logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Keluarga Bahagia

Pagi sebelum subuh, semua sudah siap di depan rumah. Termasuk Teh Widi dan beberapa orang keluarga dari Cianjur yang justru bersiap pulang. Ah, berisik sekali mereka berhaha-hihi.
Sementara aku masih bergelung dalam selimut. Sekilas kutangkap sesosok pria hilir mudik di kamar. Sesekali membuka lemari nampak sedang mengambil sesuatu.
"Yang ... udah bangun ternyata." Senyumnya menyambut netraku yang belum terbuka sempurna. Seberkas cahaya yang serasa masih tertutup semak belukar.
"Ngapain?" tanyaku dengan suara serak-serak basah menggoda. Hehe. Enggak, ding! Aku bertanya dengan ketus. "Lancang kamu masuk kamar gadis tanpa izin." lanjutku.
"Gak perlu ada izin kalo cuman mau masuk kamar ...." Iya, juga sih. Biasanya juga keluar masuk kamarku kayak keluar masuk kamar mandi. "Mau masuk yang lain juga gak perlu minta izin ... tinggal cus ... haha ...."
Kutimpuk cepat kepalanya yang masih acak-acakan dengan bantal, pas sasaran. Kena mukanya yang sok ganteng. Padahal iya. Hehe.
"Anjiw ... Yang, bau iler kamu."
"Rasain ... mabok-mabok deh." Aku mencebikkan bibir dan segera turun dari ranjang. Ah, pada kemana mereka yang menemaniku semalam?
"Yang ... kamu cantik." bisik Si Ojan saat aku melewatinya.
"Ya iya lah ... masa ganteng." Dengan cepat aku mengambil kerudung instan yang tergantung di belakang pintu. Dan lekas mengenakannya, takutnya keliatan aurat sama cowok yang bukan muhrim. Si Ojan salah satunya.
"Astaghfirulloh!" Aku mematung di belakang pintu setelah mengenakan kerudung.
"Why?" tanya Si Ojan.
Aku berbalik menghadapnya. Dan segera meraba kepalaku sambil mengingat sesuatu yang terasa janggal.
"Bang, kamu ... kamu tadi liat rambut aku?"
"Yap."
"Ya Alloh ...." Tubuhku terasa lemas. Niat hati ingin berubah, menutup aurat dengan sempurna. Kenyataannya malah begini. Ampuni hamba Ya Alloh.
"Tenang ... aku belum melihat rambut kamu yang lain kok." tukasnya cepat sambil cengengesan. Dia pikir lucu.
"Kamu keterlaluan ya, Bang. Bukannya mengingatkan, kan aku ingin berubah. Dimulai menutup aurat di depan lelaki bukan muhrim. Tapi sekarang justru kamu membiarkanku berbuat dosa." keluhku dengan berapi-api.
"Yang dosa itu kalo liat rambut rahasia punya istri tetangga ... ada-ada aja kamu mah."
"Ngeles aja."
"Abisnya kamu aneh ... denger ya, gak ada yang namanya dosa ngeliat aurat istri sendiri, apalagi ini cuman rambut. Dari ujung rambut sampai ujung kaki istri itu hak suami, jangankan diliat disentuhpun halal, berpahala lagi ...."
"Istri? Suami?" Otakku mencoba mencerna apa yang dikatakan Si Ojan ... emm Bang Malik.
Ah, aku ingat. Dengan lemah kuhembuskan nafas perlahan. Kita kini sudah jadi suami istri dadakan. Ya Alloh, kok mengsedih begini.
Nyeri di ulu hati menyeruak timbul ke permukaan, menuntun tetes bening berjatuhan dari kedua kelopak mata. Aku ternyata belum bisa move on.
"Sayang ...." Si Ojan ... iiih nih mulut. Bang Malik menarik tanganku dan merangkulku dalam dekapan hangatnya di pagi buta seperti ini.
Ada yang berdenyut dalam dada kiri. Terkadang menikam dan silih berganti menjadi debar. Entah apa namanya, jelas saja belum aku temukan di mata kuliah selama setahun ini.
"Sayang ... liat aku ... tatap mata suamimu ini." Bang Malik mengangkat wajahku dengan kedua tangan yang menangkup pipiku.
Aku menatap netranya yang bening. Wajah yang bersih meski sudah nampak gurat usia yang tak lagi remaja. Tapi, selalu menyiratkan semangat mudanya yang menggelora.
"Mata kamu belekan ... mandi dulu sana ... nanti aku peluk lagi." Bang Malik menjauhkan tubuhku dengan kedua tangannya dengan tiba-tiba. Kamvretos emang.
Saking keselnya karena harga diriku tiba-tiba dibanting setelah dikasih ke-uwu-an, kujambak rambut gondrongnya yang belum diikat. Rasain.
"Aw ... aw ... Olan, sakit ah ... lepaaas!" teriak Bang Malik yang mengundang para saudara-saudari yang kemudian berduyun-duyun memasuki kamar. Persis rombongan demo.
Semua nampak melongo melihatku yang sedang menindih Bang Malik di atas ranjang. Tanganku masih asik menjambak rambut singanya.
"Ciye ... ciye ...." Paduan suara.dari arah pintu membuat atraksiku berhenti total. Aku dan Bang Malik menatap ke arah kerumunan.
"Kalian lagi nonton apa?" tanyaku dengan ekspresi datar.
"Lagi nonton kemesraan penganten baru." jawab mereka, lagi-lagi serempak seperti dikomando.
Aku kemudian memalingkan wajah ke arah Bang Malik. Ternyata iya, keliatan banget lagi bermesraan. Hehe. Lantas akupun segera turun dari pangkuan Bang Malik yang masih menggelepar di atas ranjang setelah habis-habisan aku serang.
"Awas kamu ya, nanti aku yang terkam kamu. Dasar bocil ganas." umpat Bang Malik.
Akupun segera keluar dari kamar setelah para sepupuku mengatakan kalau bis yang akan kita tumpangi sudah datang.
Dengan masih memakai piyama, aku memilih duduk di deretan kursi belakang. Supaya bisa melanjutkan tidurku yang tadi terganggu. Lumayan.
Semua orang sudah masuk sepertinya, karena Ayah yang tadi bertugas mengabsen sudah duduk mesra, nyender ke bahu Bunda. Yang nikah siapa, yang mesra-mesraan siapa.
Aku masih duduk sendiri, Umi ternyata belum menghampiri. Ah, jangan-jangan Umi ketinggalan di dapur. Lantas aku segera berdiri, merangsek ke depan mencari sosok Umi yang kurindukan.
"Ih, Umi ... Olan nyariin malah duduk deket sopir. Jangan bilang lagi pedekate ya." Aku mendelik saat Umi sedang asyik mengobrol dengan mamang sopir.
"Kamu mah ada-ada aja ... udah sana balik duduk lagi ke belakang."
"Mau sama Umi disini."
"Umi duduk sama Riska. Udah sana balik ke tempat duduk kamu, ini udah mau jalan." Dengan kecewa aku berbalik lagi ke tempat duduk semula. Tapi tenang juga, karena Umi gak ketinggalan di dapur.
Saat berjalan di lorong bis, aku memindai tempat duduk yang kosong. Perasaan tadi tempat dudukku di dekat pintu. Huh, udah didudukin sama Bang Malik lagi.
"Sini Sayang." Bang Malik menarik tanganku. "Kamu nyariin ya?"
"Aku nyari Umi. Ge-er."
"Cepet sini duduk. Atau mau aku pangku biar romantis hehe...."
"Aku udah gede, gausah pangku-pangkuan." Ketusku sembari mendaratkan pantat dengan kasar di samping Bang Malik.
"Kamu gak boleh jutek gitu lagi dong sama aku."
"Ya terserah aku lah."
"Oke ... aku juga suka kok dijutekin kamu, jadi tambah bergairah hehe ...."
"Lo tu ya ...."
"Olan! Jaga mulutnya, Sayang." Bang Malik mengecup kepalaku dengan paksa. Dasar duda mesum. Eh bukan. Dasar suami mesum. "Emm mulai sekarang panggil Abang ya, dibiasakan ... malu kan kalo masih kayak musuhan gitu, padahal udah suami istri.
Ya, meskipun kamu terpaksa, tapi bisa kan kalo pelan-pelan menerima Abang jadi suami kamu? Abang gak janji bisa membahagiakan kamu sebagai istri, karena Abang sudah pernah gagal. Tapi, Abang akan berusaha membuat kamu bahagia.
Sekarang, yang Abang minta adalah kerelaan hati kamu. Perlu kamu tahu, Abang melakukan ini tidak terpaksa, justru Abang bersyukur diberi kesempatan ini. Mungkin memang sebenarnya kita berjodoh cuman ya jalannya harus belibet kayak gini."
"Kenapa kamu ... kenapa Abang tiba-tiba mengajukan diri menikahi Olan?"
"Ya selain ada kesempatan. Juga karena Abang sayang sama kamu."
"Sebagai adik?"
"Sebagai wanita juga."
"Sejak?"
"Dulu."
"Hah?"
"Udah, tidur aja dulu, lumayan."
"Bang, jawab."
"I love you." Lagi-lagi Bang Malik mengecup kepala dan menarikku dalam dekapannya yang ... hangat.
Aku kadang terharu. Di tengah keterpurukanku selalu dilindungi oleh keluarga tercinta. Mereka rela meluangkan waktu dengan berusaha menghibur dengan alakadarnya. Bahkan untuk saat ini, sampai-sampai direncanakan refreshing dadakan ke Pangandaran.
Harusnya aku bersyukur mempunyai keluarga bahagia seperti ini. Dan seharusnya aku bisa menerima kenyataan dan melupakan masa lalu.
Benar, mungkin ini jodoh yang dirancang Tuhan untuk aku. Meskipun prosesnya harus melalui patah hati dan harapan.
Aku menyusupkan kepala pada dada bidang Bang Malik. Tangan kulingkarkan ke perutnya yang mulai ditumbuh lemak. Aish, nanti akan kusuruh nge-gym lagi. Hehe.
#kayaknya perut Bang Malik mirip roti bantal deh..
cung, siapa yang mau?

Komento sa Aklat (50)

  • avatar
    AndreasJhon

    bagus

    16/08

      0
  • avatar
    Ramadhanzaki

    yabgus

    08/07

      0
  • avatar
    AurelEnjel

    wow

    27/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata