logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

13. WHO ARE YOU MIRELLA?

Freed Cafe & Bar, itulah nama Kafe yang kini didatangi oleh Gibran. Salah satu Kafe elit ternama di kawasan Jakarta.
Edward bilang, Kafe ini milik Freddy.
Sesampainya di sana, Gibran mendapati keadaan Kafe sore itu cukup ramai.
Dia sudah berjalan berkeliling tapi tak ditemukannya sosok yang dia cari.
Sampai akhirnya, sebuah tepuk tangan riuh pengunjung kafe mengalihkan perhatian Gibran saat berpuluh-puluh pasang mata di sana menatap terkesima pada seorang wanita yang baru saja keluar dari backstage dan kini dia berdiri anggun di atas panggung kecil di ujung kafe dengan pakaiannya yang bisa dibilang, sangat sexy.
Dan wanita itulah yang sedari tadi Gibran cari-cari.
Dia Mirella.
Gibran duduk di salah satu meja Bar sambil menikmati minuman non alkoholnya. Gibran memang bukan pemabuk, sebab dia tahu alkohol tidak baik bagi kesehatannya. Semua hal yang dapat memperburuk kondisi kesehatannya sebisa mungkin akan Gibran hindari. Gibran hanya tidak mau merepotkan siapapun lagi atas kondisi kesehatannya saat ini.
Cukup dia membuat susah kehidupan almarhumah sang Mama tercinta ketika dia kecil. Gibran tau betul bagaimana perjuangan dan penderitaan Ibunya dahulu. Berkorban jiwa dan raga demi dirinya mampu bertahan hidup. Untuk itulah, sampai detik ini, Gibran sangat bersyukur dengan kondisi kesehatannya yang semakin hari semakin membaik. Bisa bertahan sejauh ini atas penyakit bawaan yang dia derita sejak lahir adalah sebuah keajaiban bagi Gibran. Dan dia tak ingin menyia-nyiakan hal itu.
Tatapan Gibran saat ini tak lepas dari sosok wanita yang kini sedang bernyanyi di atas panggung dengan suaranya yang terdengar sangat merdu. Alunan musik yang mengalun syahdu menggetarkan hati seluruh pengunjung kafe yang seolah dihipnotis oleh sosok Mirella yang begitu cantik dan mempesona. Mirella seolah memiliki daya tarik tersendiri yang mampu memikat hati siapapun kaum adam yang menatapnya.
Dia cantik, dia sexy, dia anggun, dia memiliki suara merdu, tatapannya hangat dan ramah, serta senyuman yang begitu memikat.
Semua kelebihan yang melekat pada diri Mirella mampu mengalihkan seluruh perhatian Gibran dari dunia. Membuatnya lupa bagaimana caranya berkedip. Gibran sungguh terpesona dengan sosok Mirella.
Menghadirkan rasa penasaran yang justru semakin menjadi-jadi.
Who are you, Mirella?
Tanya Gibran dalam hati.
Mirella baru saja selesai menyanyikan satu lagu. Seorang MC datang menghampiri Mirella.
"Wah, suara emasnya Mba Ella ini emang selalu yang terthe best deh," puji sang MC yang lemah gemulai itu.
Mirella tertawa kecil seraya mengucapkan terima kasih.
"Eike mau kasih tau nih buat para pengunjung kafe di sini, siapa yang mau request lagu? Gratis hari ini," ucap sang MC lagi.
Beberapa penonton menunjuk tangan di iringi suara riuh sambil bercuit-cuit.
Posisi Gibran yang cukup strategis membuatnya terlihat dominan di antara penonton lain yang mengacungkan tangan saat itu.
Penampilannya yang santai tapi terkesan elegan menarik perhatian si MC.
"Itu tuh, Mas yang pakai kemeja hitam, Cardigan putih," ucap si MC menunjuk ke arah Gibran.
Senyuman di wajah Mirella kian pudar saat sepasang netranya menangkap wajah Gibran di sana.
Perasaannya mendadak tidak karuan.
Terlebih saat kini lelaki itu berjalan menuju panggung tempat dirinya berada.
Mirella mengutuk aksi Miranda.
Banci yang saat itu menjadi MC dalam acaranya.
"Hai, Mas-mas ganteng. Ih cucok deh, siapa namanya?" tanya Miranda pada Gibran. Dia mengarahkan mic di tangannya ke bibir Gibran.
Gibran pun menyebut namanya.
"Uuhhh, namanya Gibran. Sesuai sama wajahnya yang cakep ya," puji Miranda lagi. Gayanya semakin dibuat-buat.
Dengan manja tangan Miranda menggandeng lengan Gibran.
"Btw, mau request lagu apa nih Mas Gibran?" tanya Miranda sok manja.
Tanpa berpikir, Gibran pun menjawab.
"Akhirnya ku menemukanmu,"
Tatapannya tak lepas dari wajah Mirella saat dia bicara.
*****
Mirella baru saja selesai menggunakan toilet, dia habis mengganti pembalut karena saat ini dia sedang datang bulan.
Wanita itu hendak keluar saat tiba-tiba sebuah tangan kekar membekap mulutnya dan menggiringnya kembali masuk ke dalam toilet.
Namun anehnya, Mirella sama sekali tidak berontak apalagi berteriak meski awalnya dia cukup kaget. Karena dia tahu siapa orang yang kini tengah membawanya masuk ke dalam toilet, mengunci pintunya dari dalam dan mendudukan wanita itu di atas toilet duduk.
Dia Gibran.
Gibran sudah benar-benar kehilangan akal. Dia sudah berusaha mengajak Mirella bicara setelah wanita itu turun dari panggung tadi, namun dia terus diacuhkan oleh Mirella yang justru malah memanggil dua bodyguardnya untuk mengusir Gibran keluar dari dalam kafe.
Jadilah, Gibran kini terpaksa memakai cara kasar.
Dia masuk kembali dengan mengendap-endap ke dalam kafe itu untuk mencari keberadaan Mirella dan saat dilihatnya ke dua bodyguard Mirella sedang lengah, Gibran membuntuti Mirella yang masuk ke dalam toilet wanita dan menunggunya tepat di depan salah satu bilik toilet yang berjajar di sana. Gibran sengaja menahan pintu utama toilet dari dalam supaya tidak ada yang bisa masuk sampai Mirella selesai dengan aktifitasnya.
Dan akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu Gibran pun tiba. Saat dirinya bisa bersitatap face to face secara langsung dengan Mirella, tanpa perlu khawatir mendapat gangguan dari para bodyguard sialan itu.
"Lo mau apa sih sebenernya?" tanya Mirella setengah tidak terima atas aksi nekat Gibran kali ini.
Mirella bukannya khawatir akan dirinya, melainkan dia lebih mengkhawatirkan keadaan Gibran jika laki-laki itu terus nekat mendekatinya. Dia tidak mau Gibran celaka, itu saja.
Jika hanya dirinya yang akan terkena hukuman Freedy, Mirella sudah tidak perduli. Bahkan jika sampai Freedy membunuhnya sekali pun, Mirella siap.
"Kenapa lo ngehindarin gue terus? Gue cuma mau kita bicara baik-baik, apa salah?" tanya Gibran setengah emosi. Lelaki itu menunduk menatap lurus wajah Mirella.
Mirella menghindari kontak matanya dengan Gibran. Perasaannya sungguh kacau. Bahkan nafas wanita itu terlihat naik turun yang menandakan bahwa dia gugup.
"Kenapa diem?" tanya Gibran lagi karena Mirella tak kunjung buka mulut.
"Karena emang nggak ada hal penting yang harus kita bicarakan! Gue nggak kenal sama lo! Jadi, tolong jangan ganggu gue lagi, oke?" Mirella hendak berdiri, tapi ke dua bahunya ditahan oleh Gibran supaya wanita itu tetap duduk.
"Lihat mata gue dan jawab pertanyaan gue," tegas Gibran seraya mencengkram ke dua rahang Mirella.
"Siapa lo sebenernya?" tanya Gibran dengan penuh penekanan. Dia lelah harus bermain kucing-kucingan dengan Mirella.
"Gue Mirella, salah satu penyanyi di Kafe ini. PUAS?" jawab Mirella tegas. Tatapannya menantang ke arah Gibran.
Gibran melepas cengkramannya. Ke dua bahunya merosot. "Bukan itu yang gue mau denger! Gue yakin lo Mimi. Tanda luka di leher lo nggak bisa bohongin gue walau wajah lo sekarang udah berubah! Kenapa sih, lo nggak mau mengakui hal itu?" cecar Gibran frustasi.
Mirella tidak menjawab, tapi dia malah berdiri hendak pergi namun tangan Gibran lebih cekatan dan kembali mendorong tubuh Mirella hingga terdesak ke dinding toilet. Gibran meluruskan ke dua tangannya dengan menumpukan telapak tangannya ke dinding. Mengunci tubuh Mirella di sana hingga jarak tubuh mereka saat ini sangat dekat. Bahkan hampir menyatu satu sama lain.
"Kalau lo seperti ini terus, justru lo semakin buat gue yakin kalau lo itu emang Mimi!" ucap Gibran dengan deru nafasnya yang berhembus menerpa wajah Mirella, saking dekatnya wajah mereka saat ini.
"Gue bukan Mimi! Gue Ella! Lo itu kenapa sih? Ngotot banget jadi orang! Minggir, gue mau keluar!" tegas Mirella tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Gibran.
Bola mata Gibran terus bergerak meneliti setiap jengkal wajah Mirella. Kedekatan mereka saat ini membuat Gibran sendiri tidak mengerti dengan perasaan yang melanda dirinya tanpa ampun. Perasaan dimana dia seperti ingin terus mempertahankan posisinya lebih dekat lagi, dengan Mirella.
Dan perasaan ini belum pernah dia rasakan sebelumnya, bahkan dengan mantan-mantan pacarnya sekalipun.
Gibran merasa dirinya seolah terpanggil untuk melindungi Mirella lebih dari apapun. Sebab cairan bening yang kini menumpuk di pelupuk mata wanita dihadapannya itu cukup membuat Gibran mengerti, bahwa Mirella tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.
"Tolong biarin gue pergi! Gue mohon sama lo! Jauhin gue! Jauhin gue!" mohon Mirella dengan suaranya yang terdengar lirih. Keintimannya dengan Gibran membuat Mirella menyerah untuk tetap bersikap kasar pada Gibran.
"Nggak! Gue nggak akan ngelepasin lo sebelum lo kasih tau gue siapa lo sebenernya!" tegas Gibran lagi. Dia yakin, seyakin-yakinnya, bahwa wanita dihadapannya saat ini adalah Mimi.
Miminya yang hilang.
"Kenapa sih Ib? Lo itu batu banget jadi orang? Gue harus bilang berapa kali kalo gue bukan Mimi? Gue Mirella! Gue nggak kenal sama lo dan nggak tahu menahu soal Mimi! Jadi sekarang gue mau lo pergi jauh-jauh! Jangan ganggu gue lagi, kalau lo nggak mau hidup lo bermasalah! PAHAM LO?"
Mirella menerobos pertahanan Gibran setelah meluapkan seluruh kekalutan dalam benaknya. Dia hanya ingin Gibran pergi dan tidak mengejarnya lagi, apalagi berani mendekatinya. Mirella hanya ingin Gibran mengerti dan kembali menjalani hari-harinya seperti semula tanpa harus melibatkan diri lebih jauh apalagi masuk ke dalam kehidupan pribadinya.
Itu saja.
Saat itu, Gibran tidak mengejar.
Lelaki itu hanya diam dalam posisinya dengan tatapan yang tak lepas dari sosok Mirella yang berjalan cepat keluar, meninggalkannya di toilet.
Panggilan Ib yang disebut oleh Mirella tadi membuat Gibran kehilangan fokusnya untuk tetap mempertahankan Mirella.
Gibran terperangah hebat saat Mirella menyebut namanya dengan panggilan Ib.
Sebab Gibran tahu, hanya Mimilah orang yang selalu memanggilnya dengan awalan, Ib!

Komento sa Aklat (151)

  • avatar
    Nouna Noviie

    lanjutt dooongg...... jadi penasaran apa bayi yg akan d adopsi itu setelah dwasa nanati akan membalaskan dendam sang ibu kandung... apa bila mngetahuin cerita semasa hidup ibu y dan mengetahuin bahwa ayah angkat'y lah Gibran yg sudh membunuh ibu y...!!??? ini Novel baguss menurutku berhasil membawa pembaca masuk ke dalam suasana isi novel ini😍

    22/12/2021

      2
  • avatar
    Mela Agustina

    seruu bgt demi apapun😭🤍🤍

    21d

      0
  • avatar
    WaniSyaz

    Seru banget

    14/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata