logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 32

"Reno apa yang kau lakukan?!"
Reno yang kini tengah menggendong Alya ala bridal style pun langsung menengok ke arah suara sang Bunda yang kini sudah berdiri di pintu ruang makan yang memang tidak jauh dari ruang tamu.
"Bu-Bunda," cicit Renata lalu dia pun menurunkan Alya di sofa yang tidak jauh dari tempat Reno berdiri.
"Jawab Bunda, maksudmu apa kau malah menggendong Alya seperti itu, kau tidak ingat kalau kau sekarang sudah punya istri dan sebentar lagi anakmu akan lahir," ucap Renata memperingatkan putranya itu.
"Maaf Bun, aku kira Ellin belum pulang," sahut Reno dan itu sukses membuat dada Ellina kembali sesak, dia pun mulai berpikir, andai dia masih di rumah sakit mungkin suaminya dan Alya akan melakukan lebih intim lagi.
"RENO!!," bentak Renata yang kini melihat Ellina berada disampingnya.
"Gak apa-apa Bun, hanya aku sekarang berpikir, kalau mas Reno mau lebih serius dengan mbak Alya biar aku yang mundur, agar aku tidak menghalangi hubungan mere-"
"Ellina apa yang kau katakan?, Mana mungkin aku meninggalkanmu disaat kau sedang mengandung anakku," sela Reno yang tidak terima dengan ucapan Ellina saat mengatakan ingin mundur demi membiarkan dia bersama Alya.
"Lalu apa mau mas?, aku bukan wanita yang kuat dan akan berdiam diri saat suaminya lebih mementingkan perempuan lain, lebih baik aku yang mengalah agar mas dan mbak Alya bersama tanpa harus merasa tidak nyaman karena ada aku," ujar Ellina yang memang kini sudah lelah dan memilih tidak egois lagi.
"Kau ini bicara apa sih Ellina, sampai kapan pun aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan membawa anakku," ucap Reno yang kini sudah berdiri dihadapan Ellina dan langsung merengkuh tubuh istrinya itu dan memeluk Ellina dengan erat saat air mata wanita hamil itu menetes di pipi chubbynya, Keluarga yang melihat itu hanya bisa diam tanpa ingin ikut campur urusan rumah tangga mereka, sedang Alya menatap malas kearah pasangan suami istri itu.
"Kita lihat saja, apakah Reno akan benar-benar menepati janjinya pada wanita itu, bukan Alya namanya jika tidak bisa membuat Reno melupakan ucapannya," batin Alya yang kini menatap tidak suka pada Ellina yang tengah menangis dalam pelukan Reno.
"Bi, tolong panggilkan Pak Deri untuk membantu Alya ke kursi rodanya," perintah Renata memanggil pelayan yang masih sibuk di dapur. Karena kebetulan suster yang Reno pekerjakan tengah meminta izin tidak menemani Alya karena harus menemani ibunya yang juga sakit berobat ke Rumah Sakit.
"Baik Nyonya," ucap sang Pelayan untuk memanggil supirnya.
"Sekalian kursi rodanya ya Bi, dan kau Reno ajak istrimu makan sekarang, kasihan dia baru makan sedikit, kalau ibunya kurang makan nanti janinnya gak berkembang baik karena kekurangan gizi," ucap Renata panjang lebar, dan seakan tidak peduli pada Alya, kini Reno pun mengajak Ellina kembali ke meja makan untuk memakan makanan mereka kembali.
"Tinggalkan aku sendiri Bi," ucap Alya setelah dia sampai dikamarnya.
"Baik Non, apa Non Alya butuh sesuatu atau mau makan Non?" ujar si Pelayan.
"Tidak usah, Bibi pergi saja tinggalkan aku sendiri saja, sebelum pergi tolong tutup pintunya," ucap Alya, yang dijawab anggukan oleh Pelayan itu.
Akhirnya si pelayan pun pergi setelah menutup pintu kamar tamu yang Alya tempati, setelah pelayan itu pergi tatapan mata Alya pun kini berubah menjadi penuh emosi, dia berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Reno kembali ke pelukannya, agar usahanya tidak sia-sia saat harus berkorban sesuatu demi merebut kembali Reno.
*****
Beberapa hari kemudian di rumah tampak sepi, Reno tengah ada urusan ke kantornya, Elvano dan Adrian sedang ada meeting di luar kota, Dewa seperti biasa tengah bertugas di kantor milik keluarga Aditama, sedang Renata dan Ara tengah pergi berbelanja kebutuhan rumah yang sudah mulai menipis, kini dirumah hanya tinggal Ellina dan Alena yang tengah menikmati camilan sambil menonton televisi, kedua ibu hamil itu nampak akrab dan sesekali mengomentari acara yang mereka tonton.
Tanpa sengaja Alya melihat hal itu, dia merasa sangat iri melihat keakraban mereka berdua, karena di rumah tampak sepi Alya pun akhirnya menghampiri mereka berdua dan berbasa basi.
"Asyik sekali kalian nontonnya?, boleh gabung gak?" tanya Alya yang kini sudah ada disamping sofa dengan kursi rodanya, namun karena Alena malas menjawab jadi Ellina lah yang menjawab.
"Boleh mau makanan camilannya juga?" tanya Ellina yang juga ikut berbasa-basi. Baru saja Alya akan menjawab tiba-tiba Alena mengatakan sesuatu yang membuat Alya kesal dan marah pada Alya.
"Ngapain sih nawarin Lin, dia tuh calon pelakor, jadi jangan dibaikin nanti ngelunjak yang ada, mau kamu suami kamu direbut dia, kalau dia cewek baik-baik gak mungkin lah dia tetap tinggal disini sudah hampir satu Minggu lebih loh, masih betah aja tinggal di rumah suami orang," cibir Alena pada sahabat adiknya itu.
"Kakak jang-"
Baru saja Ellina akan menasihati Kakak iparnya itu, tiba-tiba Alya menarik tangan Alena lalu saat Alena beranjak dari duduknya, Alya dengan cepat mendorong tubuh Alena hingga terjatuh dan perutnya membentur.
"Kakak!!" teriak Ellina saat mendengar pekikan kesakitan terdengar dari mulut Alena dan setelah itu Alena langsung tak sadarkan diri melihat itu membuat kepala Ellina pening karena melihat Alena mengeluarkan banyak darah karena pendarahan.
"Ya Tuhan apa yang terjadi!!" teriak Renata kemudian disusul oleh Ara, dia melihat Alya tengah terjatuh dari kursi roda dan Alena tergeletak pingsan dengan darah yang mengalir di pahanya.
Sedang Ellina yang terlihat syok hanya terdiam, dia tidak mengatakan apapun.
"Tante tolong Alya, Ellin tadi marah karena Alya mau ikut gabung dan saat Kak Alena memperbolehkan, Ellina mengamuk dan mendorong Kak Alya hingga jatuh dan pendarahan.
Mendengar pengakuan Alya, Ellina hanya menggelengkan kepalanya, dan dia bingung harus berbicara apa, lidahnya seakan kelu dan mulutnya seakan tertutup rapat, dan dia hanya berharap kalau Alena sadarkan diri biar Alena yang akan menjelaskan.
Belum sempat Renata berbicara, Reno datang dan melihat ribut-ribut diruang keluarga.
"Ada apa ini, Alya kamu kenapa? apa yang terjadi kenapa kamu duduk dilantai?" tanya Reno, dan dia pun terkejut saat melihat kakaknya kini dalam pelukan Ara dengan darah yang mengalir di pahanya.
Alya pun mengatakan kembali apa yang terjadi dan itu hanya sebuah kebohongan semata membuat Ellina tersudutkan. Mendengar apa yang Alya ucapkan lagi-lagi tanpa bertanya Reno marah dan mengatakan hal patal dan pastinya akan disesalinya nanti.
"Dasar wanita egois kamu Ellina, aku sudah bilang jangan cemburu pada Alya, dia hanya sahabatku, dulu aku memang bertekad untuk tetap mempertahankanmu, tapi setelah apa yang aku lihat dan aku dengar dari Alya aku merubah pikiranku, apalagi melihat keadaan kak Ale seperti ini, aku sudah kecewa padamu, jadi aku sudah tidak akan melarangmu lagi jika kamu mau pergi silahkan, aku tidak akan mempertahankanmu la-"
"Ren, jangan bicara seperti itu, kita tanya dulu apa yang sebenarnya terjadi," ucap Renata membuat suasana yang panas agar sedikit mencair.
"Sudah jelaskan Bun, apa yang terjadi  Ellina cemburu pada Alya dan Kak Ale jadi korban saat ingin mengakrabkan mereka berdua," sahut Reno sambil membantu Alya duduk kembali dikursi roda.
"Aku tidak melakukan itu Mas, Bun. Alya yang sudah melakukannya dia sudah bisa berjalan normal dan tadi dia juga yang mendorong Kak Ale, karena Kak Ale memarahi Alya aku tidak bersal-"
"Jangan memutar balikan Fakta Ellina jelas-jelas Alya masih dalam proses pemulihan dan beberapa bulan lagia baru bisa jalan normal, jangan jadi wanita licik kamu," ucap Reno dan itu sukses membuat Ellina kembali sesak suaminya kini benar-benar tidak mempercayainya.
"Kalian jangan berdebat bantu aku bawa Cucuku kerumah sakit, Reno siapkan mobil lalu kita bawa Alena kerumah sakit, Nenek takut terjadi sesuatu pada Alena," ucap Ara yang kini terlihat sangat Khawatir, akhirnya Reno dan Renata juga Ara pun mengantarkan Alena ke Rumah Sakit.
"Aku sangat menyayangi kak Ale, mana mungkin aku melukai kakakku sendiri mas," gumam Ellina setelah kepergian mereka ke rumah sakit.
Sedangkan Ellina yang kini ditinggal berdua lagi bersama Alya di rumah itu, membuat Alya semakin berani mengolok Ellina.
"Sepertinya Reno sangat marah padamu, kalau aku jadi kamu, aku akan pergi dan menjauhi keluarga ini, dari pada nanti mereka mengusirnu," ujar Alya membuat jiwa labil Ellina meronta, tanpa mengatakan apapun lagi pada Alya. kini Ellina pergi meninggalkan rumah Aditama tanpa membawa apapun dia  hanya memakai dress.
Melihat kepergian Ellina membuat Alya tersenyum penuh kemenangan, akhirnya dia menang.
"Satu kali tepuk dua mangsa aku dapatkan, selamat tinggal wanita bodoh, kau tidak akan pernah menang melawanku, dasar bodoh," monolog Alya, untung saja rumah sepi jadi dia bisa leluasa bicara apapun.
Sementara itu Ellina kini berjalan tak tentu arah ingin meminta tolong tapi ponselnya tidak dia bawa, andai tadi ada Inna, mungkin semua gak akan seperti ini, adik iparnya itu selalu membela Ellina, sayang adik iparnya itu tengah studi tour ke Bali bersama pihak kampus dan baru akan kembali lusa.
"Aku harus kemana?" tanya Ellina pada dirinya sendiri, lalu kini dia duduk di halte bis, dengan wajah yang penuh kebingungan. Namun, tiba-tiba dia terkejut karena ada seseorang yang mengenalinya.
"Kenapa kamu disini Ellina?"
Bersambung

Komento sa Aklat (174)

  • avatar
    Fathonah Yul

    👍👍👍

    15/02/2023

      0
  • avatar
    k******i@gmail.com

    sangat bagus sekali

    13/02/2023

      0
  • avatar
    Mukhlis Lubis

    penasaran

    13/02/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata