logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 2 : I Love You.

Sementara itu Dev dan Nimisha.
Setelah selesai makan nasi Briyani.
"Aaww!" teriak Nimisha sambil memegang perutnya.
Sontak hal itu berhasil membuat Dev terkejut dan langsung melihat ke arah sang kekasih sambil memakan nasi briyani yang terakhir.
"Kenapa.... Perutmu sakit?!" tanya Dev sambil mengunyah nasi di bibirnya yang merah.
Nimisha hanya mengangguk sambil memejamkan matanya.
"Kan aku sudah bilang sayang ... Kamu sih susah di kasih tahunya...." kesal Dev.
"Ta--tapi kan aku suka Dev...." kata Nimisha sambil memanyunkan bibirnya.
Sebenarnya Nimisha adalah seorang gadis yang kuat, tomboy dan jutek sama orang. Tapi dia akan manja kalau bersama dengan Dev.
"Aku tahu, minumlah ini!" suruh Dev sambil memberikan air putih ke Nimisha.
"Tidak mau.... Aku mau es aja Dev." pinta Nimisha.
"Apa?! Tidak boleh! Minum air putih dulu biar hilang pedas sama sakit perut mu! Kali ini nurut sama aku! Kalo tidak nurut, aku tinggal pulang loh!" kata Dev tegas sambil memberikan segelas air putih untuk Nimisha.
Dengan memanyunkan bibirnya, Nimisha pun dengan berat hati meminum gelas yang di berikan Dev. Lelaki yang terbilang cukup tampan itu pun menahan tawanya karena Nimisha memasang wajahnya yang imut.
"Uuuhh lucunya ... Punya siapa sih ini...." ungkap Dev sambil mencubit pipi tembam Nimisha dan Menggemaskan.
Sontak hal itu membuat kepala Nimisha menggelengkan kepalanya. Setelah meminum air putih.
"Dev, Boleh aku tanya sesuatu?"
"Tanya apa." jawab Dev yang penasaran sambil meletakkan gelas di atas meja.
"Kenapa kau mau jadi pacarku? Aku kan orangnya jutek, cuek, jelek. Kenapa Dev? Katakan!"
Dev menatap Nimisha heran sambil menahan senyumnya.
"Lihat dirimu sekarang. tak ada yang namanya cuek, jutek di diri kamu. Kamu tuh orangnya lucu, manja. Itu yang aku suka. Lagian, siapa sih yang bakal suka sama kamu selain aku, hah." ungkap Dev bersamaan dengan mengangkat ke dua alisnya sambil mencubit hidung Nimisha lembut.
"Tapi itu kan bener Dev.... Aku cuek, jutek, keras kepala. Jelek lagi...." ungkap Nimisha kemudian memanyunkan bibirnya.
"Hei, siapa yang bilang kau jelek? Siapa? Sini suruh berhadapan sama aku. Lagian kan kamu cuek ama jutek gitu kalo sama orang lain, sama aku gak. Jadi, bagi ku, kau cantik sayang. Kalau orang inggris bilangnya beautipul." jelas Dev.
"Beautiful Dev ... Beautiful.... Tidak bisa bahasa inggris sok sok-an bisa bahasa linggis, Ehh inggris maksudnya." ungkap Nimisha.
Dev hanya bisa tertawa mendengar perkataan kekasihnya ini. Dia pun kemudian membelai kepala Nimisha dan mencium keningnya dalam.
Namun, Nimisha mendadak terkejut lantaran Dev mencium bibir nya. Ia pun memejamkan mmatanya
Dev melepas ciumannya lantaran ia mendengar rengekan dari sang kekasih.
"Kenapa?"
"Dev... Kau jahat ... Aku jadi kepedesan lagi kan.... Bibir mu merah. I hate this...." ungkap Nimisha sambil memukul manja lengan kiri Dev.
"Maafkan aku...." kata Dev sambil tertawa kemudian mengelap bibir Nimisha yang juga merah menggunakan tisu.
***
Sementara itu Priya.
Dia baru aja sampai di rumahnya.
"Sayang, langsung masuk dan istirahat ya.... Ingat, jangan benci sama ibu mu, kau mengerti?!" pinta Prem sambil menatap wajah sang kekasih dari bawah karena Priya menunduk sedih saat itu.
"Sudah sayang ... Jangan sedih lagi.... Masuklah dan peluk ibu mu. Karena aku yakin itu yang ibu mu inginkan. Jangan marah dan benci sama dia, kau mengerti sayang...?" kata Prem sambil mengangkat kepala Priya dan membelai pipinya.
Prem pun kemudian mencium kening Priya.
"I Love You, Masuklah! Ingat perkataan ku." kata Prem sambil tersenyum lembut.
Priya pun mengangguk kemudian dia keluar dari mobil dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Prem menatap sang kekasihnya dalam sambil tersenyum lembut dari dalam mobil.
Setelah memastikan Priya masuk. Ia pun kemudian melajukan mobilnya langsung dan pergi pulang menuju ke rumahnya.
'Cklek'
Pintu rumah Priya terbuka. Ia langsung melihat ibu nya sedang mondar mandir cemas.
"Ibu...." ucap Priya.
Wanita paruh baya yang bernama Parvani Joshi pun langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Priya.... Kau dari mana saja? Ibu khawatir dan takut nak. Kau baik-baik saja?!" sambil memegang pipi sang anak.
Tak ada suara sedikit pun yang keluar dari mulut Priya. Ia hanya menatap ibu nya dingin tapi kemudian gadis cantik itu pun langsung memeluk sang ibu erat.
Parvani yang merasakan hal itu pun langsung menyambut pelukan putri semata wayangnya.
"Kau kenapa putriku? Kau baik-baik saja kan nak?!" sambil membelai kepala Priya.
Parvani memeluk semakin erat putrinya itu lantaran ia dapat merasakan tubuhnya bergetar diam akibat tangisan.
Di belainya punggung dan kepala sang putri mencoba untuk memenangkan.
"Sudah nak, sudah. Kau kenapa menangis, hm? Apa Prem menyakitimu?!"
"Tidak bu. Aku ... Aku takut kehilangan mu ibu.... Sudah cukup aku kehilangan ayah gara-gara kejadian itu. aku tidak mau kehilangan ibu juga." ungkap Priya sambil menangis.
parvani langsung menahan tangis dengan air matanya yang hampir menetes. Ia pun kemudian memegang pipi putrinya itu dengan tatapan lembut.
"Tidak anakku. Jangan menangis! Ibu baik-baik saja. Sudah, jangan menangis putriku. Jangan menangis."
Mereka pun kembali berpelukan erat dan menangis bersama.
***
Sementara itu Raj dan Mala.
Saat ini mereka sedang meminum sebuah kopi di dekat cafe Mala bekerja. Gadis pemilik wajah tembam dan cantik itu meminum kopinya sambil masih memakai jaket yang di pakaikan Raj tadi.
"Hei, apa kau lapar? Kebetulan di sini juga jual makanan yang enak. Kita beli sekalian ya!" tawar Raj.
"Ah, tidak perlu. terima kasih. Minuman kopi ini sudah cukup bagiku. A--aku baik-baik saja. Aku tadi sudah makan."
"Benarkah?!" tanya Raj tak yakin.
Mala hanya mengangguk kemudian meminum kopinya lagi.
Tanpa mereka sadari ada seorang gadis memperhatikan mereka dari luar kaca cafe. Dia tampak geram melihat Raj bersama dengan wanita lain dan itu tampak mesra.
Raj saat itu selalu berusaha membuat Mala tersenyum dan sesekali membelai kepala dan membenahi rambut gadis yang ia sukai itu. Mala hanya tersenyum malu dan menunduk saat Raj melakukan hal itu.
***
Sementara itu..
"Hei Rohit ... Pulanglah ... Ini sudah malam...." pinta Sapna dengan kondisi lemas karena badannya yang sakit.
Kini, Rohit dan Sapna sudah berada di rumah gadis idamannya itu. Saat ini mereka sedang duduk di meja makan.
"Tidak, aku tidak mau pulang! Kau lagi sakit dan sendirian di rumah. Kalo ada apa-apa sama kamu setelah aku pergi dari sini bagaimana? Tidak! Tidak! Lihat wajahmu pucat sekali. Aku buatkan teh hangat ya ... Tunggu sebentar...." ucap Rohit yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke dapur setelah mencium kening Sapna.
Sementara Sapna dia terduduk lemas sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.
5 menit kemudian.
Rohit muncul sambil membawa segelas teh hangat. Ia melangkahkan kakinya menuju ke Sapna yang sedang duduk di kursi tempat meja makan.
Sapna pun langsung meminum teh buatan kekasihnya itu.
"Apa ini Rohit?!"
"Sup sayur. Aku buatin sedikit sup sayur buat kamu biar lebih enakan lagi. Makan pake nasi ya...." pinta Rohit.
Ternyata, Rohit tak hanya membuatkan teh untuk Sapna. Tetapi, ia juga membuatkan sebuah sup sayur untuk kekasihnya itu.
"Tapi Rohit, aku tidak lapar...." rengek Sapna manja.
"Eh, jangan begitu, Kau harus makan! Wajib hukumnya!" paksa Rohit.
Rohit pun kemudian menyuapi Sapna nasi sup sayur itu hingga abis. lalu dilanjut menyuapi teh hangat yang ia buat untuk di minum. setelah meminum teh itu, ia pun menuntun Sapna menuju ke kamarnya untuk beristirahat.
Sesampainya di kamar.
"Dimana obatmu?"
"Di laci Rohit."
Rohit pun mengambilkan obat untuk Sapna setelah itu dia menyentuh dahi kekasihnya yang masih panas. Sapna pun kemudian meminum obatnya.
Rohit menyelimuti Sapna lalu mencium keningnya. Ia pun kemudian tidur tepat di sebelah Sapna sambil memeluknya agar tubuh sang pujaan hatinya itu semakin hangat. Hingga, mereka pun tidur bersama sambil berpelukan.
***
02.00
Dini hari
Priya terbangun karena mendengar suara ibunya.
"Hei! Apa kau tahu ini jam berapa!?"
Mendengar perkataan itu, ia langsung beranjak dari tempat tidurnya dan berlari keluar kamar. Kini, Priya sedang berdiri di atas lantai dua memperhatikan ibunya yang sedang menerima sebuah telepon entah dari siapa.
"Aku di rumah hanya berdua dengan Priya. Kau tahu kan aku tidak bisa meninggalkan anak semata wayangku sendirian!?" cecar Parvani.
"Baiklah ... Baiklah.... Aku berangkat sekarang!" lanjut Parvani yang langsung bersiap untuk pergi.
Priya melihat ibunya sempat mengambil pistol di dalam sebuah laci kemudian di letakkan di sela celananya. Setelah itu sang ibu pun berlari keluar rumah dengan pakaian layaknya seorang lelaki.
"Ibu.... Kenapa ibu tidak berhenti saja? Aku tidak mau kehilangan ibu seperti aku kehilangan ayah...." batin Priya sambil menangis.

Komento sa Aklat (119)

  • avatar
    AriansyahTegar

    sangat mudah

    1d

      0
  • avatar
    TeaAyanknissa

    sumpah ceritanya real seru banget

    29/04

      0
  • avatar
    SuhestiAde

    kasihan priya yang selalu khawatir akan kehilangan ibu nya

    25/07/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata