logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 3 : Pertemuan.

Di sisi lain.
Raj baru saja mengantarkan Mala ke rumahnya.
Gadis cantik itu pun turun dari mobil yang kemudian diikuti Raj yang juga turun dari mobilnya.
"Terima kasih Raj, sudah mau traktir kopi dan antar aku pulang. Seharusnya kau tidak perlu seperti ini." ucap Mala sambil malu-malu.
Raj pun tersenyum gemas melihat raut wajah Mala.
"Tidak masalah, aku senang kalau kau senang dan baik-baik saja, Oke. Kalau begitu aku pulang dulu. Kau istirahatlah yang tenang! Sampai ketemu besok."
"Terima kasih sekali lagi." ungkap Mala dengan senyuman manisnya, dan itu berhasil membuat Raj terpana.
"Aku pergi."
"Hati-hati di jalan."
Raj pun menganggukkan kepalanya bersamaan dengan senyumannya yang tampan. Ia sempat menatap Mala sejenak, kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil.
Gadis cantik itu pun kemudian menatap mobil Raj yang melaju meninggalkan dirinya sambil tersenyum malu. Entah kenapa, dia benar-benar merasa bahagia karena bisa bersama dengan orang yang dia suka selama bertahun-tahun dalam diam.
Mala pun kemudian memutar tubuhnya dan masuk ke dalam rumah dengan membawa perasaan yang bahagia. Begitu juga dengan Raj yang menyetir mobilnya sambil tersenyum-senyum sendiri.
***
09.00
Pagi hari
Saat ini Nimisha sedang jalan-jalan sendiri di pinggiran kota, tiba-tiba.
Nimisha di tarik seorang lelaki, dan saat ia melihat lelaki itu. Ternyata dia tidak sendirian.
"Kenapa!? apa yang kalian lakukan??" bentak Nimisha sambil meletakkan kedua tangan di pinggangnya.
"Hei, kau tak pernah berubah ya. Ayolah.... Feminim sedikit kenapa! Kau tuh seorang gadis." ucap lelaki itu kemudian mencolek wajah Nimisha.
"Kau!! selangkah lagi kau deketin aku! Aku kasih nih ke muka mu!" kata Nimisha sambil mengepalkan tangannya ke muka lelaki asing itu.
Para lelaki itu bukannya takut mereka malah tertawa.
"Hei, kau.... Benar-benar menggemaskan ya." kata lelaki itu sambil memegang dagu Nimisha.
'Dukk'
"Aww.." teriak lelaki itu kesakitan.
Ternyata Nimisha menendang barang berharga milik lelaki itu.
"Aku sudah bilang berkali-kali jangan macam-macam sama aku!" ungkap Nimisha tajam.
"Kenapa ... Kenapa kau selalu seperti ini sama aku.... Kenapa kau selalu menghindar dari aku dan lebih memilih lelaki alay itu."
"Apa? lelaki alay? Maksud mu Dev??"
PLAKK!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi lelaki itu.
"Kau!! Bunuh aku dulu baru boleh menghina cowok ku!!"
Saat Nimisha hendak menendang lelaki itu. Seorang lelaki muncul dan langsung menghalangi tindakan Nimisha. Benar, dia tidak lain adalah Dev.
Dev mengangkat tubuh Nimisha menjauh dari lelaki itu, sehingga kaki gadis mungil itu hanya menendang di udara.
"Sayang, apa yang kau lakukan?! Hentikan!" ucap Dev panik dan khawatir.
"Tidak! lepaskan aku! Biarkan aku menghajarnya. Dia sudah berani menghinamu Dev! Aku tidak terima!" ungkap Nimisha masih sambil menendang kakinya di udara.
"Hei, Hei. Hentikan! Jangan! Hentikan sayang!" cegah Dev yang masing menggendong Nimisha.
Tanpa basa-basi ia langsung membawa sang kekasih menjauh sambil menatap tajam lelaki itu.
"Heh, Nimisha-Nimisha. Awas kau ya, sebentar lagi kau bakal nyembah-nyembah minta jadian sama aku." kata lelaki itu sambil memegang ujung bibirnya yang berdarah akibat tamparan Nimisha.
***
Sementara itu Sapna.
Sapna dan Rohit baru saja pulang dari rumah sakit. Rohit, sempat mengajak Sapna ke dokter agar mendapatkan obat. sehabis mengantar sang kekasih berobat.
"Hari ini kamu tidak boleh ngapa-ngapain! Kamu harus istirahat penuh kau mengerti?!" tegas Rohit.
Sapna hanya bisa mengangguk sambil memejamkan matanya karena masih terasa pusing.
"Oohh sayangku...." ungkap Rohit kemudian mencium kening Sapna.
Setelah itu Rohit pun membelai kepala Sapna dengan lembut agar kekasihnya ini bisa tidur dengan nyenyak.
***
08.00
Malam hari
Saat ini Nimisha sedang meminum sebuah kopi di cafe tempat Mala bekerja.
Sedari tadi Nimisja melirik tajam temannya Mala karena perbuatan mereka.
Nimisha juga nampak kesal pada Mala kenapa dia lebih memilih diam bahkan tersenyum.
Jam 9 malam pun tiba. Akhirnya toko cafe tempat kerja Mala pun tutup.
Seperti biasa, saat Mala keluar dan mengunci cafe tempat kerjanya, kembali teman-teman Mala menyiramnya begitu saja.
Nimisha yang berdiri sedari tadi sambil bersandar di tembok cafe tempat Mala kerja pun sangat terkejut. Saat mereka hendak meninggalkan Mala.
"Berhenti!!" teriak Nimisha.
Teman Mala yang berjumlah 4 orang itu pun langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara dengan tatapan terkejut penuh tanya, begitu juga Mala.
Nimisha pun dengan kesal menghampiri para gadis itu.
"Apa kalian tidak punya sopan santun??" kata Nimisha tajam.
"Kau siapa?" tanya salah satu gadis di sana.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Tapi yang pasti! Jawab pertanyaanku! Apa kalian tidak di ajarkan sopan santun!!"
Saat Nimisha hendak mendekati para gadis itu, mendadak langkahnya terhenti lantaran ada seseorang yang menahannya. Dia adalah Mala.
"Sudahlah tidak usah di ladenin. Orang kita tidak kenal juga." kata salah satu gadis lain di sana.
Mereka pun pergi begitu saja.
"Hei!! Kau mau kemana?? kalian benar-benar ya!!" kesal Nimisha sambil menunjuk ke arah para gadis itu.
Mala kembali menahan lengan Nimisha sambil menggelengkan kepalanya. Gadis tomboy itu pun langsung menatap tajam campur heran ke arah Mala.
"Hei nona! Aku tahu kau lebih tua dari mereka! Harusnya kau berani menegur mereka! Mereka tuh seumuran sama aku!!"
"Tidak, sudah.... Aku baik-baik saja. Aku tidak apa-apa." ucap Mala kemudian tersenyum.
"Nona.... Yakin kau baik-baik saja?!" tanya Nimisha.
"Ya, Terima kasih."
"Syukurlah, oh ya. Kenalkan nama ku Nimisha. Nimisha Thakur, tapi panggil saja aku Nimisha. Kalau kau?!" tanya Nimisha sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Mala, Mala Seth." jawabnya sambil menerima uluran tangan Nimisha.
Hingga....
Di saat Mala dan Nimisha sedang asyik mengobrol. Mereka terkejut melihat seorang wanita paruh baya berlari begitu saja.
Tiba-tiba.
Dor! Dor! Dor!
Sebuah peluru menuju ke arah wanita paruh baya itu, namun tidak tepat sasaran. Sontak Mala dan Nimisha bersembunyi dan berlindung.
Namun....
Dor!
Peluru itu tepat mengenai pinggang wanita paruh baya itu.
"Ibu!!" teriak seorang gadis sambil keluar dari mobilnya yang ternyata dia adalah Priya.
Secara tak sengaja Prem dan Priya melintas dan melihat adegan itu. Prem pun keluar dari mobilnya kemudian langsung berlari menghampiri Priya.
Mala dan Nimisha terkejut melihat kejadian didepan mata mereka.
"Ibu ... Ibu ... Bangun bu.... Aku sudah bilang berkali-kali jangan kerja seperti ini lagi! Tapi kau tidak mendengarkan aku ... Ibu...."
Prem mengusap kedua pipinya yang basah akibat air matanya.
Sementara Nimisha dan Mala mencoba melihat dan mencari siapa yang menembak wanita paruh baya itu. Sayangnya, mereka tidak menemukan siapapun.
"Prem, bantu aku bawa ibu ke rumah sakit! Ayo! ayo!"
Prem pun mengangguk kemudian langsung membantu Priya memapah ibu nya masuk ke dalam mobil.
"Aku harap, ibu gadis itu baik-baik saja." kata Nimisha.
"Ya, kau benar. Aku juga berharap ibu itu baik-baik saja. Yaa sudah, kita pergi." ajak Mala.
Nimisha mengangguk sambil tersenyum kemudian dia pun berjalan bersama dengan Mala.
***
Di rumah sakit.
Parvina langsung di bawa ke ruang icu. Prem dan priya berlari di samping tempat tidur dorong sang ibu berada.
"Dokter, tolong ibuku! Tolong selamatkan nyawa ibuku...."
Dokter mengangguk kemudian langsung masuk ke ruang icu.
"Prem, bagaimana ini ... Bagaimana...?"
"Sayang, tenang. Ibumu akan baik-baik saja." hibur Prem kemudian memeluk Priya erat.
***
Beberapa hari kemudian.
Saat ini Rohit sedang duduk di atas kasur bersama dengan Sapna sambil memeluknya.
Kondisi Sapna sudah mulai membaik. Rohit memeluk erat kekasihnya penuh sayang, kemudian mencium keningnya.
Lelaki pemilik tubuh kekar namun tak begitu tinggi itu sudah beberapa hari tinggal di apartemen Sapna.
Itu sebabnya Sapna cepat sembuh juga sekaligus membuktikan kalo Rohit benar-benar cinta padanya.
"Sayang, kau lapar?"
Sapna mengangguk.
"Baiklah, ayo kita cari makan!"
***
09.00
Malam hari
Saat ini Nimisha sedang menarik tangan Dev kemudian memeluk lengannya. Ternyata, Nimisha kembali membawa Dev ke cafe tempat Mala bekerja.
Sesampainya di sana.
Nimisha langsung melihat Mala sedang mengobrol dan tersenyum malu pada seorang lelaki yang tidak lain adalah Raj.
"Hai Mal." sapa Nimisha dengan senyuman.
Sontak Mala dan Raj yang mendengar itu langsung menolehkan kepala mereka ke sumber suara.
"Nimisha." jawab Mala sambil tersenyum sumringah.
"Kau kenal dia?!" tanya Raj yang di jawab anggukan kepala oleh Mala.
"Mal, sesuai janji aku kemarin, kenalin dia cowok ku, Namanya Dev."
Mala dan Dev saling tersenyum.
"Daaann...." tanya Nimisha sambil menatap Raj penasaran.
"Oh, maaf. Aku Rajesh, teman Mala." jawabnya sambil mengulurkan tangan pada Nimisha tapi di sambut oleh Dev.
"Benarkah.... Hanya teman?!" tanya Nimisha menggoda.
Mala dan Raj hanya tersenyum malu sambil salah tingkah.
"Oh ya, Mana mereka?! Apa mereka masih menganggu mu?! Kalau mereka masih mengganggu mu, bilang sama aku! Jangankan para gadis itu, lelaki saja kalah sama aku!" ungkap Nimisha sambil menepuk lengannya.
Hal itu membuat Dev terkejut.
"Hei, Hentikan! Jangan seperti itu! Kau tuh perempuan ingat! Tidak, tidak boleh." larang Dev sedikit tegas.
Nimisha pun langsung memanyunkan bibirnya. Mala dan Raj yang melihat itu langsung tertawa.
"Baiklah, kebetulan kita mau makan malam, kalian mau ikut gabung?!" ajak Raj tiba-tiba.
Dev menatap ke arah Nimisha.
"Boleh kalau tidak keberatan dan tidak menganggu kalian." ungkap Dev.
"Ah, tidak, tidak. Ayo!" ajak Raj kembali dengan senyuman.
Raj dan Mala berjalan terlebih dulu kemudian di ikuti Nimisja dan Dev.
***
Sementara itu Priya.
Saat ini dia sedang duduk di samping ibunya yang baru saja sadar akibat terkena tembakan.
"Ibu ... Aku kan sudah bilang ... Berhenti kerja seperti ini ... Itu akan membahayakan nyawa mu ... Aku tidak mau kehilangan mu ibu...." ucap Priya sambil menahan tangisnya.
Parvina hanya tersenyum tidak bisa menjawab karena kondisinya yang masih lemah.
Cklek.
Pintu ruangan terbuka dan muncul lah Prem.
"Prem, kau datang.." kata Priya.
Prem hanya mengangguk sambil tersenyum kemudian menatap ke arah Parvina. Wanita paruh baya itu hanya mengangguk dan tersenyum.
"Prem, tolong jaga ibu sebentar ya! Aku mau keluar." pinta Priya.
"Kau mau kemana?!" tanya Prem.
"Mau tanya sesuatu mengenai biaya pengobatan ibu. Hanya, sebentar." kata Priya kemudian langsung keluar dari ruangan.
Saat Priya keluar dari ruangan.
"Pre--prem.." kata Parvina pelan.
Prem yang mendengar itu langsung menghampiri calon ibu mertuanya.
"Ya, bu. Katakan!"
"pre--prem. A--aku mau minta to ... long.... To.... long jaga putri ku Priya. A--aku tidak mau dia merasa sendiri. Ka--kalau perlu ba--bawa dia dari si ... ni...."
"Apa maksud ibu?!"
"Pri ... Ya.... di--dia, Sebenarnya Priya...."
Setelah beberapa saat, prem keluar dengan linangan air mata bersamaan Priya muncul.
"Prem, kau kenapa?!"
Prem hanya menatap kekasihnya itu dalam dan sedih. Hatinya hancur saat mendengar cerita ibunya mengenai apa yang sebenarnya terjadi di detik-detik terakhir sebelum akhirnya ia tertembak.
"Kenapa Prem? Katakan apa yang terjadi?!" tanya Priya sambil memegang lengan Prem.
Prem pun kemudian menangis kencang sambil menunduk.

Komento sa Aklat (119)

  • avatar
    AriansyahTegar

    sangat mudah

    1d

      0
  • avatar
    TeaAyanknissa

    sumpah ceritanya real seru banget

    29/04

      0
  • avatar
    SuhestiAde

    kasihan priya yang selalu khawatir akan kehilangan ibu nya

    25/07/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata