logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

3. Aku masih belum baik-baik saja

Selamat membaca!!
~~~
Malam itu Renata masih duduk dengan posisi menyandar ke kasur miliknya, seperti biasa dia tidak bisa terlelap sedikitpun.
Setelah sesi konseling berakhir tadi, dia sudah mencoba untuk membulatkan tekadnya dan berusaha tidak terperngaruh oleh kepribadiannya.
Dia bahkan sengaja tidak meminum pil tidur yang biasanya dia minum setiap malam, meskipun dia tau obat itu tidak membantunya untuk tidur sama sekali.
Dia menatap lengan kiri yang masih terbalut kain menutupi lukanya, dia mengelus pelan lengan yang sama sekali tak terasa sakit itu.
Untuk kali ini dia mencoba untuk berbaring dan tidur, berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh apapun.
Ayah ini sungguh sakit!!
Ibu tolong selamatkan aku, aku ingin pulang. Sungguh!!!
Gadis kecil itu meringkuk tidur dilantai yang dingin sambil berusaha menahan rasa sakit akibat pukulan benda keras.
Darah segar terus saja mengalir dipelipis kirinya.
"Jika bukan karena ulah keluargamu, aku tidak akan seperti ini."
Seorang Pria berbicara dengan keras. Ada nada marah, kesal dan dendam yang begitu kuat saat Pria itu berbicara.
Plakkkk
Satu tamparan keras mendarat begitu saja dipipi gadis kecil itu, darah segar mulai keluar dari sudut bibirnya.
Matanya memerah karena sudah tidak bisa menahan rasa sakit.
Dia menjerit kesakitan dan memohon ampun untuk tidak memukulinya lagi.
"Berhenti!! Ini sungguh sakit. Aku mohon, Paman." tangis gadis itu.
Gadis kecil itu berusaha untuk bangun, dia menangkupkan tangannya berusaha untuk memohon. "Jika aku bersalah aku benar-benar mintamaaf, jangan pukul aku lagi, aku mohon."
Pria itu tanpa iba langsung menarik rambut gadis itu dan mendorongnya hingga dia kembali tersungkur. "Aku tidak bisa mengampuni mereka!!! Mereka membuat hidupku hancur, dan aku akan membalasnya."
"Paman!!!" jerit gadis itu.
Renata langsung terbangun, itu sungguh mimpi yang sangat buruk, deru nafasya mulai tak teratur dan suhu tubuhnya mulai terasa panas.
Kejadian masa lalunya mulai menghantui dirinya kembali, sungguh dia tidak ingin bermimpi seperti ini.
Dia sudah tak bisa menahan dirinya lagi. Ini benar-benar sulit, sungguh. Renata menangis dan menjerit tak karuan.
Rambut yang semula tertata rapi mulai berantakan karena dia meremas rambutnya kuat.
Mila dan Harry langsung masuk begitu mendengar putrinya menjerit histeris.
"Ini Ibu, Nak." Dia langsung memeluk erat putrinya itu, mengelus lembut punggungnya agar dia merasa tenang.
"Sakit!!!" jerit Renata masih dengan meremas rambutnya.
Harry hanya mampu diam membisu melihat putrinya kembali seperti ini. Hatinya sangat sakit.
Ini terjadi karena kesalahannya, ini tidak akan terjadi jika dirinya tidak terlalu memikirkan pekerjaannya. Dia sungguh menyesal karena putri kesayangannya yang harus menanggung semua kesalahannya.
"Ibu mohon, tenang Renata. Kendalikan dirimu sayang, ibu tau ini sakit."
Renata tidak mengubris ucapan sang ibu, dia sudah tidak sanggup lagi menahan ini.
"Aku mati saja, aku mohon aku ingin MATI!!!" jeritnya sekali lagi.
Mila sungguh tau jika ini bukan Renata, dia sudah dikendalikan oleh kepribadiannya, Dia bernama Della.
"Della, dengarkan Ibu Nak. Ibu mohon kamu tenang." Mila masih memeluk tubuh putrinya.
Dia menatap suaminya dan menggeleng pelan. Harry seakan paham dengan gelengan Mila, dia langsung membuka lanci dan mengambil sebuah suntikan yang didalamnya ada obat penenang.
Tanpa menunggu lama suntikan itu sudah berhasil Harry masukan, perlahan tubuh Renata mulai melemas meskipun dia masih tetap menangis.
Mila mengelus rambut Putrinya lembut hingga gadis itu perlahan mulai memejamkan matanya.
"Malam ini aku tidur disini." ucap Mila pada Suaminya.
Harry mengangguk. "Aku akan kembali kekamar."
Setelah mengucapkan itu Harry pergi dari kamar Renata dan menutup pintu pelan. Mila jelas melihat itu, setelah kepergian Harry, Mila menatap putrinya.
"Maafkan ibu."
~~~
Renata kini sudah berada didalam kelasnya, setelah tadi pagi dia berdebat panjang dengan Ibunya karena dia tidak diijinkan untuk masuk sekolah, tapi Renata jelas menentang itu, setiap kali dia mengalami perubahan kepribadian Ibunya selalu tak menginjinkannya untuk masuk kesekolah, padahal keadaannya sudah sangat stabil.
Akhirnya sang Ibu mengijinkan dirinya untuk masuk sekolah dengan catatan jika terjadi sesuatu harus langsung menghubunginya.
"Aku dengar hari ini akan ada pemeriksaan barang bawaan oleh OSIS."
"Iya, aku harus menyembunyikan make-up ku, jika tidak mereka pasti akan membawanya."
Sayup-sayup Renata mendengar pembicaraan dari teman-temannya.
Tak lama setelah mendengar pembicaraan itu, pintu kelasnya dibuka oleh beberapa siswa. Mereka terlihat menggunakan almamater kebanggaannya, siapa lagi jika bukan anggota OSIS.
Semua murid yang ada dikelas langsung duduk dikursinya. Mereka terlihat sangat tegang dan gugup, mungkin beberapa barang mereka akan disita oleh OSIS.
Renata masih bersikap tenang dan menatap mereka.
"Kalian sudah taukan jika hari ini akan ada pemeriksaan barang?" tanya salah satu Pria yang ada depan.
Dia Anggasta si ketua OSIS SMA Bakti.
Semua siswa mengangguk.
Anggasta mengedarkan pandangannya dan berhenti pada satu meja dimana Renata masih menatap lekat dirinya.
"Baiklah, saya harap semua orang duduk dengan tenang dan tidak ada protes apapun."
Anggota OSIS yang lain mulai berpencar untuk memeriksa seluruh isi tas para siswa.
Anggasta berjalan menuju meja seorang gadis yang membuatnya sangat penasaran, dia masih ingin tau kenapa dia bisa menjadi pasien ibunya.
Jika dilihat, Dia seperti tak punya masalah apapun, hanya saja dia terlalu pendiam dan dingin.
"Kemarikan tasmu. " ucap Anggasta
Renata hanya menurut tanpa bicara atau menatapnya, dia memberikan tasnya pada Anggasta.
Anggasta menatapnya sebentar, kemudian dia mulai mengeluarkan satu persatu barang yang ada didalan tas Renata.
Tidak ada barang mencurigakan apapun didalam tasnya. Anggasta langsung memasukkan kembali barang yang sudah dia keluarkan.
Tapi dia lupa jika dirinya belum memeriksa isi kotak pensil milik gadis ini. Anggasta langsung menyimpan tas yang sempat dia pegang, kemudian dia mengambil kontak pensil dan membukanya.
Awalnya dia tidak menemukan apapun, tapi setelah dia membuka resleting yang lain dia melihat ada satu barang yang dibungkus dengan kertas putih berukuran lumayan kecil.
Anggasta langsung membuka bungkusan itu dan ternyata didalamnya terdapat satu buah silet berukuran kecil.
Anggasta langsung menatap Renata. "Untuk apa membawa barang seperti ini?" tanyanya.
Renata menatap dingin Anggasta, dia sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaannya.
Anggasta yang tidak mendapat respon apapun langsung mengangguk dan memasukkan silet tersebut pada wadah yang sudah dia siapkan untuk memasukkan barang sitaan.
Dia kemudian berjalan keluar dari kelas, tapi langkahnya terhenti saat gadis itu mulai bersuara.
"Bisakah kamu tidak mengambilnya? Aku sangat membutuhkan barang itu." ucap Renata pelan.
Semua orang menatapnya bingung, ini pertama kalinya mereka melihat Renata melakukan kesalahan.
Anggasta berbalik dan kembali berjalan menuju Renata. "Jika kamu benar-benar membutuhkannya ambil barang ini sepulang sekolah."
Setelah semua anggota OSIS pergi, satu persatu teman dikelasnya mulai menghampiri Renata, terlihat jelas jika mereka sangat ingin tau barang apa yang diambil oleh Anggasta.
"Barang apa yang mereka ambil darimu?" tanyanya penasaran.
"Bukan apa-apa" jawab Renata pelan.
"Eyy kamu pasti membawa lipstikkan? Tidak apa-apa, mereka juga membawa barang-barangku, itu hal yang wajar bagi perempuan membawa lipstik."
Renata hanya tersenyum simpul mendengar ucapan teman-temannya.
~~~
Anggasta masih diam diruang OSIS, dia masih memegang bungkusan kecil yang sempat dia ambil dari Renata.
Dia sungguh tidak mengerti, apa gadis seperti dirinya mempunyai masalah? Itu tidak mungkin bukan? Dia gadis yang pintar, bahkan orangtuanya sangat kaya.
"Kamu tidak akan kembali kekelas?" tanya Erik salah satu anggota OSIS nya sekaligus teman kelas Anggasta.
"Pergi saja duluan, aku ingin membereskan tempat ini."
Erik mengangguk. "Apa kamu menyukainya?" tanya Erik tiba-tiba
"Maksudmu?"
"Eyy..., aku tadi melihatmu hanya memeriksa tas Renata."
Anggasta langsung tertawa renyah. Ucapan Erik sangat lucu bagaimana dia bisa menyimpulkan jika dia menyukai gadis itu hanya karena dia memeriksa barangnya.
"Ucapanmu sungguh konyol, sudah kembali kekelas sana, beritahu jika aku sedang ada diruang OSIS dan tidak bisa ikut pelajaran."
"Oke."
Erik langsung pergi meninggalkan Anggasta yang masih setia duduk dikursi.
Anggasta menyimpan kembali benda tersebut di wadah, dia kemudian berdiri dan mulai membereskan seluruh ruangan OSIS hingga dia tidak menyadari jika ini sudah waktunya untuk makan siang.
Dia mengambil minum dan berniat untuk keluar dari ruang OSIS, saat dia hendak membuka pintu tiba-tiba seseorang dari luar lebih dulu membukanya.
Dia memantung menatap seseorang yang kini juga tengah menatapnya.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya.
Gadis itu ternyata Renata. Dia menatap dingin Anggasta. "Aku ingin mengambil barangku." ucapnya.
"Bukankah aku sudah bilang untuk mengambilnya nanti pulang sekolah."
Renata membuang nafasnya pelan, dia masih berusaha untuk bersikap tenang dan dingin.
"Bisakah aku mengambilnya sekarang."
Anggasta menatap curiga Renata, dia sungguh penasaran dengan tingkah gadis ini. Bagaimana bisa dia bersikap sangat tenang dan meminta barangnya untuk dikembalikan.
"Tidak. Aku tidak akan memberikannya sekarang, tunggu sampai pulang sekolah." kemudian pandangan Anggasta beralih pada lengan gadis itu,
Dia selalu menggunakan kardigan panjang disekolah, bukankah itu patut dicurigai? Dia bahkan menemui ibuku.
"Apa kamu menggunakan silet itu untuk menggores lenganmu?" tanyanya penasaran.
Renata langsung menatap tajam kearah Anggasta. "Itu bukan urusanmu, jika kamu tidak mau memberikannya padaku kamu boleh membuangnya, aku sudah tidak butuh."
Dia langsung pergi meninggalkan Anggasta yang masih berdiri didepan pintu.
"Aneh sekali."
***

Komento sa Aklat (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata