logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

masih marah

Mobil Aldo telah sampai di rumah sakit terdekat dari rumahnya. Raut wajah khawatir tampak jelas di wajahnya.
"Dek! Bertahanlah, Mas akan panggil dokter untuk datang segera memeriksamu," ucap Aldo menenangkan Alin.
"Perutku sakit, Yank! Aku nggak tahan." Alin terus saja mengeram kesakitan membuat Aldo yang di sampingnya bertambah panik.
Aldo membopong tubuh Alin menuju ruang UGD. Dua orang suster dan satu dokter datang menghampirinya.
"Tolong, Dok! Istri saya tiba-tiba mengalami pendarahan. Tolong lakukan yang terbaik untuknya! Saya sangat khawatir terjadi pada anak dan istri saya."
"Baik, Pak. Silahkan bapak ke bagian administrasi dahulu untuk pendaftaran dan penandatanganan penanganan pasien."
Aldo mengangguk dan segera bergegas menuju bagian Administrasi.
Ia meninggalkan Alin yang sudah dibawa masuk oleh dokter dan suster.
Setelah mengurus beberapa kepentingan di ruang administrasi, kini ia kembali ke ruang UGD untuk mengetahui kondisi Alin sekarang.
Selang beberapa menit dokter yang menangani Alin keluar. Aldo segera bangkit dan menanyakan kondisi Alin.
"Bagaimana, Dok, istri saya? Apa yang terjadi kepadanya?"
"Apakah istri anda sedang mengalami stress? Pendarahan yang terjadi karena pasien terlalu kelelahan dan terlalu banyak pikiran sehingga kandungannya sedikit mengalami masalah. Untung Bapak segera bawa istrinya ke sini, jadi pendarahannya bisa dihentikan dengan cepat. Dan nyawa bayi dalam kandungannya masih bisa diselamatkan."
Aldo bernapas lega mendengar penuturan dokter dan mengucapkan banyak terimakasih. Aldo meminta izin untuk masuk dan menemui istrinya di dalam.
Aldo membuka daun pintu perlahan dan melihat Alin yang terbaring lemah di ranjang. Ia mendekati Alin yang sedang memejamkan matanya karena terpengaruh obat bius.
Aldo mengusap pucuk kepalanya pelan dan menyesali kebodohannya tadi. Ia bahkan hampir mengorbankan anaknya gara-gara keegoisannya.
Aldo ingin mencoba menghubungi orang tuanya untuk datang, tapi ini masih jam tengah malam dan pasti akan membuat mereka khawatir. Akhirnya, Ia memutuskan menelpon Afi dan memintanya datang membawakan baju gantinya.
Nomor Afi Tersambung, dan suaranya terdengar dari sana.
[Hallo, Assalamualaikum]
[Wa'alaikum salam, Fi. Alin masuk rumah sakit, dia pendarahan. Mas boleh minta tolong bawakan baju ganti buat Mas? Aku mau mandi di sini saja, nanti keburu waktu subuh datang. Mas harus mandi dulu kalau mau sholat, kan? Tolong ya! Nanti Mas sms alamat dan nomor kamar Alin dirawat.]
[Ya.]
Tak ada sahutan dan kata lain selain satu kalimat itu yang keluar dari mulut Afi, membuat Aldo merasa istri pertamanya masih marah padanya. Ia sebenarnya terpaksa meminta Afi datang karena dia satu-satunya orang yang pasti belum tidur saat jam begini mengingat kejadian yang terjadi barusan.
Mau minta tolong karyawan di kantor juga tak enak, ini urusan pribadinya. Akhirnya selang satu jam, Afi datang dengan membawa sebuah paper bag di tangannya.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam." Aldo tersenyum saat Afi masuk kedalam ruangan ini.
"Ini!! Sudah ya. Aku mau langsung pulang," ucap Afi datar.
"Fi, kamu masih marah sama Mas gara-gara tadi? Lihatlah! Alin terbaring di sini dan dia terlihat sangat lemah." Aldo menunjukan pada Afi wanita yang sedang terlelap itu dengan raut wajahnya yang terlihat sangat khawatir.
"Lalu Mas mengira, semua yang terjadi pada Alin itu gara-gara aku? Sudahlah, aku malas berdebat. Tidak baik membuat bising di rumah sakit, pasien butuh banyak istirahat. Aku pamit! Wassalamualaikum."
Afi beranjak meninggalkan Aldo yang tak percaya dengan respon Afi barusan. Aldo hanya sangat khawatir pada kondisi Alin dan berharap Afi dapat sedikit memahami perasaannya saat ini.
Aldo mengikuti Afi yang keluar dari ruangan Alin dengan cepat.
"Tunggu, Fi! Mas belum selesai bicara. Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu? Mas tidak pernah menyalahkanmu atas apa yang menimpa Alin. Mas hanya ingin kamu sedikit bersimpati padanya dan membantu menyemangati Mas sekarang. Tolong jangan salah paham. Fi! Mas sayang kalian berdua, Mas akan sama khawatirnya jika kamu juga dalam kondisi tak baik-baik saja seperti Alin," tatap Aldo pilu. Ia memegang kedua tangan Afi untuk mencari ketenangan yang dari tadi ia inginkan.
"Oh ya! Apa Mas juga khawatir saat hatiku tak baik-baik saja melihat Mas Aldo memilih menikahi Alin? Jangan bicara omong kosong lagi, aku sedang bosan mendengar alasanmu itu." Afi menghempaskan tangan Aldo dengan kasar dan berlalu meninggalkannya.
Aldo mengacak rambutnya frustasi. Kenapa Afi yang dulu ia kenal lemah lembut berubah menjadi wanita yang sulit ia nasehati. Aldo ingin mengubah cara pandang istri pertamanya itu kepada Alin, tapi tampaknya Afi sangat terluka dengan pernikahan keduanya itu.
Aldo memilih masuk kembali ke ruang Alin dirawat dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Air yang membasahi tubuhnya membuat pikirannya sedikit tenang. Selang beberapa menit ia selesai mandi dan keluar dengan memakai baju ganti yang Afi bawakan.
Walau dalam keadaan marah, Afi akan berusaha melayaninya baik hal lahir maupun batin. Maka dari itu, Aldo sangat mencintai Afi. Tak perduli dengan semua keluh kesahnya yang memprotes keegoisannya. Afi akan menuruti semua perintahnya walau kadang dilaksanakan dengan sedikit jengkel dan tatapan sinisnya.
Adzan subuh berkumandang, ia menggelar sajadahnya dan melakukan ibadah sholat subuh. Ia sangat senang karena Afi tahu ia membutuhkan sajadah dan sarung untuk ia mengerjakan kewajibannya ini.
Selesai sholat, Aldo melipat kembali peralatan ibadahnya dan berjalan mendekati Alin yang sudah terbangun dan melihat aktivitasnya tadi.
"Masih agak pagi, tidur saja lagi."
"Yank, apa anakku baik-baik saja," ucap Alin sendu.
"Alhamdulillah, Allah masih melindunginya dan mempercayakan anugerah itu buat kita."
"Aku sangat lemas, Yank. Aku takut kamu meninggalkanku, maafkan atas kecerobohanku," tatap Alin cemas.
"Sudahlah, jangan berpikir terlalu banyak dan jangan kamu ulangi lagi hal yang dapat membahayakan dirimu dan anak kita. Aku tak akan meninggalkanmu, tidurlah lagi. Aku akan menemanimu disini."
"Kamu kan kerja? Aku nggak mau pekerjaanmu terganggu gara-gara menemaniku di sini. Aku nggak apa-apa sendiri." Alin menatap Aldo dalam dan berharap suaminya tahu maksudnya.
"Tidak, aku akan bekerja agak siangan nanti. Aku juga akan meminta Mami menemanimu disini selama aku keluar." Aldo meyakinkan Alin bahwa ia tak perlu mengkhawatirkan semuanya.
"Mbak Afi bagaimana, Yank? Apa dia masih marah padamu?" Alin sengaja menanyakan Afi agar ia bisa menunjukan sikap pedulinya pada suaminya.
"Sudahlah, istirahat saja. Tak usah kau berpikir yang berat-berat masalah Mas. Kau pulihkan badanmu, jangan terlalu stres!" Aldo tersenyum untuk menyemangati Alin yang tampak murung.
Kemarahan Alin membuat ia tak ingin melibatkan Afi di dalam urusannya dengan Alin. Ia sengaja meminta bantuan Maminya untuk menemaninya di rumah sakit selama ia sakit agar tak terjadi permasalahan yang lebih pelik lagi.
Aldo menelpon Maminya dan mengatakan bahwa Alin sedang di rawat di rumah sakit. Mami Cahyo begitu terkejut dan langsung menyanggupi permintaan Aldo untuk menemani Alin di rumah sakit.
Jam menunjukan pukul tujuh pagi. Aldo yang terlihat sibuk dengan ponselnya karena harus menunda sebagian meeting hari ini membuat Alin ingin memanggilnya. Namun ia urungkan karena tiba-tiba suster masuk ke ruangannya.
"Pagi, Bapak, Ibu. Sarapan buat pasien sudah siap. Silahkan di makan ya, biar cepat sembuh." Suster masuk dengan membawa nampan berisi makanan dan menaruhnya di lemari dekat ranjang Alin.
"Terimakasih, Sus." Suster mengangguk dan keluar dari ruangan Alin.
Aldo beranjak dari tempatnya mendekati makanan yang dibawa suster tadi.
"Sarapan, yuk. Biar dede bayi sama ibunya cepet sehat. Biar Daddy nya ini yang akan menyuapinya dengan cinta."
Alin tersenyum dengan perlakuan manis Aldo. Ia bahkan tak menyangka suaminya akan semanis ini setelah kelakuannya tadi malam yang mengamuk di depannya. Alin bahkan bersyukur atas kejadian hari ini karena Aldo menjadi sangat lembut kepadannya.

Komento sa Aklat (248)

  • avatar
    Ayu MaisaraSiti Rohayu

    terbaik sangat cerita ni,mulanya sedih akhirnya berakhir dengan kebahagiaan....sy sgt menghayati dan baca sampai habis

    03/02/2022

      3
  • avatar
    Thelny Jayaria

    bagus...

    16d

      0
  • avatar
    SolderKang

    sangat bagus

    16d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata