logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 5

Bab 5. Perempuam galak itu mengandung anakku
Selviana mendongak dan menatap orang yang berdiri di depannya dengan jarak sekitar empat meter darinya dengan kaget namun dia segera menyesuaikan ekspresinya dengan cepat dan tersenyum ringan membalas sapaan dari salah satu mantan pacarnya yang saat ini terlihat babak belur dan wajahnya penuh dengan memar seakan-akan belum di obati, "Selamat malam juga, Kamu kenapa?"
"Saya tidak apa-apa hanya terluka sedikit, Siapa pria ini? Bukankah kamu sudah bersama dengan Wisnu?" Ryan elvern dioscoro bertanya-tanya pada dirinya sendiri bagaimana bisa dia dulu jatuh cinta kepada seorang perempuan seperti selviana clarence, melihatnya bermesraan dengan pria selain wisnu membuatnya sedikit termenung dan membuatnya bergumam dalam hati pada dirinya sendiri, "Mungkin saja perempuan tak tahu malu ini juga menghianati wisnu seperti halnya dia menghianatiku untuk bersama dengan wisnu... "
Ryan elvern dioscoro hanya merasa telah membuang-buang waktunya yang berharga untuk orang seperti itu benar-benar membuatnya sedikit muak, dia berniat segera kembali ke apartemennya dan istirahat, memikirkan hari esok dia merasa gelisah lagi.
"ini suamiku sekarang, namanya delano abigail. Saya dan wisnu sudah berlalu.... " Entah mengapa Ryan elvern dioscoro dapat mendengar kesedihan dalam suaranya namun akhirnya dia hanya menyapa suami dari selviana dan mengucapkan selamat tinggal pada mereka berdua.
Melihat lelaki tinggi dengan wajah penuh memar itu pergi Delano abigail menatap selviana clarence dalam-dalam dan dengan penuh arti dia berkata, "Apakah kamu tidak ingin memberitahunya yang sebenarnya?"
Selviana menatap mata suaminya delano abigail dengan senyum ringan seperti angin sepoi-sepoi dia berkata, "Semuanya sudah berlalu... Dan waktu itu sangat menyakitkan saya tidak ingin mengingatnya lagi... Lagi pula bukankah kamu sudah membantuku membalas dendam pada pemerkosa itu... Yang hilang sudah hilang, ini menunjukkan bahwa dia bukan jodohku, Sekarang tuhan telah memberikan kamu sebagai jodohku, Kamu adalah suamiku dan ayah dari anak-anak kita kelak, Saya mencintaimu. Sementara Ryan elvern dioscoro hanya masa lalu yang bahkan tidak mau mempercayai dan mendengar penjelasanku."
Delano abigail tersenyum mendengar perkataannya, dia menyentuh dan mengusap kepala selviana dengan penuh kasih sayang, "Ya, kamu benar tapi saya tidak ingin kamu terluka dan bersedih karena kesalahpahaman ini, ayo kita cari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Ryan elvern dioscoro. Kita harus mengatakan kebenaran masalah ini, bahkan jika dia pada akhirnya tidak percaya itu bukan masalah kita. "
Selviana menatap delano abigail penuh cinta musim semi sambil tersenyum dia mengganguk ringan dan berkata, "Baiklah."
Ryan elvern dioscoro memasuki apartmennya, dia sudah tinggal sendiri sejak berusia 18 tahun, tetapi setiap bulannya dia pasti akan pulang ke rumah orang tuanya untuk makan bersama dan menghabiskan waktu bersama keluarganya. Ryan elvern dioscoro merupakan putra tunggal dari keluarga dioscoro namun dia tidak tumbuh dengan manja namun menjadi sosok yang mandiri dan bahkan terkadang orang tuanya dapat mengandalkannya dan mempercayainya untuk mengurus beberapa urusan penting perusahaan keluarga mereka, selain bergerak di bidang katering perusahaan keluarganya juga mulai mengembangkan real estate namun akhir-akhir ini perkembangan real estate terlalu lambat dan perusahaan milik keluarga dioscoro tetap mampu bertahan meskipun mereka tidak memiliki terlalu banyak keuntungan.
Memasuki tempat tinggal yang sudah di kenalnya ryan elvern dioscoro melepas sepatunya dan menganti dengan sandal rumahnya. Dia berjalan menuju ksamarnya lalu langsung menuju kamar mandi, setelah menyalakan shower ryan elvern dioscoro merasakan aliran air hangat mulai menetes dan membasahi tubuhnya yang kering, dia memejamkan matanya dan mulai menggunakan shampo dan sabun perawatan kulitnya yang mengandung vitamin E dan vitamin C yang sangat membantu menutrisi setiap sel di kulit ryan.
Setelah selesai mandi dan menggenakan piyamanya dia berjalan menuju tempat tidur, dia berada dalam posisi setengah tidur setengah duduk dan mengambil ponselnya dia berencana mengirim pesan kepada mamanya bahwa besok dia akan pulang saat jam makan siang.
Banyak rencana yang terbesit di pikira Ryan elvern dioscoro hanya dalam beberapa menit, Dia sudah menyalakan ac kamarnya dan ruangan mulai menjadi lebih dingin, dengan santai dia berbaring di tempat tidurnya dan mulai memejamkan matanya.
Disisi lain mama dari Ryan elvern dioscoro yaitu Deana erqueen dioscoro baru saja menyelesaikan perawatan wajahnya setelah menggunakan masker wajah dan menerapkan beberapa serum di wajahnya, Deana erqueen dioscoro terlihat seperti seorang wanita yang baru berusia tiga puluhan dan tubuhnya terawat dengan baik meski usia sebenarnya sudah hampir enam puluh tahun. Dia merasa bahwa hari ini adalah hari yang sangat baik, dengan senyum manis terpasang di wajahnya dia mulai menelpon suaminya dan mengatakan bahwa besok siang Ryan elvern dioscoro akan pulang untuk makan siang dan meminta suaminya untuk segera pulang dan tidak terus sibuk dengan pekerjaannya.
Dengan senang hati delfano dioscoro menyutujui perkataan istrinya, dia mempercepat pekerjaan nya meskipun dia tetap membutuhkan waktu sekitar dua jam dan baru dapat menyelesaikan beberapa dokumen yang menumpuk baru setelah dia menyelesaikan semua pekerjaannya dia bangkit dan memanggil sopir untuk segera mengantarnya pulang, dia sudah sangat merindukan istrinya yang cantik dan sangat ingin bertemu dengannya.
Malam itu telah berangsur-angsur sunyi hanya desir angin malam sesekali terdengar, cahaya redup dari lampu-lampu di kota malam itu penuh dengan kesenyapan. Waktu perlahan berlalu namun tidak menghentikan beberapa orang yang masih terbangun, Thalia vanyarisa clarence merasa sangat tertekan namun saat malam tiba dia memutuskan untuk pulang ke rumaahnya tanpa memerdulikan kata-kata dari ryan elvern dioscoro.
Secara diam-diam dia berjalan keluar ke tempat parkir rumah sakit dan berjalan menuju jalan raya, setelah menghentikan taksi dia segera pulang ke rumahnya.
Melihat rumahnya Thalia vanyarisa clarence hanya merasakan ketenangan jiwa, mengambil kunci rumahnya dia perlahan masuk ke rumah dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua.
Dengan pakaian rapi Ryan membunyikan bel pintu rumah keluarga dioscoro, dia datang pada jam sembilan pagi, tubuhnya terlihat sangat segar meski wajahnya penuh memar, di tangannya dia memegang beberapa file dokumen yang di butuhkan oleh cleon clarence.
Seorang pembantu rumah tangga yang terlihat gemuk namun penuh semangat membuka pintu dengan ramah bertanya kepadanya siapa yang di carinya, Ryan tentu saja mengatakan bahwa dia mencari temannya yang tak lain adalah Cleon dioscoro, pembantu itu segera berjalan masuk dan menyampaikan pesan dari Ryan elvern dioscoro kepada Cleon Clarence.
Cleon mempersilahkan Ryan masuk dan duduk di sofa ruang tamu, "Wah apa yang terjadi padamu? Apa kamu baru saja jatuh dari tangga lantai dua dan membentur meja? " tanya Cleon dengan bercanda sambil mengamati wajah sahabatnya yang terlihat sangat memar seolah telah mengalami kejahatan.
Ryan tertawa kecil sambil bertanya dengan santai mencoba mengalihkan pembicaraan yang tidak ingin di bahasnya, "hehe... Ini hanya masalah kecil, oh ya ini dia informasi yang kamu butuhkan, dan apa minggu depan kamu ikut dalam perjalanan belajar ke kota J? "
Cleon tersenyum indah dengan tatapan yang sangat berarti, "Sayangnya saya masih sakit dan tidak dapat terlalu lelah jadi sangat tidak mungkin untuk pergi ke luar kota, saya sudah berbicara tentang masalah ini dengan profesor. Bagaimana dengnmu?"
"Ya, tentang perjalanan belajar ini saya masih belum memutuskannya karena beberapa hari ini kemungkinan saya akan sangat sibuk dengan beberapa masalah penting..." Kata Ryan sambil menghela nafas tak berdaya dan menyandarkan dirinya di sofa untuk duduk dengan santai.
Saat mereka berdua asyik mengobrol Thalia turun dari tangga lantai dua, saat dia turun. Dia melihat Ryan elvern dioscoro yang membuatnya sangat membenci besi, seolah bertemu dengan musuh bebuyutan dia memelototi Ryan uang kebetulan juga sedang melihatnya turun dari tangga lantai dua. Melihatnya seperti ini membuat Ryan elvern dioscoro sangat terkejut, Dia segera berdiri dan berjalan menghampiri Thalia vanyarisa dioscoro dengan heran dia bertanya pada Thalia yang memiliki wajah yang tidak lebih baik darinya, "Kenapa kamu sudah pulang? Bukankah semalam saya sudah bilang untuk tetap tinggal di rumah sakit terlebih dahulu dan akan berbicara pada orang tuamu terlebih dahulu? "
"Bukan urusanmu. " Sahut Thalia dengan judes dan berjalan melewati Ryan dengan wajah tidak senang dia menuju ruang makan untuk sarapan pagi, dia sangat lelah dan baru saja bangun tidur.
Cleon saat ini juga sudah berjalan menghampiri Ryan, menatap Thalia yang sudah berjalan jauh menuju ruang makan dan menatap sahabatnya dengan mata penuh pertanyaan, "Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa adikku juga terluka? Bukankah semalam kamu bilang akan menjaganya? "
Ryan elvern dioscoro terdiam sesaat sebelum dia berkata dengan lemah dan tidak jelas, "Masalah ini telah terjadi begitu saja dengan sangat cepat.... Saya tidak dapat menahannya...."
"Baiklah, Jadi katakan padaku Masalahnya apa? Jangan mencoba untuk berbohong atau saya akan tahu setelah menyelidikinya. " Kata Cleon dengan nada sedikit mengancam.
"Kita akan membicarakannya bersama setelah Thalia selesai sarapan.... Saya juga ingin berbicara tentang masalah ini dengan orang tua kalian... " Kata Ryan elvern dioscoro dengan nada suara setenang mungkin.
Saat mereka sedang berbicara orang tua dari keluarga clarence baru saja kembali dari taman di kompleks setelah mengikuti kegiatan bersama masyarakat kompleks yaitu senam poco-poco yang di lakukan dengan penuh semangat dan kebahagiaan.
Melihat Putra mereka dan temannya sedang mengobrol di bawah tangga mereka menghampiri mereka berdua dan kemudian menyapanya, "Selamat pagi Cleon sayang, Selamat pagi Ryan... Apa kabar?"
"Selamat pagi pa, ma. " Sapa Cleon dengan lembut.
"Selamat pagi juga om, tante... Saya baik... Om... Tante... Ada sesuatu yang sangat penting ingin saya bicarakan dengan kalian..." Kata Ryan dengan tatapan yang menurutnya sangat serius.
Vernando clarence mengangkat satu alisnya dengan tatapan mata yang sedikit tidak terduga, namun dia masih berkata, "Ya. Baiklah tapi kami akan naik ke atas dulu untuk berganti pakaian. "
"Baik om. " Kata Ryan dengan cepat.
Sementara itu Thania ershinta skiva clarence mengamati wajah Ryan yang terlihat memar dan teluka di mana-mana namun dia hanya mengamatinya sekilas dan tidak mengucapkan kata lain, dia serta suaminya berjalan menuju lift dan naik ke lantai tiga yang terdapat kamar tidur utama.

Komento sa Aklat (134)

  • avatar
    OfficialMuis

    bhhuu

    21d

      0
  • avatar
    ThayneAndressa

    tô me sentindo otima

    05/08

      1
  • avatar
    SevimaifrentiSevimaifrenti

    sngt bgus

    23/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata