logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

CALON ISTRI

“Apa?” cicit Deniz terkejut dengan ucapan sang mama.
“Diam,”Pekik Maer dan melihat tajam Deniz, seketika Deniz terdiam Karena memang Deniz sangat patuh pada Maer dan tidak pernah bisa menolak keinginannya.
Bu Erni dan pak Nico saling pandang, ia tidak tahu jika sang anak akan dilamar seorang pria yang baru saja dikenal.
''Emak, Dadd!” Panggil Eva tiba-tiba dan baru keluar dari kamar. Eva tidak tahu jika musuhnya datang untuk melamarnya. 
“Dadd!” panggilnya lagi lalu menguap sambil membuka tirai pembatas pintu.
Eva melihat kearah sofa seketika ia terdiam melihat keluarga Deniz, ia melihat satu persatu anggota keluarga Deniz, kemudian melihat dirinya sendiri yang menggunakan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Deniz melihat Eva pun tidak berkedip karena lekuk tubuh Eva begitu jelas ditambah kulitnya yang begitu mulus 
 Eva menyadari tatapan Deniz kemudian ia menutupi dadanya dengan cara menyilangkan kedua tangan ke dadanya.
“Astagfirullah anak Emak,” Pekik Bu Erni melihat Eva, Bu Erni bangkit menghampiri Eva sedangkan Maer dan Via hanya tersenyum, Seraya melihat Deniz yang tidak berkedip melihat Eva. Via tahu Eva malu kemudian Via menutup mata Deniz dengan telapak tangannya.
''Apa sih! Ganggu pemandangan.'' cicit Deniz lalu melihat Eva kembali. Eva sadar menjadi tontonan kemudian ia bergegas masuk kedalam menuju kamarnya.
“Va, buka pintunya,” panggil emak mengetuk pintu kamar Eva.
''Gak mau, Mak! Eva gak mau ketemu Deniz, Deniz jahat! Dia sudah mengambil semuanya! Deniz udah kasar sama Eva, Eva gak mau!'' teriak Eva sampai terdengar di ruang tamu dan itu menambah keyakinan Maer bahwa anaknya sudah berbuat yang tidak-tidak.
''Jadi itu alasan kamu diam seminggu ini? tanya bu Erni.
“Iya.”
''Kenapa kamu gak cerita sama Emak, ayo buka pintunya, ayo cerita sama Mak." Panggil bu Erni. Namun, tidak ada jawaban dari Eva .
Eva menutup telinganya menggunakan bantal dan mengingat kejadian saat Deniz mengambil ponselnya dan membentaknya dan itu membuat hatinya sakit, terlebih ponselnya belum di kembalikan Deniz. Akhirnya Emak menyerah lalu memanggil pak Nico.
''Dadd, Eva tidak mau membuka pintunya,'' bisik bu Erni. Pak Nico mengangguk vdan tahu apa yang harus ia lakukan.
“Maaf, Bu, boleh saya coba membujuk Eva,” ucap Maer
“Tapi saya tidak yakin Eva mau keluar, Bu.” 
“Biar saya coba,” balas Maer lalu bangkit dari duduknya kemudian menarik Deniz agar ikut membujuk Eva. Mereka kemudian menuju kamar Eva yang berada tidak jauh dari ruang makan.
''Sayang, ini tante Erna. Tante datang kemari bersama Deniz ingin meminta maaf dan–" suara Maer terputus seiring pintu kamar Eva terbuka. Eva membuka pintu kamar dengan masih menggunakan baju yang sama, dan
itu membuat Deniz gelisah.
''Maaf, Tante. Eva sudah tidak sopan.” ucap Eva lalu menyalami Maer, inilah yang membuat Maer jatuh hati pada Eva, selalu salim saat bertemu dengan orang yang lebih tua.
“Katakan, salah Deniz apa? Deniz udah melakukan apa sama kamu?” tanya Maer melihat Eva.
''Deniz kasar Sama Eva tante dan sudah mengambil semuanya.'' Adu Eva sendu, membuat Maer melihat Deniz dangan tatapan tajam.
''Maksud kamu apa? Aku ambil apa dari kamu?” tanya Deniz tidak terima. 
Eva yang mendengar Deniz menyela pun melihatnya dengan tatapan tajam, kemudian mendorong Deniz kearah tembok dan mencengkram kerah kemejanya. Kali ini kesabaran Eva sudah habis dan tidak bisa diam lagi. Maer terkejut melihat Eva yang berani dengan anak lelakinya, selama ini tidak ada yang berani memperlakukan Deniz seperti apa yang di lakukan Eva. 
''Sudah satu minggu kamu menyita hape dan tasku, dan aku tidak terima atas bentakanmu seminggu lalu, orang tuaku saja tidak pernah kasar padaku,” ucap Eva masih mencengkeram kerah kemeja. 
Deniz hanya pasrah di sudutkan Eva, Karana ia juga serba salah, terlebih pakaian Eva yang terlalu seksi. Maer yang melihat mereka pun tertawa dan mencerna ucapan Eva. Ternyata Maer sudah salah paham mengira Eva hamil karena ulah Deniz. Tetapi sudah kepalang basah ia datang untuk melamar Eva untuk putranya dan tetap akan melanjutkannya lamarannya.
Akhirnya mereka duduk kembali di ruang tamu dan Eva pun sudah mengganti bajunya. Mereka duduk diantara kedua orang tuanya masing-masing dan saling diam.
“Bu Erni, saya sebenarnya salah paham. Tapi saya akan tetap melanjutkan melamar Eva untuk Deniz,” jelas Maer mantap memilih Eva menjadi calon menantunya. 
“Hah?” saut Deniz dan Eva bersamaan.
“Eva tidak mau, Emak!” tolak Eva dengan keras.
“Ma, Deniz tidak mau!” pekik Deniz melihat sang mama. 
“Sudah diam, kamu mau sama mbok Iroh?” jawab Maer pelan, ia tidak mau dibantah dan menawarkan tukang sayur yang sering lewat di depan rumahnya.
“Hayır!” Deniz menggeleng sambil menatap Eva penuh arti.
"Baiklah, lamaran Bu Erna saya terima dan semoga dengan ini anak anak kita semakin dekat dan tidak seperti tadi,” jawab Bu Erni lalu tersenyum melihat Eva yang menekuk wajahnya, Eva sama halnya dengan Deniz yang tidak bisa menolak permintaan sang mama. 
“Kalau begitu sebagai tanda pengikat, Deniz akan menyematkan cincin ke jari manis Eva!" saut Daniel entah bagaimana caranya pak Daniel sudah menyiapkan cincinnya. 
“Ini pasangkan ke jari Eva, kalau ini pas di jarinya itu artinya Eva memang jodohmu.'' ujar Maer memberikan cincinnya pada Deniz. 
Eva dengan paksaan mamanya ia bangkit dari duduknya. Deniz akhirnya menyematkan cincin ke jari manis Eva. 
''Alhamdulillah!'' ucap syukur semuanya.
“Salim sama Deniz.”Emak menyenggol lengan Eva. Eva terpaksa menyalami Deniz. 
“Sekarang kalian sudah resmi calon suami-istri, dan untuk tanggal pernikahannya–” ucap Maer yang langsung dipotong Eva dan Deniz.
“Hah, Menikah?'' potong Deniz dan Eva bersamaan.
''Lah, tujuan Mama dan papa kemari melamar Eva dan selanjutnya kalian menikah!'' jelas Maer melihat Eva dan Deniz bergantian.
''Maaf Bu Erna, mungkin untuk pernikahan kita bicarakan nanti saja. Masalahnya Eva masih mempunyai kakak yang belum menikah, dan biar kami berdiskusi dulu. Apa kakaknya mengizinkan Eva melangkahinya, atau harus menunggunya menikah,” ucap Nico melihat Daniel dan Maer bergantian, serta melihat Deniz dan Eva yang sedang saling pandang dengan tatapan saling tidak suka.
''Baiklah, kami menghormati keputusan bapak dan ibu, tapi niat baik tidak boleh ditunda,” jawab maer. 
Deniz dan Eva sama-sama mempunyai kesamaan. Tidak berani membantah apa yang sudah orang tua mereka putuskan, terlebih Deniz sebagai laki laki yang memang ia tahu surganya ada pada mamanya. Deniz meyakini pilihan sang mama tidak pernah salah, begitu juga Eva ia sangat mengutamakan apa kemauan Emak pada dirinya. Walau tidak mudah menjalani apa yang tidak sesuai keinginannya, ia hanya yakin restu emaklah memudahkannya. 
“Kalau begitu, mari semuanya ke ruang makan, kita makan bersama”, ajak emak dan semua pun ke belakang kecuali Deniz dan Eva.
Mereka semua makan bersama saling bercanda dan tertawa walau Deniz dan Eva hanya diam. Namun mata mereka saling mencuri pandang.
''Oh ya, Bu Erni, minggu depan ada acara kecil-kecilan di rumah, saya harap Bu Erni dan keluarga bisa hadir,” ujar Maer disela makannya.
“Baik, Bu. Nanti kami usahakan. Semoga papanya Eva sudah kembali dari luar kota,” balas Bu Erni.
Mereka semua selesai makan, kecuali Deniz dan Eva. mereka membiarkan Eva dan Deniz makan berdua dan para orang tua kembali ke ruang tamu.
Deniz dan Eva masih saling diam hingga tidak sengaja tatapan mereka saling bertemu.
“Kakak kamu mana?” tanya Deniz tiba-tiba.
“Masih kerja?” ketus Eva.
“kerja di mana?”
“Di rumah sakit tempat kamu kerja.” suara Eva mulai lembut.
''Dokter?” tanya Deniz.
''Suster,'' jawab Eva yang mulai lembut.
''Namanya siapa?"
“Indiana Brugman,” jelas Eva.
Deniz mengingat,-ingat salah satu perawat yang sering bersama kevin satu minggu terakhir.“Indiana," lirih Deniz membuat Eva meliriknya.
“Tahu?” tanya Eva.
“Hem.”
Eva mulai santai dan tersenyum ke arah Deniz, begitu sebaliknya. Mereka mau tidak mau saling terbuka untuk saling mengenal.

Komento sa Aklat (78)

  • avatar
    melonmitra

    mantapp

    2d

      0
  • avatar
    KaramokeyauYohanes

    2222

    20/08

      0
  • avatar
    Ivan Witami

    bagus

    19/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata