Tak ada yang menarik di acara jalan-jalan sore itu bersama Nathan, terkecuali keberadaan Neyha. Semua biasa saja. Perhatian Nathan yang begitu detail padanya tak membuat Alia merasa menaruh simpati padanya.
Entah kenapa begitu tertutup hatinya untuk laki-laki yang sebenarnya sangat menarik itu.
Selama ke beberapa tempat yang di kunjungi, Alia lebih banyak diam dan hanya sesekali tersenyum saat bercengkrama dengan Nehya. Selebihnya lebih asik menikmati suasana sekitar dengan tak banyak bicara.
Entahlah, pesona Nathan yang terpancar hingga membuat banyak gadis menoleh dan memandanginya sok centil, tapi semua itu tak cukup membuat Alia bisa jatuh hati.
Satu ruang di hatinya saat ini sudah memilih seseorang. Orang yang begitu dekat dengannya namun serasa jauh langkahnya untuk menggapainya.
' Apa bisa aku memaksakan cinta?? Mencoba membuatnya juga menaruh rasa yang sama terhadapku?
Sebelum itu terjadi, aku tahu pasti dia akan langsung mengusirku dari kehidupannya. Dan itu hal yang teramat paling menakutkan buatku. Tak mungkin aku akan melakukan kebodohan itu.'
Begitu pikir Alia. Meski untuk itu dia harus bisa selalu menutupi semuanya serapi mungkin. Rahasia hatinya yang terdalam.
" Aya makasih untuk waktunya, udah mau nemeni kakak jalan-jalan sore ini.. jangan kapok yah.?"
" Iya sama-sama kak."
Tersenyum Alia mendengar kata-kata lelaki itu.
" Ayaa.."
Gadis itu menoleh ke jok belakang. Melihat Neyha yang sepertinya udah kelelahan.
" Apa Ney?"
" Aku enggak turun yah? capeekk.."
Suaranya agak manja.
Alia senyum. menganggukkan kepalanya.
" Kamu terusin bobok aja.. aku turun sendiri."
" Eehh.. di anterin kak Nathan."
Gusar Neyha.
" Iya tuan putri.."
Tertawa kecil Alia setelahnya dia lepas sabuk pengaman yang sedari tadi melingkar di badannya.
Nathan yang melihat keakraban dua gadis di dekatnya itu hanya tersenyum-senyum. Ada raut bahagia yang terpancar dari wajahnya.
Dia pasti antar Alia sampai ke hadapan orang tuanya. Laki-laki yang bertanggung jawab dan sangat bisa menempatkan diri, itulah sikap Nathan yang sangat Neyha tau sebagai adiknya.
Apalagi untuk seorang Alia, dia tak boleh sembarangan. Bisa mandi darah Nathan jika berani macam-macam sama dia. Tak perduli dia kakak kandungnya, sebagai sesama perempuan harus saling menjaga.
Nathan turun dari mobil dan membukakan pintunya untuk Alia. Dan begitu gadis itu turun dan berjalan menuju ke arah rumahnya diapun mengikuti langkah Alia mengantarnya sampai ke teras rumah.
Setelah berpamitan pada orang tua gadis itu untuk langsung pulang Nathan pun berjalan kembali ke mobil honda civic merahnya dan memasukinya.
Lalu mobil kembali melaju meninggalkan rumah gadis itu setelah terlebih dulu Neyha melambaikan tangannya ke arah Alia dan kedua orang tuanya yang membalasnya dengan hangat.
*****************
Alia POV.
Acara jalan-jalan yang sama sekali tak menyenangkan bagiku. Tak ada hal yang menarik dan berkesan selama pendekatan Nathan ke aku. Semua yang dia lakukan hanya perlakuan-perlakuan basi seorang cowok ketika dia lagi mendekati wanita yang dia sukai. Udah begitu aja.
Justru aku lebih tertarik dengan segala hal yang berkaitan dengan adiknya hingga sering kali obrolan Nathan tak aku dengar.
Bukan aku tak perduli, tapi perasaanku tak bisa berbohong kalau sosok Neyha lebih menarik semua yang ada di diriku. Bahkan kerlipan matanya saja begitu aku perhatikan. Cara dia bicara, tertawanya, saat dia merajuk ke kaka laki-lakinya dan ketika dia memperlihatkan muka jutek plus sikap yang bikin aku terkadang memendam gemes sendiri. Cuma aku tak bisa ngapa-ngapain.
Entahlah.., sebuah rasa di benakku justru membuat ruang gerakku menjadi sangat terbatas. Bukan apa-apa siihh.., aku saja yang terlalu canggung dengan sikapku saat berhadapan deengannya. Dan aku coba menutupinya serapi mungkin hingga hampir beberapa bulan ini.
Capek??? " Iyaaa!"
Semua yang ada di diriku itu murni hakku.! Dan itu tak bisa diganggu gugat. Aku punya hak untuk menentukan pilihan hatiku. Bukan harus dipaksa untuk menerima seseorang hanya karena rasa tak enak hati ataupun rasa-rasa yang lain..
Meski ketika semuanya di hadapkan pada maunya Ney, nyali aku langsung menciut. Aku tak akan bisa kecewakan dia, meski dengan itu harus mengorbankan perasaanku. Semua tak lebih karena hatiku yang terlalu takut kehilangannya.
" Tuhan.. seandainya sebuah cinta tak harus memandang gender tak juga terhalang batasan-batasan norma dan sosial, aku lebih ingin menghabiskan waktu sepanjang usiaku bersama pujaan hatiku. "
Keluhku sedih.
Aku tak harus menyimpan semua hasrat cintaku rapat-rapat pada dia, peri cantikku..
Bukankah cinta bisa tumbuh dimana saja dan pada siapa saja..? Dan seperti yang aku rasakan saat ini.
Tapi kenapa cinta ini harus menjadi cinta yang tak semestinya ada dan tumbuh dalam benakku? Sampai kapan akan kuat aku bendung segala resahku? Mengunci mulutku rapat-rapat untuk menyatakan cinta.
Tapi tidak.
Aku punya hak akan bahagiaku sendiri.. dan aku sangat tahu bahagia itu pada siapa.
Sekilas ku curi pandang Ney, yang nampak asik bersama kekasihnya, Arga. Begitu cemburunya hatiku melihat mesranya mereka. Meski semuanya hanya bisa aku pendam dan menelan ludah getir yang aku lakukan pada akhirnya. Karena hanya itu yang bisa aku perbuat. Sakit banget rasanya sumpah.!
" Andai kamu mengerti yang aku rasakan ini Ney, aku yakin kamu enggak akan sejahat itu, mengumbar aura kasmaran di hadapanku dengan pacar kamu Arga...🥺
Ku hela nafasku dalam-dalam, tak akan ada habisnya jika terus menerus aku memikirkan sepasang kekasih itu. Jujur sedih dan kecewa sempat aku rasakan. Cemburu lebih tepatnya!
Kutepiskan tanganku ke udara kosong. Seolah ingin melenyapkan rentetan momen kebersamaan mereka yang terekam jelas di memori ingatanku. Kubayangkan sosok sahabatku itu dengan semua hal lebih yang dia miliki yang begitu menawanku, hingga otakku merasa mulai lelah dan mataku mulai terasa berat.
Sampai akhirnya kubiarkan kantuk menyerangku dan membiarkannya membawaku dalam alam mimpi... Harapanku bisa bersama gadis itu.. melewati semalaman dan mengukir momen indah dalam mimpiku..