logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Ratna vs Sasmitha (part 2)

"Ratna, gue bisa jelalasin sama lo nanti. Gue saja enggak kenal sama cewek gila ini. Dia yang dari tadi maksa minta ikut sama gue," jelas Bara seadanya.
"Iih ... Bara, kok lo ngomong gitu, sih! Masa lo lupa kalau kita mau bercocok tanam bersama," sahut  Sasmitha yang semakin menjadi-jadi.
Ratna langsung menjauh dari Bara, sedangkan Sasmitha malah tersenyum penuh kemenangan.
"Lo enggak usah kaget, deh. Kan, lo juga tahu sendiri kalau Bara enggak bisa main sama satu cewek," ucap Sasmitha angkuh.
"Bodo amat. Yang penting gue yang sudah berhasil buat kecebong Bara tumbuh di dalam perut gue," balas Ratna sinis, yang kini tersenyum kemenangan melihat Sasmitha terdiam.
"Sialan, lo gadis udik!" umpat Sasmitha yang tangannya ingin menjambak rambut Ratna.
"Jangan main tangan, lo mau gue batalin perjanjian kita, hah?" ancam Bara bernada dingin pada Sasmitha.
Sasmitha pun mengurungkan niatnya itu. Sedangkan hatinya sudah memaki habis-habisan sosk Ratna.
"Yah ... Sudah selesai, enggak seru, ah!" decak Satya mengeluh pelan.
"Tenang, Sat. Masih ada sesi kedua," sahut Galuh.
***
Di sepanjang acara makan siang bersama di restoran khas Nusantara. Selalu ada cekcok mulut antara Ratna dengan Sasmitha. Sedangkan para lelaki sudah angkat tangan tidak mengindahkan percekcokan di antara Ratna bersama Sasmitha.
"Sumpah, Bar. Lama-lama gue kenyang sama bacotan para kaum betina itu," celetuk Satya yang langsung meletakkan sendok dan garpunya kasar di atas meja.
Bara pun menghentikkan suapannya. Lirikan sinis dari Bara diberikan untuk Satya. "Lo bisa diam enggak, sih?! Dari tadi lo komen mulu kayak nitezen!" semprot Bara kesal, karena sudah muak duduk di antara mereka semua.
Bibir Satya mencebik kesal. Di dalam hatinya terus menggerutu. "Ya elah, perasaan dari tadi gue salah mulu sama lo, Bar. Padahal 'kan yang paling bacot di sini mereka berdua." Satya menunjuk ke arah Ratna bersama Sasmitha.
Dengan kompak Ratna bersama Sasmitha langsung menoleh ke arah Satya dengan memberikan tatapan tajam maut mereka berdua.
"Heh, makan masih modal gratisan enggak usah belagu banget lo!" omel Sasmitha yang mengeluarkan larva berbisanya pada Satya.
"Astaga, saya sampai terkejut," celetuk Galuh dengan mengedipkan kedua matanya sok polos.
"Ah, sialan lo! Pasti lo kesenangan 'kan kalau gue kena siksa sama nih dua Mak lampir," sahut Satya ketus, yang langsung mencubit kencang lengan Galuh sampai memerah.
"Aduh, cubitan lo sakit bego!" umpat Galuh kesal, yang juga membalas dengan menampar lengan Satya kencang.
"Galuh, Satya, kalau kalian berdua enggak bisa diam. Terpaksa mulut kalian berdua aku akan potong kayak daging ini," ancam Ratna yang mengacungkan sebilah pisau yang bekas memotong steak daging.
Satya bersama Galuh dengan kompak menelan ludahnya kasar.
"Oke, kita enggak akan buka suara lagi," putus Galuh final, yang tidak mau menanggung kemarahan dua betina yang ada di satu meja dengan mereka berdua.
"Makanan gue sudah habis, kalian cepat habiskan makanan. Setelah itu pergi pulang masing-masing, kecuali Ratna barengan gue!" ucap Bara dengan tegas. Yang langsung pergi melenggang begitu saja ke kasir tanpa menunggu balasan dari siapa pun itu.
"Loh, kok gitu, sih! Namanya itu enggak adil, Bara!" seru Sasmitha yang tidak terima.
"Ya elah, ribet banget 'sih kamu tuh! Kalau Bara bilang begitu, ya terima saja dong. Enggak usah ngegas kayak motor kebocoran knalpot!" sahut Ratna yang tidak sadar kalau dirinya juga berbicara dengan urat menonjol di lehernya.
"Heh, lo! Orang udik kayak lo enggak usah ikut campur urusan gue! Lo tuh enggak selevel sama gue dan Bara!" Sasmitha menunjuk-nunjuk wajah Ratna dengan tatapan menjijikan.
"Emang kamu kira level bon mercon apa!" sentak Ratna marah, tidak terima atas ucapan merendahkan dari Sasmitha.
"Tuh 'kan, gue bilang apa. Pasti perang ketiganya bakalan lanjut entah sampai kapan, Sat," bisik Galuh yang menatap berbinar pada adegan adu mulut antara Ratna dengan Sasmitha.
"Iya, benar banget Gal. Kira-kira waktunya cukup enggak 'sih kalau gue beli popcorn dulu buat nonton mereka berdua?" tanya Satya, mengetukkan jari telunjuknya di dagu sambil menatap Ratna yang bercekcok mulut dengan Sasmitha.
"Entar saja lah. Mending kita puas-puasin nontonnya, mumpung masih gratis, Sat," ucap Galuh, yang menepuk pelan bahu Satya.
Selama sepuluh menit, percekcokan Ratna bersama Sasmitha belum usai juga. Namun, selepas datangnya Bara, dengan kompak Ratna bersama Sasmitha langsung diam layaknya seperti patung.
"Kalian sudah berantemnya, hem?" tanya Bara mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan dingin.
"Loh, kita enggak berantem, kok. Orang aku cuma tanya dia hidupnya di mana saja. Aku kira sih di neraka, soalnya mulutnya sudah ada bau-bau neraka jahanam," ucap Ratna yang sekaligus menyindir pedas pada Sasmitha.
Sasmitha melototkan matanya lebar. Ada keinginan di dalam dirinya untuk menjambak rambut Ratna, namun Sasmitha harus menahannya dulu selagi masih ada Bara.
"Bar, anterin gue juga pulang. Kan, lo sudah janji tadi sebelum ke sini," pinta Sasmitha dengan manja pada Bara.
Bara mengehla napasnya sejenak. Kerutan yang ada di keningnya sudah bertahan lama sejak dia datang ke restoran ini.
"Mobil gue cukup muat hanya dua orang. Lo bisa minta anterin pulang sama salah satu curut peliharaan gue," tolak Bara seadanya.
"Lah, Bar! Kok, kita yang kena tumbal lagi!" seru Galuh yang tidak terima atas keputusan Bara.
"Kenapa? Lo mau nolak perintah dari gue, hah?!" Bara mengendikkan dagunya seakan menantang Galuh.
Galuh terdiam sejenak. Lalu, menatap Satya yang menutup wajahnya dengan buku daftar menu.
"Oh, berarti lo yang mau anterin nih cewek gila," ucap Bara tiba-tiba sambil tersenyum sinis pada Galuh.
"Ogah, Bar. Amit-amit gue anterin nih cewek. Yang ada kesehatan telinga gue patut dilindungi," tolak Galuh mentah-mentah.
"Bohong tuh dia, Bar. Lo tahu sendiri 'kan Bar. Kalau si Galuh itu diam-diam bokong kuning," sahut Satya yang juga ikut mengompori Bara.
"Heh, Sat! Mulut lo bisa banget ngomongnya!" sentak Galuh menggeram marah.
"Ya bisa, dong. Ini juga mulut gue, bukan aset pemerintah," balas Satya tidak mau kalah dari Galuh.
Galuh berdecak kesal. Ia merasa sudah kehabisan akal untuk melawan Satya, teman laknatnya itu.
"Oke, gue bakalan yang anterin nih cewek gila," putus Galuh final. Lalu, menunjuk ke arah Sasmitha. "Dan lo cewek gila. Jangan sampai di mobil nanti, mulut lo kayak kebocoran gas. Gue enggak u telinga gue sakit gara-gara suara lo!" ancam Galuh tajam dan juga tegas.
"Dih, mending gue naik taksi!" Sasmitha berdecih sinis menatap Galuh dengan angkuh.
"Oh, ya sudah. Bagus kalau lo pulang naik taksi, jadi gue enggak capek-capek tenaga buat anterin cewek kayak lo itu," sahut Galuh yang malah kesenangan bukan main.
Sasmitha semakin menajamkan matanya hingga berkilat marah. Sebelum pergi, Sasmitha menodongkan tangannya pada Bara.
"Ngapain tangan lo itu, heh!" Bara menatap datar tangan Sasmitha.
"Ya, minta duit, lah!" Sasmitha menjawab dengan nada tinggi.
"Lah, sinting! Ternyata bacot doang yang gede, isi dompetnya angin semua," celetuk Satya geli yang langsung disambut dengan gelak tawa menggelegar dari Ratna.
"Hahaha ... Ngakunya sok jadi orang kaya, enggak tahunya kerjanya suka minta-minta," ledek Ratna yang masih tertawa geli.
"Heh, sialan lo!" seru Sasmitha murka yang ingin mencakar wajah Ratna, namun ditahan oleh Bara.
"Nih, gue kasih lebih duitnya," ucap Bara sambil menaruh lima lembar uang pecahan ratusan ribu.
"Oke, makasih, ya. Jangan lupa sama janji lo buat gue dua hari dua malam," ucap Sasmitha mengingatkan pada Bara. Setelah itu pergi melenggang begitu saja masih dengan gaya angkuhnya.
***
Halo para pembaca Permen Kaki CEO. Terima kasih sudah membaca bab terbaru dari Permen Kaki CEO. Jangan lupa untuk memberikan review, star vote, dan hadiah untuk penulis.
Menurut kalian, apakah Bara akan menepati janjinya pada Sasmitha?
Yuk, dijawab di kolom review, ya.
See you next bab guys ...

Komento sa Aklat (54)

  • avatar
    Pred

    lanjutkah

    8d

      0
  • avatar
    QaisaraNik

    bagusss

    11/02/2023

      0
  • avatar
    Syifa Yuhanis Mazlan

    saya suka baca novel ini

    26/01/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata