logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Sebuah Saran

Lama Zahra berada di dalam kamar. Keadaannya sangat berantakan. Wajah Zahra sembab, begitu pula kedua matanya terlihat sendu. Sungguh memprihatinkan keadaannya, bagaikan orang yang yang kehilangan semangat hidup. Rasa pusing di kepalanya pun begitu terasa sakit. Seakan  tubuhnya sinkron dengan hatinya yang melemah.
Zahra dudur terpekur di tepi tempat tidur, memikirkan caranya bagaimana dia bisa bangkit lagi dari keterpurukan. Tiba-tiba dia teringat temannya yang bernama Meta. Mungkin temannya itu bisa memberikan solusi yang terbaik, agar dia bisa keluar dari kemelut pernikahannya dengan Guntur. Zahra berencana akan menemui Meta saat ini juga.
Cepat dia merapikan pakaiannya yang kusut, dan berias diri agar dia terlihat habis menangis. Lalu dia melangkah, meninggalkan kamar. Sebelum pergi tak lupa dia memastikan rumahnya terkunci dengan benar, karena Guntur maupun Zahra mempunyai kunci masing-masing, tak pernah saling bertanya mengenai keadaan rumah. Ya, mereka berdua bagaikan dua orang asing yang tinggal satu atap.
Zahra menyalakan sepeda motornya dan memacunya dengan santai, karena meskipun keadaan hatinya sedang kacau, tapi otak Zahra masih normal, tak ingin mati sia-sia karena memikirkan suami yang tak mencintainya.
Hanya sekitar dua puluh menit, dia sudah sampai di sebuah rumah bercat biru, rumahnya Meta. Zahra memasukkan sepeda motornya di pekarangan rumah Meta.
Dia sudah biasa keluar masuk ke rumah Meta, karena pertemanannya sudah terjalin begitu cukup lama. Semenjak Zahra duduk di bangku SMA, hingga masuk perguruan tinggi selalu bersama-sama dengan Meta. Hanya Zahra yang lebih dulu menikah dari pada Meta, itu pun karena desakan perjodohan kedua orangtuanya, yang mengharuskan Zahra menikah dengan Guntur, lelaki berhati dingin pilihan orangtuanya. Sedangkan Meta memilih untuk bekerja di sebuah perusahaan.
Setelah memarkirkan sepeda motornya, kemudian dia melangkah menuju ke arah pintu. Baru saja dia akan mengetuk pintu, namun Meta sudah terlebih dahulu membuka pintu. Rupanya Meta sudah mengetahui kedatangannya.
"Aduh, pengantin baru terlihat lagi. Hemm, mentang-mentang baru belah duren, tiga bulan baru keluar rumah." Celoteh Meta, saat dia menampakkan wajahnya di ambang pintu. Dengan senyumnya yang khas, dia tersenyum simpul ke arah Zahra, bermaksud untuk menggodanya.
"Belah duren di otakmu," sahut Zahra sembari ngeloyor masuk ke dalam rumah.
"Ketus banget pengantin baru." Meta menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap punggung Zahra dari belakang.
Zahra menjatuhkan tubuhnya di atas kursi, seraya menyandarkan kepalannya di ujung kursi. Beberapa kali dia menghembuskan nafas berat, seolah-olah mengeluarkan segala beban di hatinya.
Meta memandang sikap aneh sahabatnya itu. Zahra terlihat murung. Meskipun Zahra merias wajahnya, namun penglihatan Meta tidak bisa dibohongi. Terlihat jelas kelopak kedua mata Zahra bengkak dan merah, seperti habis menangis, dan itu membuat pertanyaan besar di benak Meta, karena seharusnya Zahra sedang berbahagia di masa-masa pengantin barunya, bukan terlihat murung seperti itu.
"Zahra, kamu kenapa? sepertinya kamu sedang ada masalah?" tanya Meta, berusaha menebak keadaan Zahra. Kemudian Meta pun duduk menghadap ke arah Zahra, dengan tatapannya yang penuh tanya.
"Ah, sudahlah jangan tanya itu dulu! aku haus, Met." Zahra mengalihkan pertanyaan Meta. Dia menarik nafas panjang, dan menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Baiklah, tunggu sebentar aku akan mengambil minum dulu." Meta beranjak, kemudian melangkah berjalan ke arah dapur.
Zahra membuka kembali wajahnya. Dia menatap poto dirinya dan Meta yang terpampang di meja kecil. Senyuman terukir di balik wajah poto tersebut, sungguh Zahra merindukan masa-masa itu. Sembari menatap poto tersebut, pikirannya menerawang ke masa lalu, di mana hatinya selalu diliputi kebahagiaan, mengukir impian dengan berjuta harapan. Namun kebahagian dan senyuman itu hilang ketika dia sudah resmi menjadi istri Guntur.
"Melamun saja, itu tak baik Zahra! ini minumnya." Suara Meta menyadarkan Zahra yang tengah melamun kemana-mana. Meta menyodorkan segelas jus jeruk, minuman kesukaannya.
"Eh, siapa yang melamun? lah, aku sedang menunggumu," sahut Zahra beralasan. Kemudian dia meminum segelas jus jeruk itu, masuk ke dalam kerongkongannya.
"Coba bicaralah kepadaku! apa yang terjadi denganmu?" Tanpa basa-basi lagi Meta langsung menanyakan perihal keanehan dari sikap sahabatnya itu.
Zahra ragu untuk mengatakan semua yang terjadi dalam pernikahannya kepada Meta. Beberapa kali dia mengusap kasar wajahnya.
"Met, Guntur akan menikah lagi." Akhirnya Zahra mengatakan segala beban di hatinya kepada Meta. Bersamaan dengan itu, air mata meleleh di pipinya. Sungguh Zahra tak bisa menyembunyikan kesedihannya di hadapan Meta. Zahra menelungkupkan kedua tangand, menutupi wajahnya. Tubuh Zahra tergoncang, karena isak tangis yang tak bisa dia bendung lagi.
"A-apa? menikah?" Meta membelalakkan kedua matanya. Sungguh dia terkejut dengan penuturan Zahra tersebut. Tak disangka pernikahan Zahra yang baru seumur jagung itu, harus mengalami kegoncangan.
Langsung Meta beranjak, dan cepat memeluk tubuh Zahra dengan erat, menenangkan hati sahabatnya itu. Sedangkan Zahra tak mampu berkata lagi, hatinya teramat sakit, hanya air mata yang mewakili jika hatinya sedang terluka.
"Tenangkan dulu dirimu Zahra! jika kamu tak ingin sekarang membicarakan masalahmu kepadaku, kapan saja aku siap mendengarkan masalahmu." Meta mengusap lembut rambut Zahra, memberikan ketenangan pada hati sahabatnya.
Zahra menangis sesenggukkan dipelukkan Meta, hingga membasahi baju atas sahabatnya. Perlahan Zahra melepaskan pelukan Meta.
"Met, aku harus bagaimana? aku bingung?" tanyanya sembari terisak.
"Coba ceritakan masalahmu kepadaku. Mungkin aku bisa membantumu," ucap Meta yang kedua matanya menatap lekat ke arah Zahra.
"Guntur akan menikahi Luna secepatnya. Perlu kamu tau, Met, selama ini Guntur tak menganggapku sebagai seorang istri. Pernikahanku dengannya atas perjodohan orang tua kami." Zahra menundukkan wajahnya.
"Jadi Guntur tak mencintaimu." Meta menarik nafasnya. Menatap nanar pada wajah Zahra yang sembab.
"Iya, Met." Tangis Zahra kembali pecah.
"Lalu Luna, siapa dia?" tanya Meta serius.
"Dia kekasih Guntur. Mereka berdua sudah berhubungan lama, sebelum dia menikah denganku?" jawab Zahra, memberitahu apa yang dia tau.
"Sudah kuduga," gumam Meta pelan. Sebenarnya sebelum Zahra menikah dengan Guntur, Meta pernah melihat Guntur berpelukan mesra dengan seorang wanita di sebuah cafe, tapi dia sengaja tak memberitahu kepada Zahra, takut dia dituduh sebagai perusak hubungan orang lain.
"Apa, Met?" Meskipun Meta bergumam pelan, tapi Zahra curiga ada sesuatu yang disembunyikan Meta darinya.
"Ti-tidak ada apa-apa," ucap Meta sedikit gugup.
"Lalu apa yang harus aku lakukan? aku tak mau dimadu, tapi aku juga belum siap bercerai. Pasti aku akan membuat malu kedua orang tuaku." Zahra memegang kedua bahu Meta, berharap dia bisa membantunya.
"Apa kamu mencintai Guntur?" tanya Meta serius.
"Entahlah." jawab Zahra lemas. Dia pun tak tau dengan perasaannya sendiri. Sulit baginya mengartikan perasaan apa yang ada di dalam hatinya untuk Guntur.
"Jika kamu mencintainya, maka pertahankan dulu pernikahanmu untuk beberapa saat. Mungkin saja Guntur akan merubah pikirannya, dan ambil hatinya agar dia mencintaimu. Kamu jangan kalah dengan cinta wanita itu. Kamu istri syahnya Guntur, dan kamu yang berhak atas diri Guntur bukan wanita itu." Meta memegang erat kedua tangan Zahra, memberikan kekuatan dan semangat kepadanya.
"Tapi." Zahra merasa tak yakin apa yang dikatakan Meta itu, dia sanggup melakukannya. Jangankan mengambil hati sosok seorang Guntur, untuk hanya sekedar saling berbicara pun rasanya sulit.
"Apa salahnya untuk mencoba," ucapnya seraya tersenyum.
"Aku tak yakin aku bisa melakukannya," gumam Zahra pelan. Lalu dia menyeka sisa air mata yang masih menempel di wajahnya.

Komento sa Aklat (153)

  • avatar
    Ernaa RM

    kisah cinta yang romantis walaupun ada duri di dalamnya

    10/05/2022

      0
  • avatar
    Arif Hidayatullah

    👍👍👍👍

    15d

      0
  • avatar
    123Zikri

    yang bagus

    29/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata