logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Sepuluh

Sebuah pesan dari Daniel yang mengajak Allisya untuk berkencan. Tapi Allisya masih bingung harus mencari alasan apa.
"Gimana ya? Masa iya kabur lewat jendela?" Allisya mondar-mandir.
"Iya deh. Mama juga lagi di bawah," Allisya melangkah menuju jendela kamarnya, karena berada di tingkat dua, Allisya tidak semudah itu melompat. Dengan kelincahannya, Allisya memanjat pohon dan turun dengan mulus.
"Fyuh, akhirnya bisa juga,"
Mata Allisya menelisik, berjaga-jaga kalau satpam di rumahnya itu tidak ada.
"Tumben," Allisya merasa aman, dengan langkah hati-hati. Akhirnya ia bisa keluar dari gerbang tanpa tertangkap kering.
Allisya mengetikkan pesan ke Daniel.
Anda
Niel, kamu jemput aku di depan warung mbok Pik ya?
Daniel
Kenapa? Gak izin ya sama mama kamu?
Anda
Kalau izinnya buat ketemu sama kamu gak di bolehin
Daniel
Ok, tunggu ya 😉
Allisya melangkah ke warung mbok Pik.
Tak lama kemudian Daniel datang. Akhirnya ia bisa meluangkan waktu banyak dengan Daniel, meskipun Luna menang banyak. Tapi hatinya masih stand by Daniel only.
"Kamu gak dandan gitu?" tanya Daniel setelah motornya mulai melaju dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalanan.
Allisya menggeleng. "Gimana aku mau dandan, yang ada keburu ketauan sama mama,"
Daniel tersenyum. "Mau dandan apa gak, kamu tetep cantik kok," puji Daniel sok gombal.
"Masa? Itu mah gombalan andalan cowok buaya," ucap Allisya tidak mempan, memangnya ini ajang gombalan take me out ya?
"Gak lah. Kamu emang cantik sya," meskipun hanya beberapa hari bertemu Allisya setelah menjalin hubungan LDR yang dimana hanya melalui chat dan telepon.
Allisya tersipu malu. 'Udah deh niel, aku baper tau,' sayangnya kata-kata itu Allisya tahan dalam hati.
Karena hari telah malam, Allisya meminta Daniel agar pulangnya lebih cepat dan tidak berlama-lama, Allisya takut kalau mamanya akan mengetahui aksi kaburnya ini.
"Iya, tenang aja. Kan kita gak pernah kencan sya,"
'Bener juga sih. Semoga aja berjalan lancar,' batin Allisya berharap.
Daniel memarkirkan motornya di sebuah restoran ternama.
Allisya menatap takjub design interior restoran itu.
"Bagus banget niel!" pekik Allisya senang.
"Suka?"
Allisya mengangguk antusias. "Suka banget,"
"Yuk, masuk," Daniel meraih jemari Allisya.
Daniel memilih tempat duduk di tengah-tengah.
Daniel membuka buku menu. "Mau makan apa sya?"
"Terserah kamu aja. Tapi minumannya jangan jus alpukat ya," nanti akan pusing lagi, mengenai Allisya golongan darah rendah.
"Ok. Mbak!" Daniel memanggil seorang mbak writers.
Daniel memesan dua minuman dan dua porsi spageti kesukaan Allisya.
Writers itu pergi setelah mencatat pesanan Daniel.
"Kamu tau gak sya, perbedaan matahari dan kamu?" Daniel mulai menggombal.
Pipi Allisya bersemu. "Gak tau. Emang apa?" kalau cewek yang anti gombal-gombal club, pasti marah-marah karena di sama-samakan dengan matahari apalagi rembulan purnama.
"Kalau matahari menyinari Bumi, kalau kamu bersinar di hati,"
Allisya terkekeh. Bisa aja gombalanya. "Ada-ada aja. Sekarang giliran aku,"
Daniel tak sabar menunggu gombalan dari Allisya.
"Perbedaan kamu dengan rembulan?"
Jika saja Allisya cowok merayu cewek seperti ini, sandal swallow pun siap melayang. Wajah semulus cermin sampai nyamuk yang hunggap terpeleset saking licinnya.
"Apa?"
"Reembulan di atas awan, kamulah pangeran tampan," receh? Allisya memang tak pandai gombal, yang bermodal Google aku mah apa atuh.
Daniel tersenyum. "Di ajarin siapa?"
"Mikir sendiri lah. Dari hati,"
Pesanan keduanya pun datang.
"Silahkan menikmati," ucap si pelayan ramah, apalagi dia cowok yang tatapannya tak bisa lepas dari Allisya.
Daniel pun cemburu. "Sayang, aku suapin mau?" tawar Daniel, wajah mas pelayan itu cemberut sudah ada yang punya.
Allisya mengangguk. Sudah lama ia tak merasakan keromantisan ini dengan Daniel. Semenjak adanya Luna, hubungannya dengan Daniel merenggang meskipun sekarang akhirnya bisa berkencan.
Mas pelayan itu pun pergi, tidak ingin mengganggu orang kasmaran.
Allisya makan dengan lahap, sampai di sudut bibirnya ada sisa sausnya.
"Makannya pelan-pelan aja. Nanti gendut loh," ucap Daniel menasehati, memang ada benarnya karena pencernaan setidaknya bekerja dengan stabil.
"Aku laper. Tadi habis belajar, terus kamu ngajak aku makan malam. Dari sore gak sarapan,"
"Yaudah, makan yang banyak,"
Allisya mengambil alih garpu yang tadinya di pegang oleh Daniel saat menyuapinya.
Sedangkan Luna yang mencari tempat duduk yang pas dan kebetulan melihat Daniel pun senang.
Luna menghampiri Daniel.
Allisya yang menyadari kehadiran Luna pun seketika murung dan nafsu makannya hilang.
"Kamu disini juga niel? Kebetulan banget, jangan-jangan kita jodoh lagi," ucap Luna heboh.
Daniel tersenyum tipis. "Iya lun, aku ngajak Allisya kesini. Makan malam,"
"Oh," ujar Luna tak berminat dan terkesan malas.
"Niel, aku sekarang bisa basket loh,"
"Oh ya? Wah, bagus dong,"
"Boleh gak aku gabung di tim basket niel? Aku pingin banget tau jadi bagian tim basket SMA kita," selain bergabung di tim basket, Luna ingin lebih dekat lagi dengan Daniel.
Daniel mengangguk. "Boleh,"
Luna memeluk Daniel, ini bukanlah gerak refleks melainkan Luna terlalu senang.
"Makasih niel. Akhirnya aku bisa masuk tim basket,"
Dan Allisya seperti obat nyamuk, yang diam dan sebagai pajangan.
'Apa aku ikut juga masuk tim basket putri? Hm, tapi aku masih gak bisa main basket. Gak papa deh, demi Daniel biar gak terlalu deket sama Luna,' batin Allisya yang akhirnya mempunyai ide cemerlang.
"Niel," panggil Allisya menyadarkan Luna yang tadinya memeluk Daniel, keduanya menjauhkan diri.
"Iya sya?" bahkan Daniel tidak tau perasaan Allisya ketika ia di peluk Luna.
"Aku juga mau masuk tim basket,"
Luna tersenyum miring. Ini pasti hanya siasat Allisya.
"Emangnya lo bisa? Gak usah deh, yang ada tim basket putri di sekolah kita jadi buruk gara-gara lo," ucap Luna merendahkan Allisya.
Meskipun hati Allisya seketika menciut menerima ejekan dari Luna, Allisya tetap sabar.
Daniel menggeleng. "Gak sya, nanti kamu kecapekan. Aku gak mau kamu sakit,"
'Kenapa Daniel ngizinin Luna sedangkan aku gak? Kamu pilih kasih banget niel,' batin Allisya kecewa. Khawatir Daniel terlalu berlebihan, hanya capek saja dan tidak akan sakit.
Luna tertawa remeh. "Tuh dengerin! Danil gak mau lo masuk tim basket,"
"Terus nanti kamu gak cantik lagi. Kena panas, emang mau kulit kamu hitam?" benarkah ini Daniel? Pacarnya sendiri? Ternyata Daniel memandangnya dari segi fisik, apakah masih ada laki-laki yang bisa menerima apa adanya? Mungkin satu banding milyaran di muka Bumi ini.
Luna tertawa. "Iya, kalau lo jelek Daniel bakalan mutusin lo. Terus jadi milik gue deh," ucap Luna se-bebas itu, dan Daniel hanya diam saja.
Allisya sedih. 'Kalau dulu aku jelek, berarti Daniel udah ninggalin aku gitu? Kenapa sih harus cantik? Kenapa?!' batin Allisya bertanya-tanya.
"Lun, gak boleh gitu. Aku cuman gak mau Allisya kecapekan,"
"Kecapekan atau aku ganggu kamu sama Luna?" tanya Allisya menginterupsi, kesabarannya sudah habis.
Allisya beranjak, karena tak kuasa menahan air matanya ia menangis. Tapi Daniel mencekal tangannya.
"Mau kemana sya?"
"Aku mau pulang, lepasin,"
Para pengunjung restoran pun menatap mereka.
Aris yang melihat Allisya disana pun menghampirinya.
"Bos! Mau kemana?" tanya Arif.
"Biarin, udahlah makan aja. Mumpung enak nih," ucap Javas, pikirannya selalu makan.
Saat Aris menghampiri Allisya, Daniel mengusirnya.
"Ngapain lo kesini? Sana! Gak usah ikut campur," ketus Daniel emosi, dimana ada Allisya Aris selalu ada.
"Nih, bawa Allisya. Dasar pengganggu," Luna mendorong Allisya, hampir saja tersungkur kalau Aris tidak sigap menangkapnya.
"Luna! Jaga mulut kamu!" sentak Daniel marah, Luna sudah melewati batas. Bahkan sekarang Allisya menangis. Hati Daniel merasa sesak melihatnya.
Allisya pergi, dengan mata yang penuh air mata dan tatapan heran dari pengunjung restoran. Biarlah mereka tau betapa sedihnya ia sekarang.
Aris yang melihat Allisya pergi pun menyusulnya, cewek itu butuh sandaran bukan sindiran seperti tadi.
Allisya tengah duduk di sebuah kursi panjang dan menangis sesenggukan disana.
Aris menghampiri Allisya.
"Sya," Aris menyentuh bahu Allisya yang bergetar. "Jangan nangis," kedua tangan Aris mengusap air mata Allisya.
Aris memeluk Allisya.
"Gak usah nangis sya. Cewek nangis itu nanti mahkotanya jatuh, apalagi nangisin cowok," ucap Aris bijak. Terlalu stalker quotes jadi ingat kata-kata ini.
Allisya mengangguk. Ia tidak boleh cengeng apalagi terlihat lemah seperti ini, yang ada Luna semakin senang dan menjadi.
🍒 🍒 🍒
Next Chapter coming soon 》 》 》

Komento sa Aklat (132)

  • avatar
    MoeLiyana

    i love it!!!!

    1d

      0
  • avatar
    AfiansyahAllief

    okeee

    13/08

      0
  • avatar
    Yulita Sari

    seruu banget

    13/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata