logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Scene 6

Joko.
Nama yang begitu menganggu Cheryl. Apa benar begitu? Jika itu kenyataan, apa Cheryl bisa menerima nama itu. Atau Sandra berbohong, jika Joko itu nama orang tua si tampan.
Hari ini, Cheryl nekat lagi ke fakultas Teknik. Demi pujaan hati.
Cheryl ingin menanyakan langsung ke sang empunya, jika benar, Cheryl akan pikir-pikir lagi, untuk menerima kekurangan nama lelaki itu. Tapi Cheryl yakin, bukan itu namanya. Penampilannya, bukan orang biasa. Cheryl bisa melihat, tampilan Juna a.k.a Joko, seperti orang kaya.
Mawar jengah, dan sudah lelah dengan pengejaran dan kegigihan Cheryl, namun hasilnya nihil. Sebenarnya, Mawar sudah tahu namanya. Namun, ia malas memberitahu Cheryl. Biarkan saja, agar Cheryl berusaha lebih keras lagi, walau ujungnya ia yang disusahkan.
Mawar memakan kacang berbalur coklat dengan tak berselera. Mereka bolos mata kuliah Essay Writing. Kebetulan yang mengajar Mam Nani. Seorang dosen cantik, yang menjadikan Cheryl mahasiswa kesayangan. Mam Nani, sering memberi Cheryl uang dan selalu memberi nilai lebih pada Cheryl. Padahal Cheryl terkenal pemalas di kelas. Dan Cheryl bukanlah, mahasiswa otak encer, namun gadis seperti cacing kepanasan ini, tak pernah menyadari jika ia memiliki kekurangan. Malah, Mawar mahasiswa yang aktif di kelas.
Cheryl dan Mawar menunggu di bangku pohon pinus seperti biasanya, yang sudah dibuat bangku dari semen, dengan meja berbentuk bundar.
Cheryl menyeruput yogurt dengan lesu, sambil menopang kepalanya.
"Demi apa, hari-hari kuliah gini terus." Kilah Mawar.
"Dengar ya, Mawar, melati, semuanya busuk. Ini akan kita jadikan kenangan yang takkan kita lupa sampai tua. Apalagi, nanti aku jadikan, bahan cerita buat obrolan di ranjang nanti, sama suami." Otak Cheryl sudah berkelana ke masa depan. Bagaimana Joko menjadi suaminya. Dan mereka berbagi cerita bersama semasa muda. Cheryl akan bercerita, bagaimana perjuangannya untuk mendapatkan suaminya nanti. Cheryl tentu akan ingat, karena ada Meredith yang selalu mendengar keluh kesah Cheryl, dan menyimpan buku itu hingga tua.
"Aelah, bahasa lu, ketinggian. Aku juga yang disusahkan." Mawar mendengus kesal.
"Jadi Mawar nggak ikhlas?" Tanya Cheryl dengan mendramatisasi keadaan. Ia pura-pura memasang wajah melas.
"Basi!" Mawar menarik rambut Cheryl. Jengah, melihat tingkah temannya.
"Sialan!" Cheryl menepis tangan Mawar. Yang ada, Mawar menarik rambut sahabatnya kuat. Tak terima dengan perlakuan Mawar, Cheryl membalas dengan menarik rambut Mawar kuat. Keduanya, saling menarik rambut masing-masing lawan.
"Kau nggak tahu, aku itu lebih cantik dari Mawar." Ujar Cheryl berapi-api.
Mawar tersenyum meremehkan Cheryl, layaknya si antagonis yang bisa berbicara dalam hati. "Gue juga cantik! Bahkan, cantikkan aku kemana-mana."
"Aku cantik tujuh turunan."
"Cewek cantik, tapi dada rata, biasanya nggak laku di mata cowok." Bisik Mawar. Ya, Mawar memiliki kelebihan badan yang nyaris sempurna bagi idaman lelaki. Cheryl sempat melirik ke buah dadanya yang rata. Benar-benar rata.
Cheryl menjadi panas, Mawar sering membanggakan dirinya.
"Sialan!" Maki Cheryl. Ia menarik rambut Mawar kuat, tarikan Mawar juga tak kalah kuat.
"Aw... sakit."
"Mampus, rasakan!" Cheryl menarik rambut Mawar lagi. Keduanya saling menatap penuh permusuhan. Keadaan memanas, Mawar mengirimkan sinyal api, begitu juga Cheryl ingin menyemburkan api ke sahabatnya.
Kekuatan dari mana, Cheryl berhasil membanting Mawar ke tanah. Badan Cheryl lebih kurus dari tubuh Mawar yang semok.
"Jahat kau! Lihat aja, aku akan implan payudara."
"Hahaha, implan itu, isinya cuman air." Emosi dengan ejekan Mawar, Cheryl menarik sekuat mungkin.
"Aww... udah-udah." Teriak Mawar.
"Dek?"
Deg! Cheryl berbalik, dan rupanya aksi bar-bar mereka, disaksikan banyak orang. Cheryl merapikan bajunya, dan mengelurkan tangannya ke sahabatnya untuk bangun.
Cheryl menepuk-nepuk bajunya. Dan ia bisa melihat sang pujaan hati berada di kerumunan itu, menatapnya dengan tatapan kosong. Aish, gagal.
Mawar merapikan rambutnya, dan bajunya dari kotoran yang menempel di bajunya. Mawar bisa melihat, tatapan Juna hanya tertuju padanya. Apa ia boleh geer?
"Abang!" Pekik Cheryl, ketika melihat sang pujaan hati berbelok arah.
"Cheryl kan?" Cheryl mengangkat alisnya. Ada mahasiswa dari jurusan lain yang mengenalnya. Sebenarnya ia tak asing dengan wajahnya, tapi lupa nama.
"Iya."
"Abang, Essam. Lupa ya? Kita kan dulu satu sekolah." Cheryl nyegir. Dia cepat lupa orang, hanya ingat sekilas wajahnya. Cheryl payah mengingat nama orang, apalagi semua nama ia pelesetkan.
"Oh iya." Ingatan Cheryl kembali ke masa lalu, ah Essam ini kakak kelas waktu SMP, ketika Cheryl yang masih kelas VII dan banyak kakak kelas yang menyatakan rasa suka padanya, namun Cheryl tidak pernah menanggapi. Cheryl tak pernah jatuh cinta selama hidupnya, dan ini pertama kalinya ia jatuh cinta. Tapi sepertinya, ia harus berdarah-darah dulu, berhasil.
Bola terang muncul di kepala Cheryl. Bukannya mereka satu fakultas, berarti?
"Ah, iya. Cheryl ingat, abang yang dulu itu. Ya-ya ingat." Cheryl menjadi sok akrab.
"Oh iya, abang sekelas sama Joko?" Mawar menutup mulutnya. Ia nyaris tertawa keras. Demi apa, Cheryl begitu bodoh dan polos?
"Joko siapa?" Essam heran. Sejak kapan, di kelasnya ada nama Joko? Joko Tingkir? Joker?
"Joko kawan abang."
"Siapa ya? Nggak ada namanya Joko di kelas." Sandra sialan! Ingin rasanya, Cheryl menyiram wajah Sandra yang menyebalkan itu pakai air keras.
"Itu loh bang, yang paling ganteng di kelas."
"Abang lah." Cheryl tertawa. Essam bukannya jelek-jelek bangat, tapi ia bukan type Cheryl. Dan bukan mereka yang Cheryl harapkan. Hanya si Joko itu, yang berhasil membuat hati Cheryl berbunga-bunga.
"Kalau ganteng, semua ganteng. Kan teknik, rata-rata cowok semua."
"Pokoknya yang ada huruf J." Mawar akhirnya membuka suara. Takkan menemukan titik terang, jika keogeban Cheryl melampui batas.
"Juna?" Mawar mengangguk. Juna? Nama yang begitu indah. Mendengar namanya saja, semakin membuat Cheryl jatuh cinta. Apalagi Juna menjadi miliknya.
"Yes, Juno. Abang sekelas kan?" Essam mengangguk.
"Iya. Oh iya, kalian tadi kenapa? Pasti rebutan cowok ya?" Cheryl tertawa keras. Mawar melihat Cheryl, tiba-tiba ia terdiam. Apa jadinya seandainya Cheryl tahu, apa yang ia rasakan sekarang, mereka menyukai satu orang. Dan, sekarang Mawar mengubur perasaannya jauh-jauh.
"Ahaha. Teori dari mana bang? Tahu nggak, Mawar sukanya sama yang tua. Yang muda dia nggak suka." Essam tersenyum. Cheryl yang dewasa, terlihat semakin memukau. Tawa dan suara Cheryl, dan keceriaannya, membuat siapa saja bisa jatuh cinta padanya.
"Oh iya, boleh minta nomor HP abang?" Cheryl tersenyum penuh setan. Modus boleh bukan? Dengan begini, jalan menuju pelaminan semakin mudah. Maksudnya, jalan menuju pelukan sang pujaan hati, semakin terbuka lebar.
"Ah, harusnya abang yang minta nomor Cheryl."
Lelaki itu tersenyum. Dan mengeluarkan ponselnya. Cheryl menyebutkan nomor ponselnya.
"Langsung kirim pesan ke Cheryl ya bang."
"Oh iya, makasih ya bang." Cheryl menarik tangan Mawar segera pergi dari sana. Satu langkah, sudah terbuka. Tinggal menunggu langkah selanjutnya.
Mawar berlari ke arah kelasnya. Tadi mereka bolos dengan alasan ijin ke toilet. Semoga saja, tas itu tak dibuang.

Komento sa Aklat (39)

  • avatar
    RiskiiRiski

    mantap

    13/01/2023

      0
  • avatar
    OAnto

    mantap

    09/10/2022

      0
  • avatar
    DefitriYova

    Waw sangat bagus

    27/05/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata