logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Kelinci Makan Kentang

CHAPTER 6~
"NOOO!!!" teriak Bintang malu seribu kali, nyawanya ingin melayang rasanya. Sudah demam, ingin mati saja.
Freya refleks menutup kedua matanya menggunakan boneka bebek besarnya. "Mas Bintang pakai boxer kelinci!"
"DIAAAM!" Bintang langsung terjun dari tempat tidurnya, lalu berlari ke kamar mandi tak jauh dari sana dengan ngos-ngosan. "Emir sialan! Azel, suruh bebek keluar dulu!"
"Aye, aye, Captain Bunny!" patuh Azel ikutan panik.
Emir berusaha tidak tertawa karena kegilaan Bintang. Sampai merah wajah Emir memendam tawanya. Dia berusaha menjaga wibawanya.
"Nona Freya, kita tunggu di luar dulu," ajak Azel menahan tawa.
"Iya," balas Freya yang tidak bisa menghilangkan bayangan boxer kelinci yang dikenakan Bintang tadi.
Sementara di dalam kamar mandi, Bintang menjadi tidak berkonsentrasi buang air besar. Dia malah histeris sendiri dan rasanya tidak ingin keluar lagi dari kamar mandi selama-lamanya. "DIA MELIHATNYAAA! HUAAAAA!!!"
***
Sembari menunggu Bintang selesai dengan kegiatan pribadi, Freya diajak Emir ke ruang bersantai milik keluarga Aljazari, ruangan yang disebut sebagai basecamp.
"Mau lihat anak saya?" ajak Emir membuka pintu.
"Anak???" tanya Freya belum paham sembari memeluk erat boneka bebek.
"Itu, namanya Elsya, panggil aja Ecca. Dia lagi main sama babysitter-nya, Syahla," tunjuk Emir pada sosok anak kecil yang sedang bermain aksi bajak laut dengan seorang pengasuh cantik.
"Kak Emir bukannya... baru akan menikah sama J-jenna?" tanya Freya bingung mengapa Emir sudah punya anak.
"Ecca itu anak saya dengan mendiang istri pertama," jawab Emir mencoba tegar.
"M-maaf, Kak. Aku ga bermaksud...." Freya menjadi merasa bersalah. Dia tidak menyangka jika Emir adalah seorang duda dengan satu anak.
"Ga apa. Kamu kan temannya Bintang, lama-lama kamu juga pasti akan tahu tentang keluarga saya," jelas Emir sembari melirik jam.
"Pak Emir!!!" panggil Syahla melambai. "Ayo, sini! Main bajak laut sama kami!"
Entah mengapa, Freya gemas melihat pipi tembam si pengasuh (Syahla), sampai Freya menerka-nerka di dalam hati mengenai umur Syahla.
"Saya harus ke anjungan, La," tolak Emir yang ingin pergi saat itu juga.
"Lima menit aja, Pak. Demi Ecca. Daritadi dia nanyain Pak Emir," mohon Syahla yang merasa kasihan dengan Ecca.
"Paaa-pa," panggil Ecca dengan nada gemetar. Sebenarnya, Ecca masih agak takut karena melihat Emir marah gara-gara Gino. Namun, Ecca tetaplah rindu ingin main lebih banyak dengan Papanya yang super sibuk itu.
Freya jadi ikut sedih melihat sosok Ecca yang lucu seperti sedang memohon dengan Emir. "Kak Emir..., kasihan Ecca-nya," kata Freya ikut membujuk.
Emir menghela napas, lalu mencoba tersenyum untuk Ecca. "Iya. Papa ikut main sebentar."
"ASYIK!!!" seru Syahla mewakili kesenangan Ecca.
Ecca bertepuk tangan kegirangan. Dia juga tersenyum kepada Freya yang membantu membujuk Papanya agar mau main sebentar.
"Lucunyaaa!" gemas Freya mencubit pipi gembul Ecca. Ya, Freya sudah bisa menebak rasanya menyentuh pipi mungil anak kecil seperti Ecca, tapi ia malah lebih penasaran dengan pipi seorang Syahla!
Emir segera mengajak Ecca berbaring di atas bantal perahu besar, lalu bermain pedang. "Papa adalah bajak laut yang akan menculik Eccaaa!!!"
"Aaa!" teriak Ecca berlari menghindari Papanya.
Syahla tersenyum membiarkan Ecca bertingkah heboh dengan Emir. Bagi Syahla, Tuan Emirnya memang lebih banyak bersikap cuek, tapi hanya dengan Ecca hati Emir cepat luluh.
"Hai!" sapa Freya tersenyum lebar pada Syahla. "Kenalin, aku Freya."
"Hai! Aku Syahla," balasnya menerima jabatan tangan dari Freya. "Kakak kan yang itu kemarin sama Kak Bintang?" ledek Syahla.
"Ahahah! Salah paham kok, kami ga ngapa-ngapain," kata Freya membela diri.
"Hayooo, ngapain emang?" kekeh Syahla mencoba akrab dengan Freya.
"Kami rebutan benda pusaka," jawab Freya melipat kedua tangan ke dada.
"Benda pusaka? Barang penting nih maksudnya."
"Ini," tunjuk Freya pada Syahla, yaitu lencana kelinci milik Bintang.
"Wah, itu kan lencana yang selalu dipakai Kak Bintang. Kayaknya kalian udah sangat dekat ya," pikir Syahla.
"Emmm..., aku penasaran," kata Freya menahan kegemasannya. "Boleh ga, aku...."
"Kenapa???" tanya Syahla berpikir, membuat pipinya kian mencuat menggemaskan di mata Freya.
"Cubit pipiii!!!" gemas Freya tidak tahan lagi dan langsung meremas kedua pipi Syahla. "Huaaa, lembutnyaaa!" Freya ingin menangis.
Syahla terlihat malu-malu dan berkata, "Pasti pipiku yang jadi korban pertama."
"Pfffttt! Hebat ya kamu, masih kecil udah telaten ngasuh anak," puji Freya.
"Gini-gini aku dua puluh satu tahun, lho...," jelas Syahla jujur.
"SERIUS DUA PULUH SATU???!!!" histeris Freya.
"S-serius. Kakak berapa?" tanya Syahla balik.
"Yuk, kenalan!" seru Freya menunjukkan boneka bebeknya ke hadapan Syahla, seolah mengajak Syahla berkenalan juga dengan bebeknya. "Aku bebek yang suka wortel, umur dua puluh tiga."
"Hihi! Lucu deh Kak Freya. Eh, berarti Kakak seumuran sama Kak Jenna dong!" kata Syahla. Dia bersyukur bertemu sosok Freya yang sangat cantik dan menyenangkan.
Tiba-tiba Ecca berlari memeluk kaki Syahla, meminta perlindungan dari kejaran Emir. "Mamaaa!"
Emir yang terlalu cepat berlari membuat kakinya tersandung boneka perahu milik Ecca, hingga dirinya terjatuh dan bertumpu pada tubuh Syahla.
"P....pak?" Syahla syok menahan tubuh atletis itu, dan juga tak sengaja memandang wajah tampan Emir begitu dekat dengan wajahnya.
"Eh???" Freya ikutan terkejut menyaksikannya.
"Maaf, Syahla!" kata Emir yang kembali berdiri tegap. Entah kenapa semakin timbul perasaan aneh menyelimuti Emir usai ketidaksengajaan itu.
"Ga apa, Pak. Bapak kan ga sengaja...," kata Syahla mencoba santai.
Freya melihat gerak-gerik Emir menjadi canggung. Di otak Freya pun membayangkan jika Emir dan Syahla ini cocok. Namun, setelahnya ia menepis pikiran itu karena teringat dengan sosok Jenna. "Ya Allah!" ujar Freya spontan.
"Kenapa???" tanya Emir dan Syahla berbarengan menanggapi omongan Freya, membuat keduanya semakin salah tingkah.
"Emmm, ga ada apa-apa, hehe!" tawa Freya.
Netra Emir pun tak sengaja menangkap sosok Jenna yang ternyata sejak tadi mengintip di dekat pintu.
"Jenna?" panggil Emir. Dia sangat yakin jika Jenna menyaksikan semuanya. Benar dugaannya, tak lama dari itu Jenna berlari pergi. "Jenna, tunggu!" Emir segera berjalan cepat untuk mengejar Jenna.
Syahla merasa tidak enak hati dan juga bersalah. Dia pikir pasti Jenna akan marah padanya nanti. Ya, siapa Syahla, hanya seorang babysitter, sedangkan Jenna adalah putri dari pengusaha kapal yang bekerja sama dengan perusahaan besar milik Emir.
"Duh, gimana ini?" takut Syahla. "Pasti Kak Jenna marah denganku."
Freya mencoba menenangkan keadaan. "Udah, kupikir ga apa. Toh..., Kak Emir juga ga sengaja. Jenna pasti ngerti."
"Semoga," harap Syahla. "Kak Freya lucu ya bawa boneka bebek, mana gede banget. Pfffttt!"
"Ini kesayanganku tahu!" pamer Freya.
"Injam...," kata Ecca tiba-tiba ingin meminjam boneka bebek punya Freya. (T: Pinjam.)
"Tentu, Ecca...," gemas Freya meminjamkan bonekanya kepada Ecca.
Setelah itu, Freya dan Syahla mengobrol dekat. Ternyata, mereka mempunyai kesukaan yang sama, yaitu membaca buku ensiklopedia tentang laut. Tak menyangka pertemuan pertama ini sudah membuat mereka begitu dekat.
Saking serunya, tak terasa Freya, Syahla, dan Ecca main bertiga sampai pukul 11.30 menjelang siang.
Tok. Tok. Tok.
"Nona Freya," panggil Azel mengetuk pintu yang sudah separuh terbuka.
"Iya, koki Azel?" toleh Freya.
"Mau ketemu sama Captain Bintang, kan? Captain udah nungguin," ajak Azel.
"Eh, oke." Freya pun melambaikan tangan kepada Syahla dan Ecca yang kembali main berdua saja. "Daaah, nanti ketemu lagi ya! Kita bahas tentang makhluk laut lebih banyak!"
"SIAAAP, KAK!" respons Syahla senang bisa mengenal dan akrab dengan Freya.
***
Bintang duduk menyandar pada kepala ranjang. Ia berpakaian kemeja santai, tidak mengenakan seragam karena tidak akan berkeliling kapal hari ini. Bintang hanya mengawasi Anak Buah Kapalnya (ABK) melalui telepon dan layar pengawasan yang tersambung pada smartphone-nya.
"Mualim dua, apa tugasmu lancar?" tanya Bintang dengan lawan bicaranya di telepon.
*Note: Mualim adalah salah satu petugas yang bertanggung jawab untuk kapal.
"Alhamdulillah lancar, Captain!" jawab Mualim dua bersemangat.
"Panggilkan Mualim satu!" titah Bintang.
"Siap!" Mualim dua pun memberikan telepon kepada Mualim satu.
"Mualim satu di sini, Captain!" kata Mualim satu dengan percaya diri.
"Saya ga bisa ngawas kalian langsung hari ini. Tubuh saya masih kurang fit. Mualim satu, tolong jangan lupa tugasmu dan laporannya ya. Tolong bantu nahkoda dan awasi juga pekerja yang lain," pinta Bintang.
"Siap, Captain!" seru Mualim satu.
Kemudian, Bintang beralih pada telepon radio canggih yang berada di atas meja dekat ranjangnya. Dia ingin mengumumkan sesuatu menggunakan alat itu agar semua informasi tersampaikan di ruang-ruang tertentu tempat awak kapal lainnya beroperasi.
Bintang menekan tombol pada radio itu, lalu berbicara menggunakan microphone kecil. "Information for all crew members. Do the work with a clear mind and a peaceful heart. Don't forget to prepare your report today. Make sure all SIRENA II CRUISE passengers are safe. Aye, aye, Bunny!" (T: Informasi untuk semua awak kapal. Laksanakan pekerjaan dengan pikiran jernih dan hati yang damai. Jangan lupa untuk menyiapkan laporan kalian hari ini. Pastikan semua penumpang SIRENA II CRUISE aman. Aye aye, Bunny!)
Para awak kapal yang mendengar pun membalas, "AYE, AYE, CAPTAIN BUNNY!!!"
Bintang tersenyum mendengar sorak semangat awak kapalnya di setiap hari. Bagaimana bisa dia melepaskan semuanya kepada Emir begitu saja? Mata Bintang berkaca-kaca, berharap Emir menghentikan perang dingin ini dengannya.
Tok. Tok. Tok.
"Captain," suara Azel.
"Masuk!" perintah Bintang melirik pada pintu kamarnya yang barusan membuka.
"Aku bawa kembali Nona Freya," kata Azel cengengesan sendiri melihat wajah Bintang yang kikuk.
"Heh, kok senyam-senyum???" tanya Bintang heran.
"Gapapa, Captain." Azel merasa lucu saja melihat Bintang dan Freya bertemu lagi, apalagi mengingat Bintang yang hanya mengenakan boxer kelinci dan dilihat langsung oleh Freya.
Freya pun masuk sembari tersenyum tanpa dosa.
Bintang sudah menengadahkan satu tangannya untuk meminta, "Kembalikan lencana kelinci saya."
"Nomor telepon," pinta Freya tidak menyerah.
"Heh." Bintang tertawa tidak kuasa karena Freya begitu terobsesi dengan nomor teleponnya.
"Serius, Mas Bintang. I need your number!" (T: Aku butuh nomor teleponmu!)
"I SAY... NO!" sembur Bintang capek. (T: Aku bilang... tidak!)
Freya melihat smartphone mengkilap milik Bintang berada di atas bufet. Dengan beraninya Freya mengambil smartphone itu. "Yeee dapat!"
"Heh, smartphone saya mau diapain!" jelit Bintang.
"Aku mau ngetik nomor teleponku di sini!" kata Freya kebingungan dengan smartphone Bintang yang dikunci password.
"Heh! Kepedean ya, Bebek! Siapa yang mau nyimpen nomor telepon kamu? Ga usah macam-macam! Nyentuh sembarangan smartphone punya saya bisa kena pasal!" marah Bintang lemas untuk beranjak.
"Pasal apaan coba? Pasal buatan sendiri, kan? Ih, cepat kasih tahu password-nya! Atau kugigit smartphone-nya!" ancam Freya yang ingin menggigit smartphone mahal milik Bintang.
"Jangaaan!" mohon Bintang. "Bebek rakus!"
Azel mencoba memberi tahu. "Password-nya panjang, Nona. Huruf semua. Awalnya KELINCI-"
"Stop, Azel! Nanti saya pecat kamu!" sebal Bintang frustrasi.
"Oke, aku gigit!" Freya mencoba mencium smartphone milik Bintang.
"Hoy! Nanti hp mahal saya kena cocor bebekmu!" semprot Bintang panik.
Azel yang tidak kuasa melihat Bintang tidak ingin smartphone itu dikotori, pun ia memberi tahu semuanya, "KELINCIMAKANKENTANG."
Freya segera mengetik apa yang Azel ucapkan. "Yeay, terbuka!" Dengan cepat Freya segera mengetikkan nomor teleponnya, lalu menamai namanya sendiri di sana sebagai 'Dek Freya Bebek Wortel'. Kemudian, Freya mencoba menghubungi nomor teleponnya menggunakan smartphone Bintang agar dia mendapatkan nomor Captain tersebut.
"Azel, kamu... saya pecat!" kesal Bintang cemberut, ngambek layaknya kelinci marah.
"Ampun, Captain!" mohon Azel sedih.
"Dipecat lima menit! Bentar lagi siapin saya makan siang!" ketus Bintang masih dengan mode ngambeknya.
"Heheh. Aye, aye, Captain Bunny," tawa Azel lega.
Freya baru menyadari hal lucu pada password Bintang. Dia mengembalikan smartphone tersebut dengan meletakkannya di atas bufet tak jauh dari Bintang. "Mas Bintang, kelinci kan biasanya suka wortel, kok ini malah kentang?"
Bintang membalas, "Terus, emangnya ada bebek yang suka wortel?!"
"Ya ada, aku bebek cantik suka wortel!" kata Freya bangga menunjuk dirinya, gaya centil.
"Ngerasa cantik??? Jelek gini kayak bebek buluk!" ejek Bintang sengaja membuat Freya mengerucutkan bibir. Padahal, dalam hati Bintang berkata sebaliknya. Gadis bebek ini terlalu menyebalkan, tapi terlalu cantik juga semakin diperhatikan. Ah, sudah gila mata Bintang, mungkin.
Tiba-tiba Gino dan Gana ikut masuk ke kamar Bintang karena mendengar celotehan dari mulut Bintang dengan seorang gadis.
"Wah, ada calon pacarku, nih!" seru Gino berjalan mendekati Freya, bahkan tangan Gino dengan lancangnya langsung merangkul Freya ke pelukannya.
Bintang mendelik menyaksikan Gino merangkul Freya, tapi gadis bebek itu terlihat tidak nyaman dan berusaha melepaskan diri.
"Maaf, Kak Gino." Freya berusaha melepas pelukan Gino tersebut.
"Sebentar aja," desis Gino terlihat lemas karena Freya menolak cowok keren sepertinya.
"Ck!" decak Bintang kesal dengan tingkah laku Gino yang seenaknya dengan perempuan mana pun. "Jangan ganggu tamu gue, keluar kalian!"
"Kak Bintang ngusir kami???" tanya Gana manyun.
Ketika melihat Gana, otomatis otak Bintang teringat dengan kejadian semalam ketika Gana memeluknya erat dan memohon diajak tidur dengannya. Bintang saja kepikiran, tapi Gana terlihat biasa saja hari ini.
Gino merasa sangat tidak puas jika tidak mendengar langsung pernyataan dari Bintang. "Eh, Bin. Serius gue ga boleh ngedeketin dia? Apa benar kalian punya hubungan spesial?"
Semenjak dirangkul Gino, Freya menjadi diam.
Gana terus-terusan cemberut menatap Freya yang cantik, apalagi melihat Bintang yang tidak lepas memerhatikan si Freya. Gana sebal dan cemburu!
"Kenapa???" tanya Gino menatap Freya, dia tidak ingin melepaskan Freya dan malah semakin memeluk Freya erat.
"Lepas, Kak!" pinta Freya pada Gino. Freya yang berusaha melepaskan diri dari Gino pun membuat satu tangannya lengah tak sengaja melepaskan lencana kelinci milik Bintang, sampai benda berharga itu terhempas kuat ke lantai.
Tringkh!
Bunyi kepala kelinci yang terlepas dari jangkar.
Gana syok melihat lencana berharga milik Bintang sudah lepas beberapa bagian. "Ya ampun, lencana kelinci punya Kak Bintang hancur!"
Azel mendadak cemas dan takut melihat wajah Bintang yang memendam marah dengan mata berkaca-kaca.
Freya pun terkejut melihat lencana kelinci itu rusak akibat dirinya yang ingin melepaskan diri dari Gino. "A-aku... ga se-ngaja." Freya sudah melakukan kesalahan besar. Tatapan Bintang seolah ingin memberinya hukuman berat.
*
Bersambung...

Komento sa Aklat (177)

  • avatar
    Setyo21Renny

    woooww ceritanya seru bgt gak bosenin jg. trs berkarya kak sukses slalu. di tunggu karya lainnya

    16/08/2022

    Β Β 1
  • avatar
    ChipsCassava

    AAA MOM CERITA NYA SERU BNGET ALUR NYA GAK NGEBOSENIN DAN PALING PENTING EMOSI NYA DPT BNGET. GMES BNGET PEN NGEBANTING GHEA AMA GINO KE LAUT. SEMANGAT TERUS MOM LOP YOU SEKEBON😘😘😘

    20/01/2022

    Β Β 5
  • avatar
    PriTa Putri

    bagus ceritanya. ringan tapi seru. konfliknya juga bukan yg berat dan perlu mikir keras. masih bisa dinikmatin saat santai. suka sama ceritanya 😊😊😊

    16/01/2022

    Β Β 4
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata