logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Help Me

Help Me

RahmaSuci


1. Aku dan segala kebohonganku

Selamat membaca!!
~~~
Jam masih menunjukan pukul 1 pagi. Seorang gadis masih tampak begitu segar disela waktu yang begitu panjang, tidak ada rasa kantuk apapun dimatanya.
Gadis itu hanya menatap langit-langit kamarnya yang terasa kosong. Bahkan angin yang masuk kedalam kamar sebab jendela belum ditutup tak mampu membuatnya merasa kantuk sedikitpun.
Insomnia. Itulah yang tengah gadis itu rasakan saat ini, terlihat jelas dengan banyaknya puluhan butir obat tidur yang mungkin dia konsumsi namun masih tak mampu untuk membuatnya tertidur lelap.
Gadis itu beranjak dari tempat tidur, dia mengambil sesuatu yang ada dilaci meja belajarnya dan berjalan menuju kamar mandi, dia duduk diatas lantai yang dingin.
Dia hanya mampu bungkam kala pergelangan tangannya dia iris dengan silet yang sempat dia pegang.
Tidak ada rasa sakit sedikitpun yang dia rasakan. Dia hanya berharap setelah ini, suasana hatinya menjadi nyaman dan tenang. Darah segar terus mengalir dipergelangan tangannya.
Tuhan. Apakah harus terus seperti ini aku menjalani hidupku? Apakah tidak ada cara lain untuk aku bisa hidup? Aku bahkan tidak bisa merasakan sakit apapun saat Silet ini mengiris lenganku.
Butiran air mulai menggenangi pelupuk matanya. Dia menangis. Bukan karena sakit, tapi dia terlalu lelah untuk semua ini. Dia sedang tidak baik-baik saja.
Dia berdiri dan kembali berjalan menuju tempat tidur, dia tidak peduli dengan darah yang mungkin masih menetes membasahi lantai kamarnya.
Jam sudah menunjukan pukul 4 pagi, gadis itu mulai terlelap dikasurnya.
~~~
Seorang gadis turun dari lantai atas kamarnya, dia berjalan menuruni tangga dengan langkah menghampiri sepasang suami istri yang tengah menikmati sarapan paginya. Dia orang tua dari gadis bernama Renata Adijaya.
Sang ibu mulai menatap sendu kearah Putri kesayangannya. Bola matanya beralih pada tangan kiri yang terbalut kain perban.
Dia menyadari tatapan Ibunya dan langsung menyembunyikannya dibalik kardigan hitam panjang yang tengah dia kenakan.
"Selamat pagi." ucapnya pelan.
Kali ini sang Ayah mulai menatapnya. Dia berusaha tersenyum kala gadis kesayangannya menyapa dengan suara pelan dan sendu.
"Selamat pagi putriku." sapanya.
Dia hanya mampu tersenyum simpul tanpa menoleh ataupun menatap Ayahnya.
Entahlah, dia merasa sangat sulit untuk menatap kedua orang tuanya.
Berbicara panjang lebar pun sangat tidak mungkin baginya.
Sang Ibu menyodorkan beberapa makanan pada putrinya itu, tapi Renata hanya mengambil sepotong roti tanpa selai apapun. Kemudian dia mengambil satu gelas susu hangat.
"Aku berangkat sekarang." Renata beranjak dari kursi meja makan.
"Ayah sudah menemukan Psikoterapi baru untukmu."
Langkah kakinya berhenti saat Ayahnya mulai menyebutkan hal yang sangat dia tidak sukai selama ini.
Dia membuang nafas pelan dan mulai menatap kedua orang tuanya.
"Aku sudah lelah, apa sebaiknya kita akhiri ini?" ucapan yang begitu dingin terlontar begitu saja dibibir manis seorang Renata.
Untuk pertama kalinya mereka terkejut dengan ucapan Putrinya. Mereka tidak mengerti dengan kata akhiri yang Renata ucapkan.
Selama ini, dia selalu menurut dan tidak banyak bicara mengenai apapun. Tapi kali ini, mulutnya seakan memberitahu bahwa dia sudah lelah dengan semuanya.
Dihadapannya saat ini, sang Ibu menangis dengan sendu, dia tidak tega melihat putrinya terus seperti ini.
"Maafkan Ibu nak, jika dulu Ibu tak mengabaikanmu ini semua tidak akan pernah terjadi. Tapi Ibu mohon, terus bertahan demi Ibu."
Dia sungguh tak tega melihat Ibunya seperti ini, tapi dia juga lelah dengan semuanya. 12 tahun sudah berlalu, Tapi tidak ada yang berubah sedikitpun.
"Berapa puluh kali lagi aku harus terus mengganti Psikoterapi, Berapa kali Ibu, Ayah? Aku mohon, aku sudah tidak sanggup lagi seperti ini."
Bagaimana disaat seperti ini dia sama sekali tidak menangis, sementara sang Ayah yang begitu tangguh, saat ini tengah menangis dihadapannya. Mereka menangis.
"Aku pergi." tanpa menoleh, tanpa memberi salam, dia pergi begitu saja meninggalkan mereka yang saat ini tengah menangisinya.
~~~
Pengumuman untuk seluruh siswa SMA Bakti diharapakan untuk berkumpul di Aula sekolah karena akan ada pengumuman penting dari kepala sekolah
"Aku malas sekali harus berkumpul, buang-buang waktu."
Beberapa gadis dikelasnya mengeluh karena terlalu malas untuk pergi ke Aula. Pengumuman yang sering mereka dengar selalu saja bukan hal yang penting.
Mereka selalu heran dengan tingkah kepala sekolahnya, dia sangat hobi sekali mengumpulkan siswanya di Aula.
Renata yang saat itu tengah membaca, akhirnya mulai beranjak dari tempat duduk dan berjalan dengan tenang keluar dari kelas.
"Hei!! Renata."
Renata menoleh pada teman sekelasnya dan menatapnya dengan tenang tanpa ekspresi apapun.
"Kamu mau pergi kesana? Sebaiknya jangan, mereka hanya akan menyampaikan sesuatu yang tidak berguna. Lebih baik duduk kembali dan baca bukumu."
Dia hanya menatap temannya itu. "Aku harus pergi, mungkin kali ini mereka akan menyampaikan hal penting." Dia menjawab dengan santai.
"Baiklah terserah."
Dia kembali berjalan dan pergi meninggalkan temannya yang masih setia duduk bangkunya.
"Aku ingin sekali berteman dengannya, tapi itu terlalu sulit karena dia wanita yang sangat pendiam. Tapi aku sangat kagum padanya, dia nyaris sempura dan tidak memiliki kekurangan apapun. Dia pintar, cantik dan kaya."
Gadis-gadis itu mulai membicarakan Renata yang begitu populer disekolah. Tidak ada yang tidak tau tentang dirinya, banyak sekali Pria yang selalu mendekati dan mencoba untuk dekat dengannya, namun sayang, harapan mereka harus pupus karena selalu mendapatkan penolakan halus dari gadis itu.
Brukk
Seorang Pria menabrak punggung Renata sedikit kecang, menyebabkan tubuh gadis itu sedikit terdorong kedepan. Dia menoleh melihat Pria yang telah menabraknya.
"Maaf aku tidak sengaja, kamu tidak apa-apa?" tanyanya khawatir.
Renata menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja." ucapnya dingin.
"Baiklah."
Setelah ucapan Pria itu terlontar, Renata kembali berjalan tanpa bicara apapun.
Namun, jauh dari dalam dirinya ada seseorang yang sungguh tidak bisa Renata kendalikan, dia sangat tidak suka jika seseorang menabrak atau menyenggolnya sedikitpun.
Alhasil dia harus terus menahan diri agar tidak terjadi kekacauan jika tubuh lain dalam dirinya keluar.
"Dingin sekali." Pria itu berbicara sambil terus memandang punggung gadis itu yang semakin menjauh pergi.
Sudah banyak siswa dan siswa yang berkumpul disana, Renata hanya bisa berdiri didekat pintu keluar sambil menunggu Kepala Sekolah berbicara.
"Baik anak-anakku, terimakasih karena sudah menyempatkan berkumpul disini. Ada beberapa mengumuman yang akan saya sampaikan sekarang." Kepala sekolah menjeda ucapannya. "Yang pertama, untuk tahun ini sekolah sudah menyiapkan kuota lebih banyak untuk membuka jalur beasiswa,"
Seluruh murid mulai bersorak riang, mereka tidak menyangka jika pengumuman yang disampaikan Kepala sekolah hari ini lebih berguna.
"Bagi siapa saja yang mau ikut seleksi silahkan daftar lebih dulu. Dan untuk pengumuman yang kedua, kali ini sekolah kita kembali menjadi juara dalam Olimpiade Matematika tingkat Nasional,"
Sorakan seluruh siswa dan siswi semakin riuh, mereka bahkan sudah tau siapa orang ikut serta dalam Olimpiade.
"Untuk itu saya akan memberi hadiah padanya, bagi siswa bernama Renata Adijaya dipersilahkan untuk maju kedepan."
Semua orang menatapnya dengan penuh bangga, bahkan beberapa dari mereka berteriak memanggil namanya.
Renata hanya tersenyum simpul dan berjalan menuju panggung.
Aku sangat irinya padanya sungguh,
Apa aku harus berteman dengannya agar populer,
Aku ingin cantik sepertinya,
Dia sangat mengangumkan, aku cinta padamu.
Beberapa orang mulai membicarakan dirinya saat dia melintas melewati mereka. Namun, Renata sama sekali tidak ingin mengubris ucapan mereka.
Dia naik keatas panggung dan tersenyum simpul pada Kepala Sekolah. "Anggasta." panggilnya.
Pria yang tadi sempat menabraknya kini sudah berada diatas panggung bersama Kepala sekolah.
Renata hanya meliriknya sebentar kemudian beralih kembali pada Kepala sekolah.
Pria itu menyerahkan sebuah Piala dan juga satu buket bunga pada Kepala sekolah.
"Ini hadiah yang harus kamu terima. Saya ucapkan selamat dan terimakasih karena sudah mampu bertahan diposisi teratas. Saya bangga padamu." ucap sang Kepala sekolah.
Lagi-lagi Renata kembali tersenyum simpul dan menerima piala, serta buket bunga yang diberikan.
Seluruh siswa kembali bersorak dan bertepuk tangan atas kemenangan dirinya.
***
Psikoterapi adalah istilah umum yang merujuk pada suatu prosedur terapi gangguan jiwa dengan cara berkomunikasi.
Psikoterapi bertujuan untuk memahami perasaan diri sendiri dan hal-hal yang menimbulkan kecemasan atau depresi.

Komento sa Aklat (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata