakin tergelak mendengar kemarahan Lala. ”Selama kamu jadi pembantuku aku akan tetap memanggilmu Bocil, ha... ha...”
“Bodo, aku nggak setuju,” Lala menghembuskan nafas berat.
“Dan karena aku tuannya kamu harus memanggilku, Tuan.”
“Hah... Apa apaan nggak mau nggak mau ...”
“Harus mau, panggil aku Tuan tampan ...he.. he ..”
“Tampan dari mananya, yang ada muka bunglon, di depan Kak Billa tampan, di depan Tante Gita baik, ehh di depanku jadi setann, fixs panggil tuan Bunglon saja,” Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulut Lala.
“Jangan kurang ajar, sama majikan. Nggak sopan tahu?”
“Jadi jika aku setuju jadi pembantumu hutangku lunas, begitu kah Glenn?”
“Iya asal jangan salah panggil masa iya pembantu panggil majikannya Glenn.”
“Iya ... Iya ... Tuan ... Puas?”
***
BERSAMBUNG

Komento sa Aklat (454)

  • avatar
    Maya Lahe

    bagus ceritanya happy ending. sayangnya nunggu tamatnya lama 😭😭. tp ttp semangay nulis ya tor 💪💪

    20/05/2022

      1
  • avatar
    SubramaniamNakalingam

    nice story .... keep writing 👍👍

    18/05/2022

      0
  • avatar
    Sucipto Utomo

    isi ceritanya bagus, gaya bahasa mudah dimengerti, ditunggu kelanjutannya !!!

    21/01/2022

      7
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata