logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

part 25

Kumandang adzan subuh memang tak terdengar dari rumah mewah ini. Itu juga sebab nya aku tak dapat bangun pagi ketika baru sampai di rumah ini. Namun setelah mencoba membiasakan diri, sekarang entah kenapa aku bangun dengan sendiri nya.
Seperti hari ke dua ini. Aku terbangun dan melihat jam yang ada dalam kamar mbak Cantika. Ternyata waktu subuh hampir saja terlewat. Aku turun dari ranjang dan berjalan keluar dengan hati-hati. Takut mbak Cantika terbangun karena ku.
Ku turuni tangga dengan tergesa menuju ruang sholat. Hingga saking terburu-burunya, tanpa sengaja aku menabrak seseorang.
"Maaf...maaf!"ucap ku sambil tertunduk.
"Ngga pa pa. Kamu mau kemana dek? Buru-buru banget?"tanya orang yang ku tabrak yang ternyata adalah mas Bondan.
"Emm... anu mas. Waktu subuh hampir lewat. Bangun kesiangan"jawab ku.
"Kamu liat jam di mana dek?"tanya nya yang membuat ku bingung.
"Di kamar mbak Cantika,"ucap ku.
Dan setelahnya, tawa mas Bondan menggema di seluruh ruangan. Entah kenapa aku sampai bingung juga di buatnya.
"Pantesan. Jangan kuatir dek! Waktu subuh baru masuk. Jam di kamar mbak Cantika memang sengaja di percepat 30 menit. Biasa. Ratu jam karet,"kata mas Bondan dan setelah nya melanjutkan tawanya.
"Beneran mas,"kata ku hampir tak percaya.
"Iya. Yaudah. Sana sholat gih!"ucap mas Bondan.
Ku tinggalkan mas Bondan yang masih tertawa. Segera ku tunaikan kewajiban ku pada sang pencipta. Saat sampai, ku lihat mbok Birah baru selesai dan tengah melipat mukena nya.
"Sholat non?"tanya mbok Birah padaku.
"Iya mbok. Kok ganti non mbok panggil nya?"tanya ku heran.
"Ngga pa pa non. Biar sama sama non Cantika kata mas Bondan,"jawab mbok Birah.
"Oalah gitu. Ngga pa pa mbok sebenernya kalo mbok nyaman nya panggil neng."
"Iya non. Non mau sholat subuh?"
"Ech iya sampek lupa aku. Yang lain udah pada sholat mbok?"
Sudah non. Tadi di imami mas Bondan sekalian."
Aku manggut-manggut mendeengarkan penjelasan mbok Birah. Ku laksanakan 2 raka'at setelah mbok Birah pamit untuk melanjutkan tugas nya.
◇◇◇◇
Aku duduk di meja makan dapur. Ku lihat mbak Lastri sedang mencuci sayuran.
"Sini biar ku bantu mbak,"ucap ku setelah di dekat nya.
"Aduch jangan non! Bisa di marahi nyonya saya nanti. Jangan ya non!"pinta mbak Lastri.
Bahkan saat aku ingin membantu buk Jum pun demikian ucapan nya. Mbok Birah, jangan di tanya. Akhirnya aku menyerah dan hanya duduk diam di meja makan dapur sambil memperhatikan mereka.
"Mbak Tari kemana mbok?"tanya ku saat tak melihat mbak Tari.
"Itu non. Nyapu lantai atas tadi."ucap nya.
Aku pun hanya manggut-manggut mendeengar jawaban mbok Birah. Hingga tiba-tiba mas Bondan muncul dan membuat kami semua terkejut.
"Sudah ku duga. Kamu pasti di sini,"ucap nya yang datang tiba-tiba.
"Iya mas. Ada apa? Mas bikin kami kaget aja,"ucap ku sambil mengusap dada.
"Hahahaha... kamu ini dek. Mas mau ajak jogging. Biar kamu ngga gangguin kerjaan para asisten rumah tangga di sini,"ucap nya.
"Ich, apa'an sich! Siapa yang gangguin coba,"ucap ku sambil memajukan bibir.
"Iya Den Mas. Ajak aja non Tania nya. Supaya ngga sendirian di sini,"ucap buk Jum sambil tertawa di ikuti yang lain.
"Ach, kok kalian gitu siech!"rajuk ku.
"Tu. Mereka aja seneng kok kalo kamu ngga gangguin. Udah ayo! Keburu panas."ucap mas Bondan lagi.
Aku berdiri dan segera mengekori mas Bondan. Namun saat kami telah melewati meja makan keluarga, mas Bondan menatap ku heran.
"Kamu mau jogging pakek baju itu dek?"tanya nya lagi.
"Emang kenapa mas. Ini baru ku ganti waktu mau tidur semalam,"jawab ku polos dan di balas tepukan jidat mas Bondan.
"Astaghfirullah dek. Itu baju tidur cah ayu. Sana ganti kaos sama celana jegging khusus buat olah raga. Jangan lupa pakek hijab nya! Mas ngga mau masuk neraka karna biarin adek mas ngga tutup aurat nya,"ucap nya lagi.
"Aku ngga punya baju yang mas bilang itu. Di tas ku cuma ada kaos aja mas waktu ke sini,"ucap ku pelan.
"Dek. Mama pasti udah belikan perlengkapan buat mu. Cek dulu sono!"ucap nya sambil mendorong bahu ku lembut.
Dengan ragu ku turuti ucapan mas Bondan. Menuju kamar dan membuka lemari pakaian 4 pintu. Mencari apa yang mas Bondan maksud kan tadi. Yang akhirnya ku temukan lengkap dengan hijab olah raga sekalian.
Sepersekian detik aku termangu depan lemari. Dan kemudian kupakai dengan cepat. Tak lupa menggosok gigi dan juga mencuci muka. Tanpa mandi tentunya.
"Ayo mas!"ucap ku pada mas Bondan yang sudah duduk di ruang tamu sambil memainkan ponsel nya.
"Nach, gitu dong! Ada kan? Apa mas bilang,"ucap mas Bondan yang ku jawab dengan senyum.
Akhirnya kami berangkat untuk jogging pagi ini. Mas Bondan mengajak ku lari pagi di taman perumahan mewah ini. Ternyata banyak sekali fasilitas yang di berikan perumahan ini. Bahkan, malah sudah seperti tinggal di hotel saja kalau buat ku.
"Dek. Ayo duduk dulu! Capek mas,"ucap mas Bondan setelah beberapa lama.
"Yaelah mas. Masak baru segitu aja udah capek. Kalah sama perempuan,"ledek ku padanya.
"Iya nich. Kuat banget kamu,"ucap nya.
"Mas lupa darimana aku berasal?"tanya ku.
"Astaghfirullah. Maaf dek. Mas ngga ada maksud untuk..."ucapnya kupotong.
"Ngga pa pa mas. Lagian aku udah biasa di cap miskin juga. Jadi ucapan paling menyakitkan semua sudah pernah ku telan,"ucap ku sambil tertawa.
Mas Bondan berdiri dan mengacak puncak kepala ku yang tertutup jilbab dengan tiba-tiba. Dan entah kenapa rasanya nyaman sekali. Seolah ayah yang melakukan nya.
Kami langsung pulang setelah cukup lama lari pagi di taman itu. Dengan jalan kaki kami pulang ke rumah.
"Mas. Mas ngga merasa gimana gitu waktu tau kalo mama ngangkat aku anak?"tanya ku ragu.
"Hahahahaha... ngga lah dek. Mama itu udah lama bilang mau ngadopsi kamu. Tapi katanya kamu nya ngga mau."jelas nya.
"Emangnya, kenapa mama pengen ngadopsi aku mas?"tanya ku pelan.
"Jadi, mama papa tu pengen punya anak perempuan. Karena rahim mama sudah di angkat setelah melahirkan mas, jadi mama ngga bisa hamil lagi. Selain itu, katanya kamu anak yang baik."
"Kalo ternyata aku bukan anak baik mas?"
"Ya ngga mungkin dek. Mama itu orang nya ngga pernah salah nilai orang. Bahkan tiap kali papa punya rekan bisnis, pasti tanya dulu ke mama gimana orangnya. Dan satu lagi. Sebelum ada kamu, mama jarang ketawa dirumah. Cenderung murung,"
"Ha... masak siech mas?"ucap ku tak percaya.
"Iya. Makanya kita semua seneng banget waktu kamu akhirnya mau di adopsi mama. Dan sebenernya, itu juga alesan mas minta mondok aja. Mas ngga tega liat mama sedih terus?"
"Mas kok gitu siech. Ngga boleh mondok cuman di jadi'in alesan buat ngindarin mama. Ngga baik tau"ucap ku sambil cemberut.
"Ya ngga gitu juga dek. Sebenernya dulu mama ngasih pilihan. Mau mondok apa home shcolling aja. Japi mas pilih mondok. Mana betah mas di kurung di rumah terus."
"Emangnya kenapa mas di kasih pilihan gitu sama mama?"
"Soalnya, mas bandel. Suka balapan sama tawuran. Hahahaha..."jawab mas Bondan.
Aku sampai menganga dan tak sadar itu untuk sepersekian detik. Bagaimana bisa mas Bondan seperti itu. Mas Bondan terlihat anak yang sangat baik dan santun.
"Kenapa? Ngga percaya kan? Jangan salah. Mas ini manusia biasa yang punya keinginan. Apalagi jadi anak anggota dewan. Pasti makin banyak yang nempelin buat manfaatin. Makanya kamu harus banyak syukur kalo nemu orang tulus tanpa pamrih,"ucap mas Bondan.
Aku hanya diam namun dalam hati mengamini ucapan mas Bondan. Obrolan kami terhenti tepat saat sampai di depan gerbang rumah. Pak Yus menyapa dengan ramah saat membukakan pintu gerbang kecil. Di timpali ramah pula oleh maa Bondan. Sedangkan aku hanya menganggukan kepala saja.
Kami masuk rumah dan mendapati seluruh keluarga sedang sarapan pagi. Mas Bondan mengajak ku bergabung dengan mereka. Saat aku bilang akan mandi dulu, mas Bondan bilang tidak usah. Jadilah kami menemui mereka.
Ku cium takzim tangan mama dan papa dan setelahnya duduk di samping mbak Cantika.
"Darimana dek?"tanya mbak Cantika.
"Diajak mas Bondan jogging mbak,"ucap ku.
"Kamu ini mas. Adek nya kan baru sampek sini. Kok udah di ajak jogging aja."protes papa.
"Ngga pa pa kok pa. Saya juga bosan di rumah terus,"kataku pelan.
"Tuch pa! Adek nya aja ngga pa pa kok,"ucap mas Bondan sewot sambil terus duduk di samping papa.
"Sudah jangan berantem! Masih pagi udah mau pada gulat aja. Sarapan ayo! Tania mau sarapan pakek apa?"tanya mama.
"Pakek nasi goreng aja ma"
Mama mengambilkan nasi goreng di piringku. Kemudian, papa mengambilkan ku ayam goreng.
"Makan yang banyak ya,"ucap papa yang ku jawab dengan anggukan kepala.
"Ouw ya mas. Pagi ini, aku mau ngajak Tania ke SMA ku dulu ya. Siapa tau Tania minat sekolah di sana,"ucap mbak Cantika.
"Boleh. Bagus itu. Nanti mas kabari pak Tomo soal kunjungan mu. Sekalian kamu mau nemuim dosen mu itu kan?"ucap papa.
"Iya mas. Jadi mungkin nanti aku sama Tania mau pulang agak sorean. Ngga pa pa kan mbak?"tanya mbak Cantika pada mama.
"Ngga pa pa dong. Jangan capek-capek ya dek! Terus nanti jangan tinggalin Tania sendirian. Takutnya malah kesasar,"ucap mama yang di balas anggukan kepala mbak Cantika.
"Kamu ngga kuliah Bondan?"tanya papa lagi.
"Bentaran lah pa. Masih males juga aku,"ucap mas Bondan sambil mengunyah roti selai nya.
"Kamu ini. Jangan gitu dong! Kamu ini laki-laki lho. Nanti kamu yang akan bertanggung jawab atas keluarga. Jangan seperti ini ach!"ucap mama dengan muka tak senang.
"Tenang ma! Bondan ngga akan kayak dulu-dulu kok. Masih ingat petuah pak kyai di pesantren juga. Cuma untuk saat ini, aku masih pengen belajar memperbaiki sikap aja,"ucap mas Bondan.
"Jangan lama-lama memperbaiki nya! Nanti cepet tua kamu,"ucap papa yang di sambut gelak tawa ssmua nya.
Sarapan pagi dengan seluruh keluarga dan suasana yang hangat. Betapa nyaman nya perasaan ini. Melihat seluruh orang baik di dalam rumah ini, sangat membuat hatiku banyak sekali mengucap rasa syukur. Betapa indah rahasia Tuhan.
◇◇◇◇
Aku memakai setelan kasual. Celana jins, kaos panjang berbahan denim longgar. Sebenarnya, aku ingin tak memakai hijab ku. Karena di kampung pun aku berhijab hanya saat berangkat ke sekolah dan saat ada acara sekolah saja. Namun mengingat ucapan mas Bondan kemarin, membuat ku mengurungkan niat ku untuk membuka hijab ku. Ku kenakan hijab warna senada dengan pakaian ku.
Ku berjalan ke depan cermin dan melihat tampilan ku kini. Bagus. Saat ku kenakan sandal jepit rumah, aku teringat ucapan mas Bondan bahwa mama sudah menyiapkan semua nya.
"Pasti ada sepatu juga. Tapi di mana ya?"ucap ku seolah pada diri sendiri.
Aku membuka lemari ku satu-satu. Tak ku temukan. Hingga pada kolong tempat tidur. Tak juga ku temukan. Hingga akhirnya aku menggunakan sandal jepit rumah yang mama sediakan.
◇◇◇◇
Aku buru-buru keluar kamar karena takut mbag Cantika menunggu terlalu lama. Saat baru keluar, kulihat mbak Cantika juga baru keluar dari kamar nya. Dia berjalan mendatangi ku.
"Udah siap dek?"tanya nya.
"Udah mbak,"jawab ku yang di barengi telisik aneh mbak Cantika saat melihat ku.
"Kamu kok pakek sandal jepit dek?"tanya nya kemudian.
"Aku... ngga bawa sepatu waktu ke sini mbak. Ini pun sendal dari mama,"ucap ku polos sambil terkekeh.
"Pasti kamu ngga tau di mana sepatu mu di simpan ya. Udah ayo!"ucap mbak Cantika seraya menarik tangan ku masuk lahi ke dalam kamar.
Mbak Cantika menuju kursi yang ada di ujung tempat tidur. Di buka nya dudukan atas kursi kotak kayu itu. Mata ku terbelalak begitu melihat isi di dalam nya. Ada banyak pasang sepatu. Mulai dari sepatu fantonfel, sepatu sport dan juga sepatu lain nya yang tak ku tahu jenis nya. Bahkan ada banyak juga sendal dengan aksen hak di bawah nya.
"Ini sepatu kamu dek. Jadi, ini bukan hanya sekadar kursi. Tapi lemari bongkar pasang. Bisa untuk duduk di atas. Bawahnya almari untuk sepatu dan sendal."ucap mbag Cantika menjelaskan.
"Banyak banget mbak,"ucap ku takjub.
"Ini ngga seberapa dek. Nanti kamu akan lebih kaget melihat koleksi sepatu dan baju atau tas orang rumah ini. Hehehe...."ucapnya di iringi tawa.
"Ini banyak banget mbak kalo buat aku,"ucapku lagi.
"Masih banyak punya mbak dek. Udah. Niech, pakek sepatu ini. Biar santai jalan nya,"ucap mbak Cantika seraya menyerahkan sepatu fantovel tanpa hak kepadaku.
Aku menerima dan segera mengenekan nya. Meletak kan sendal jepit di bawah tempat tidur. Sungguh. Aku merasa di anggap hidup di rumah ini.
Setelah masalah sepatu selesai, kulihat mbak Cantika pergi membuka lemari pakaian ku. Ternyata di dalam lemari masih ada tempat rahasia lagi. Dan ketika mbak Cantika membuka dan mengambil tas slempang, aku masih menganga tak percaya di buatnya. Banyak sekali ternyata kejutan di rumah ini.
Kami keluar kamar setelah semua beres. Menuju pintu depan di mana mas Paijo sudah berdiri di samping pintu mobil mewah berwarna putih berstiker kuda poni biru di bagian kaca samping kemudi nya.
Kami masuk ke dalam setelah mas Paijo membukakan pintu untuk kami. Saat aku akan membuka pintu sendiri, mbak Cantika melarang. Katanya, itu sudah masuk dalam tugas sopir.
Mobil yang kami tumpangi melaju di tengah ramai nya kota. Sungguh. Ini pengalaman pertama ku. Dan ini sangat membahagiakan sekali. Semoga kebahagiaan ini tidak akan pernah hilang.
♤♤♤♤

Komento sa Aklat (70)

  • avatar
    RiahMariah

    mantap ❤️

    14d

      0
  • avatar
    ComunitiAfif

    tapi

    27/07

      0
  • avatar
    VitalokaBunga

    aku malas baca

    01/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata