logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Sembilan

  Selena menyibak selimut yang membalut tubuh Allisya.
"Sya, bangun. Tuh Aris udah nungguin kamu di bawah, ganteng banget lagi. Kalau aja mama boleh nikah lagi," ucap Selena sesekali berkhayal.
Allisya membuka matanya. "Aku aduin ke papah baru tau rasa loh,"
Wajah Selena berubah panik. "Jangan! Kan cuman berandai-andai. Udah sana, langsung mandi, dandan yang cantik. Hari ini Aris mau ngajak kamu buat beli cincin pertunangan,"
Allisya terkejut. "Beli cincin pertunangan? Kan aku masih sekolah ma," tau-tau habis lulus sekolah udah nikah kan gak lucu, aku masih pingin nerusin kuliah dan seneng-seneng, batin Allisya.
"Gak masalah sayang, kan bisa lulus sekolah nikahnya. Sana buruan, kasihan Aris nungguin kamu lama. Mama mau beres-beres dulu ya?"
"Iya ma,"
Allisya bersiap-siap, setelah mandi ia hanya menaburkan bedak bayi dan lip balm.
'Dandan? Ngapain juga, tumben mama bolehin aku dandan,' biasanya mamanya itu akan melarang, belum waktunya.
Allisya keluar dari kamarnya, ia melihat Aris yang sudah menunggu disana. Allisya terpesona sedetik kemudian, dengan mulut yang masih mengaga, Allisya menghampiri Aris.
Aris yang menyadari kehadiran Allisya pun menahan tawanya.
"Sya, tutup mulut kamu. Kalau ada gombalan yang masuk gimana?"
Allisya tersadar. "Eh-iya. Habisnya kak Aris ganteng," ucap Allisya tanpa sadar.
'Gue lebih ganteng daripada lo niel,' batin Aris mulai bahagia.
"Selamat ya sya, kamu juara pertama lomba kebersihan," Aris tidak bisa hadir karena rapat OSIS. "Pasti kamu cantik pas di foto,"
"Bukan aku yang maju kak. Tapi Kaila,"
Aris mengangguk. "Oh, kirain kamu. Yuk sya, beli cincin buat pertunangan kita yang seminggu lagi,"
Allisya terkejut lagi. Seminggu? Waktu yang terlalu cepat.
"Seminggu? Emangnya gak bisa ya nungguin aku lulus dulu?" hati Allisya masih ragu, ia tidak siap. Apalagi ini Aris, bukan Daniel yang ia cintai selama ini.
"Gak bisa. Aku gak mau kamu sama yang lain," sejak pertama kali bertemu, Aris sudah menaruh hati pada Allisya.
"Termasuk pacarku ya?"
"Iya, lagian pacaran juga belum tentu sampai nikah sama-sama," ucap Aris sekaligus memberikan wejangan pada Allisya.
"Aku udah pamit sama mama kamu. Nanti kita pulangnya sore,"
"Terus aku gak bisa tidur siang dong," Allisya sangat menjaga tidur siangnya, selain meinggikan badan juga menghilangkan pegal.
"Tidur aja di mobil sya. Nanti aku bangunin,"
'Andai aja mama ngizinin kayak gini ke Daniel,' batin Allisya berharap, tapi ia tersadar setelah mengingat beberapa hari yang lalu kalau Daniel lebih dekat dengan Luna daripada dirinya.
"Sya?" Aris melambaikan tangannya di depan wajah Allisya, melamun.
"Ayo kak,"
Setelah memasuki mobil, hanya kesunyian yang melanda. Allisya bosan.
"Mau dengerin lagu?" tawar Aris langsung peka.
Allisya mengangguk. "Iya, bosen banget kak,"
Aris menyetel lagu pop yang sedih. Mengutarakan sakitnya cinta dan kehilangan.
'Kenapa lagunya nyidir banget sih?' kesal Allisya dalam hati.
Aris menoleh, Allisya lebih anteng daripada biasanya. (Diam tanpa bergerak).
"Mikirin apa?" Aris tebak pasti Daniel, kenapa cowok itu selalu ada di pikiran Allisya dan bukan aku saja?
Allisya menoleh. "Makan," kilahnya, tapi kebetulan juga ia tengah lapar. Bangun tidur terus mandi tidak lupa gosok gigi. Jadi inget Upin dan Ipin lagi.
"Ok, kita makan dulu ya,"
Sebelum Aris melajukan mobilnya ke restoran, Allisya memilih makan di pinggir jalan seperti warung lesehan.
"Warung? Gak sya, mending ke restoran aja lebih enak. Nanti kamu kepanasan," ucap Aris peduli tapi berlebihan bagi Allisya.
Kepanasan? Warung tentu saja teduh, kalau pun tidak ada atapnya mungkin di namakan piknik bersama.
"Ya udah, aku turun nih," ancam Allisya tangannya siap membuka pintu mobil tapi Aris mencegahnya. "Jangan. Iya ya, kita ke warung,"
Allisya menerbitkan senyum bulan sabitnya.
Mobil Aris berhenti di sebelah warung lesehan pak Sholeh.
Setelah turun dari mobil, Allisya menatap takjub warung pak Sholeh yang ramai itu.
"Duduk dimana ya? Kan rame,"
"Tuh ada yang kosong," Aris menarik tangan Allisya. "Nanti keburu di tempatin,"
"Ini warung favorit aku kak. Duh sambel terasinya itu loh susah move on," ucap Allisya senang.
'Kebahagiaan kamu sederhana ya. Makan di warung kayak gini, aku kira kamu sama kayak cewek kebanyakan sya,' andai saja ia kenal lebih lama dengan Allisya, sudah ia embat sebelum Daniel yang mencuri start duluan.
Allisya memanggil pelayan. "Seperti biasanya ya mas,"
Mas itu mengangguk. "Dua ya mbak?"
"Iya," jawab Aris cuek.
Sambil menunggu pesanan datang, Allisya terus mengoceh tentang makanan favoritnya di warung pak Sholeh ini.
"Apalagi ayam panggangnya kak. Pingin deh bawa pulang tiga," Allisya mengobrol dengan santai tanpa sungkan, Aris mendengarkannya saja daripada Daniel yang selalu bertanya apakah itu pedas?
"Hah? Tiga? Banyak banget sya," Aris terkejut, yang benar saja. "Kalau satu kenapa? Gak kenyang?"
"Bukan gitu. Aku pingin lauknya darisini sambil buat makan di rumah kak. Yah jadi suasananya terasa,"
Si mas-mas tadi membawakan pesanan Allisya.
"Wah, akhirnya bisa makan sambel terasi lagi," Allisya menatap lapar menu andalannya, nasi dengan ayam panggang, kemangi, dan sambal terasi.
"Emang kamu jarang kesini?"
"Gimana mau kesini, Daniel yang ngelarang aku," curhat Allisya kesal.
"Sekarang kamu bisa makan. Tapi jangan lupa ya balsemnya," ucap Aris perhatian.
"Iya kak," balsem andalan Allisya, mencegah sakit perut. Meskipun panas, setidaknya ia tidak bolak-balik ke toilet.
Aris menatap cara Allisya makan, mencuci tangan di kobokan jeruk nipis, lalu makan dengan tangan. Aris ragu kalau tangan Allisya higienis.
"Sya, makan pakai sendok aja. Jangan tangan, kotor itu," ucap Aris memperingati.
"Kenapa kak? Gak papa, udah bersih kok. Kan tadi cuci tangan, disini mana ada kak makan pakai sendok. Kalau mau ya bawa sendiri aja dari rumah,"
"Terserah deh. Asalkan kamu bahagia," jadi pingin nyanyi lagunya Armada.
Keduanya makan dalam diam, Allisya kepedasan. Pelipisnya berkeringat dan wajahnya memerah.
Aris yang melihat Allisya kepedasan pun menyodorkan minumnya.
Allisya menggeleng. "Aku maunya susu aja. Kalau air putih masih pedas kak,"
"Yaudah, kamu mangap aja makan angin," ucap Aris final, salah sendiri Allisya mencolek sambel terasi.
Allisya menurutinya, mulutnya mangap memakan angin.
Aris yang tak tega melihat Allisya kepedasan pun memanggil si pelayan mas-mas tadi.
"Susu putihnya satu, dingin ya," kalau hangat semakin menambah sensasi panas sekaligus pedas bersatu padu.
'Pantes aja Daniel ngelarang. Kamu kalau makan pedes harus ada susu, gak mau air putih,' batin Aris.
Pelayan mas-mas itu menghampiri Aris. Memberikan segelas susu dingin.
Allisya meneguk habis susu itu. "Akhirnya hilang juga pedesnya,"
"Udah kenyang? Apa masih mau makan lagi?"
Allisya menggeleng. "Gak kak, udah kenyang. Ayo beli cincin tunangannya," ajak Allisya yang sudah berdiri.
Aris tersenyum. "Kamu gak sabar banget. Ayo,"
Setelah membayar ke meja pak Sholeh, keduanya memasuki mobil. Tujuan Aris pergi ke toko perhiasan ternama.
Disana ramai pengunjung, emas-emas itu menyinarkan kesilauan mahalnya. Terpajang rapi dan apik.
Allisya terkagum-kagum, apakah Aris akan membelikan cincin mahal?
Aris melihat-lihat perhiasan dari gelang, kalung, dan cincin yang di letakkan di sebuah kotak beludru.
"Mas, ada cincin berlian?" Aris mencari aman daripada bertanya kepada mbak-mbak yang kini menatapnya kau yang selalu ku puja-puja.
"Ada,"
Aris menunjuk salah satu cincin yang ada di dalam kaca transparan itu.
"Yang ini aja mas," Aris menunjuk cincin berlian biru.
"Tapi kan, itu mahal," ucap Allisya tak enak, pasti Aris merogoh uang banyak.
"Gak papa sya. Nanti kalau nikah aku ganti yang lebih mahal lagi,"
"Gak kak, mending yang biasa aja," Allisya tak ingin di cap sebagai mata uangan.
"Siniin jari manis kamu,"
Allisya menunjukkan jari manis tangan kirinya. Entahlah mengapa, tapi katanya saat cincin itu terpasang dari orang yang kita cintai akan terhubung langsung dengan jantung, hm.
Aris memasangkan cincin itu, apakah pas. Dan benar saja, seratus!
"Tuh pas. Suka kan?"
'Gak suka. Kalau bukan Daniel yang pasangin cincin ini,' jawab Allisya sendu. Tapi ia lebih nyaman dengan Aris yang tak banyak melarangnya.
"Sya?"
Allisya tersadar dari lamunannya.
"Iya kak. Pas kok," Allisya mengangguk.
"Yang ini ya mas. Dua,"
Mas-mas itu mengangguk.
Setelah membungkus cincin itu dengan rapi, Aris mengajak Allisya pulang.
"Gak kerasa udah siang aja," mata Allisya terasa berat.
"Di mobil nanti kamu tidur aja,"
Saat di dalam mobil dan perjalanan pulang, Allisya sudah sampai di Surabaya saking nyenyaknya.
Aris memandangi Allisya. "Kalau kamu tidur gini lebih kalem, dan bikin hati adem," puji Aris, selama ini ia tak pernah merasakan jatuh cinta apalagi membalas ribuan pesan coklat dan bubga dari semua cewek.
Hanya membutuhkan waktu 10 menit mereka sampai, Aris membangunkan Allisya. Ia menepuk pelan pipi gembul itu.
"Sya, bangun. Udah sampai,"
Mata Allisya terbuka. "Iya-ya ikan mujairnya aku goreng kok ma. Hm iya ya," Allisya masih bermimpi meskipun matanya terbuka sedikit.
Aris bingung, mujairnya siapa?
"Allisya sayang. Bangun," Aris berbisik di telinga Allisya.
Merasa ada panggilan terlembut Allisya terkejut saat wajah Aris begitu dekat.
"Eh, aku ketiduran ya?"
"Kamu ngantuk. Katanya mau tidur siang. Udah sampai, tuh mama kamu nungguin,"
Allisya melihat mamanya yang melambai dengan wajah riang gembira.
"Aku turun ya?" untuk turun saja izin.
"Iya, kalau aku bilang gak udah aku bawa pulang," gombal Aris manis laris.
Allisya membuka pintu mobil, dengan pipi yang bersemu dan hati berdebar.
Selena menghampiri anak pertamanya itu.
"Gimana? Pasti bagus kan cincinnya?" tanya Selena antusias.
"Rahasia," dengan senyum yang susah luntur, Allisya melangkah masuk. Meninggalkan penasaran di benak mamanya itu.
"Allisya! Mama sedang kepo nih," teriaknya. Allisya tidak mendengarnya karena sudah masuk.
Aris yang masih belum pergi darisana pun hanya tersenyum.
'Semoga senyum itu buat aku aja sya. Bukan Danil,' batin Aris penuh harap.
🍒 🍒 🍒
Next chapter coming soon 》 》 》

Komento sa Aklat (132)

  • avatar
    MoeLiyana

    i love it!!!!

    2d

      0
  • avatar
    AfiansyahAllief

    okeee

    13/08

      0
  • avatar
    Yulita Sari

    seruu banget

    13/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata