logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

BASAH KUYUP

Sudah lebih dari lima belas menit Flo berada di depan pintu rumah Axel, sudah berkali-kali Flo menekan bel, tapi tetap saja tidak ada yang membukakan pintu untuknya.
Terdengar handphone miliknya berbunyi, ada panggilan masuk. Dengan segera Flo menjawab panggilan itu.
"Halo."
"Flo, kamu udah dimana?"
"Aku udah di depan rumah mah."
"Maafin Mamah sayang, Mamah lagi ke pasar."
"Oh gitu, pantesan aja dari tadi Flo tekan bel, gak ada yang bukain pintu."
"Apa? Jadi kamu masih di luar sekarang?"
"Iya Mah."
"Tapi Axel ada di rumah Flo. Kamu tekan aja terus belnya, nanti dia pasti bukain pintunya kok. "
"Ya sudah Mah, aku coba lagi ya."
"Iya Flo, beEntar lagi Mamah pulang kok. Bye Flo.”
"Bye Mah, hati-hati."
Flo mengakhiri percakapannya dengan Ambar, dan kembali menekan bel.
Ting tong! Ting tong!
Ting tong! Ting tong!
Ting tong! Ting tong!
Lain halnya dengan Axel, dia masih tertidur pulas.
Merasa terganggu dengan bunyi bel yang berkali-kali berbunyi, membuat Axel terpaksa bangkit dari tidurnya. Dia menggeram.
"Siapa sih yang datang pagi-pagi gini!" gerutunya dengan raut wajah yang sangat kesal.
Axel keluar dari dalam kamarnya berjalan menuruni tiap anak tangga dari lantai dua.
Tiba di lantai dasar, masih dengan wajah kesalnya Axel berjalan menuju pintu. Dia menyingkapkan sedikit kain gorden untuk melihat siapa yang sudah mengganggu tidurnya.
Sontak matanya melebar melihat siapa yang ada di luar. Axel mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.
"Kenapa dia terus yang ganggu ketenangan gua!" geramnya dalam hati.
Saat Axel ingin memutar kunci, tiba-tiba gerakannya terhenti. Dia terlihat sedang berpikir. Dan kemudian Axel tersenyum sinis.
"Lu udah ganggu ketenangan hidup gua, dan sekarang lu ganggu tidur gua. Lihat aja apa yang akan gua lakuin!" bisik Axel dalam hatinya, dengan smirk yang menyeramkan.
Axel meninggalkan pintu, dan dia berjalan menuju kamarnya.
Di luar Flo masih tetap setia menekan bel.
"Duh, Axel kemana sih. Kok lama banget buka pintunya." Flo menjadi kesal karena sudah terlalu lama menunggu.
Handphonenya kembali berbunyi. Dengan segera Flo menjawab panggilan setelah melihat siapa pemanggilnya.
"Halo Xel, kamu dimana? Bukain pintunya dong. Aku udah lama di luar."
"Lu ganggu tidur gua tau gak! Lu buka sendiri aja!"
"Tapi aku ga punya kuncinya Xel."
"Ya udah nih kuncinya gua lempar dari balkon atas. Lu berdiri di bawah balkon."
Mendengar ucapan Axel, Flo mengernyit.
"Tumben ngomongnya halus," batin Flo.
"Oh ya udah kamu lempar aja. Aku udah di bawah balkon." Flo berjalan ke arah balkon.
Flo melihat Axel berdiri di balkon.
"Mana kuncinya?" tanya Flo.
"Tunggu sebeEntar!" jawab Axel dan kemudian dia masuk ke dalam kamarnya.
"Ini!" Axel setengah berteriak dari atas.
Mendengar itu Flo mendongak ke arah balkon melihat Axel.
Byurr!!
Bukan kunci yang diberikan oleh Axel, malah Ia mengguyur Flo dengan seember air dari atas balkon dan Flo menjadi basah kuyup.
"Lu apa-apaan sih Xel?!" Flo setengah berteriak dengan raut wajah kesalnya.
Sekarang dia tidak menggunakan kata aku kamu lagi, karena dia benar-benar kesal dengan Axel. Sedangkan, Axel hanya tersenyum sinis dari atas balkon.
"Itu pelajaran pertama buat lu. Tapi jangan khawatir masih banyak pelajaran lainnya yang gua sediain untuk lu!" ucap Axel dengam smirk yang menyeramkan.
Plookk!
Axel melemparkan kunci tepat di kepala Flo.
"Axel brengsek tau gak!" -ekik Flo dan kemudian mengusap kepalanya yang terasa sakit.
"Uppss sorry, gua sengaja!" ucap Axel dengan santainya tanpa merasa bersalah dengan apa yang sudah Ia lakukan.
Wajah Flo menjadi merah padam. Dia marah. Tentu saja dia marah, coba bayangkan jika kalian yang ada di posisinya sekarang, apa yang akan kalian lakukan?
Flo tidak mengambil kunci yang terjatuh tepat di bawah kakinya. Dia malah berjalan keluar meninggalkan rumah Axel.
Axel hanya mengedikkan bahunya tanda tidak peduli dengan Flo yang sudah berada di luar gerbang rumahnya dan memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar, menyambung tidurnya kembali.
"Axel sialan!!"
Gadis itu berteriak di jalan yang masih di dalam komplek perumahan Ambar. Dia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang melihat ke arahnya.
Terserah mereka mau bilang apa, yang penting rasa kesal yang ada di hatiku bisa berkurang sedikit.
Dia keluar komplek, dan berdiri tepat di bawah pohon di pinggir jalan lalu menghentikan taksi yang lewat. Satu taksi berhenti tepat di sampingnya.
"Pak, anterin saya ke apartemen Tree Lakeside ya!" ucapnya yang kemudian berjalan menuju pintu penumpang.
"Ehh tunggu tunggu Mbak!" Flo menghentikan langkahnya mendengar ucapan supir taksi.
"Ada apa Pak?" tanyanya yang sedikit bingung."
"Dalam keadaan seperti ini Mbak mau naik taksi saya? Tidak! Tidak, bisa-bisa nanti kursi taksi saya basah semua!"
"Tapi Pak, saya akan bayar-“ Belum sempat dia menyelesaikan ucapanku taksinya sudah pergi.
"Ih nyebelin!" Flo setengah berteriak dengan menghentak-hentakkan kakinya.
"Ini semua karena Axel! Awas aja! Aku balas kamu Axel!" pekiknya dengan kesal.
Kenapa sih semua orang itu menyebalkan? Ingin rasanya Flo mencakar cakar wajah Axel, lihat saja nanti, dia akan benar-benar membalasnya.
"Terus aku pulangnya gimana dong?" tanyanya entah pada siapa.
Arrggghh! Ingin rasanya Flo meneriaki di depan wajah pria itu, mengatakan jika dia sangat membencinya.
Flora menyadarkan punggungnya pada batang pohon yang ada di pinggir jalan, menatap kendaraan yang berlalu lalang. Sudah lebih dari dua taksi yang dia hentikan, tapi semua menolak mengantarnya.
Alasannya sama seperti yang pertama tadi.
Bajunya yang basah kuyup, belum juga kering, Sementara Flo sudah sedikit kedinginan. Tubuhnya merosot ke bawah hingga dia terduduk di atas akar pohon di pinggir trotoar jalan.
"Nasib aku malang banget ya?" bisiknya pada diri sendiri.
Flo menatap langit yang tidak terlalu terang namun tidak juga mendung. Awan putih yang seakan menari-nari, aku menatap lekat pada awan itu. Seketika kumpulan awan itu berubah menjadi wajah Axel yang sangat menyebalkan, dia seperti menertawakan Flora.
Gadis itu menatap tajam wajah Axel,"tunggu saja pembalasanku Axel!" geramnya dalam hati.
Ingin rasanya dia melemparkan sepatu ini ke wajah menyebalkan itu.
Flo duduk di bawah pohon di pinggir trotoar. Matanya menatap tajam ke arah langit, entah apa yang sedang ia pikirkan. Seolah-olah ia ingin melenyapkan awan awan itu. Bibirnya yang bergerak-gerak tidak jelas seperti itu membuat siapa saja yang melihatnya beranggapan bahwa dia sedang kerasukan jin penunggu pohon itu.
Sebuah mobil berhenti tepat sisi jalan. Terlihat pemilik mobil menekan klakson beberapa kali.
Tin! Tin!
Tapi itu tetap tidak membuyarkan lamunan Flo. Pemilik mobil itu keluar dari dalam mobilnya, dia Kevin.
Kevin menghampiri Flo yang masih tetap seperti posisi semula.
"Flo, Flora!" Kevin melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Flo, namun tetap saja gadis itu tidak sadar akan kehadiran Kevin.
Kevin terlihat bingung, lalu dia berjongkok di samping gadis itu.
"Flora!!!" pekik Kevin tepat di telinga Flo.
Pekikan itu sontak membuat Flo terbangun dari lamunannya dan reflek tangannya memukul wajah seseorang yang mengagetkannya itu.
Bugghh!
"Axel sialan!!!" Suara pukulan itu bersamaan dengan pekikan dari Flo.
Karena terlalu kaget Flo yang sibuk dengan pikirannya terhadap Axel, mengira bahwa yang mengagetkannya itu ialah Axel.
"Uugghh!!".Kevin mengaduh kesakitan ketika pukulan Flo berhasil mendarat tepat di wajahnya. Setelah sadar dan melihat siapa yang ada di sebelahnya, mata Flo melebar.
"Kevin! Ngapain kamu di sini?!"
"Akhh, kamu apa-apaan sih Flo!" Kevin menangkup pipinya sendiri tepat pada bagian yang di tonjok oleh Flo tadi.
"Ehh, ehh kok jadi kamu yang kena tonjok sih? Bukannya si manusia es tadi?" Flo terlihat kebingungan, kenapa bisa ada Kevin di hadapannya? Sementara yang ia bayangkan tadi adalah wajah Axel.
"Manusia es apaan sih. Sakit nih! Kamu kenapa sih, kerasukan penunggu pohon ini!" ketus Kevin.
"Maaf Vin, maaf-aku ga ksengaja." Flo menyentuh pipi Kevin, membuat yang empunya meringis kesakitan.
"Sakit banget ya?" Flo menjadi merasa bersalah pada Kevin.
"Udah, udah. Gak apa-apa. Tapi ceritain ke aku, kenapa kamu ada di sini? Dan, kenapa kamu basah kuyup gini?" Kevin terlihat sangat khawatir.
"Engg-mm-ehh, itu. Tadi ada hujan lokal di sana!” gugup Flo. Dia tidak ingin menceritakan apapun yang dia alami pada orang lain. Cukup hanya dia yang tahu.
Mendengar penuturan Flo, Kevin mengernyit.
"Hujan lokal? Dimana? Gak ada hujan di sekitar sini." Menyadari kebohongannya, dengan cepat Flo mengalihkan pembicaraan.
"Eeh, gak usah di pikirin deh. Kamu maukan nganter aku pulang? Dingin nih!" ucap Flo dengan wajah yang sedikit memohon.
Kevin masih merasa sedikit penasaran terhadap Flo, kenapa bisa dia basah kuyup seperti ini Sementara tidak ada hujan ataupun gerimis di sekitar sini. Tapi rasa tidak teganya jauh lebih besar di banding rasa penasarannya.
"Ya sudah. Ayo aku aEntar pulang." Kevin berdiri dan mengulurkan tangannya pada Flo dan di sambut dengan senyuman manis.
Di dalam mobil mereka berbincang-bincang, sepertinya mereka sudah terlihat akrab.
"Kok bisa sih kamu lewat sana Vin?" tanya Flo.
"Kenapa? Gak bisa? Lagian itukan jalanan umum Flo,” jawab Kevin seadanya.
"yIa aku tau, itu jalanan umum!” ucap Flo seadanya juga, dan itu membuat Kevin tertawa kecil.
"Rumahku di sana Flo," kata Kevin dengan pandangan yang lurus ke depan.
"Ehh, tapi bukannya kamu tinggal di apartemen ya?" Flo mengubah posisi duduknya menghadap pada Kevin.
"Bukan. Kamu kira aku tinggal di apartemen?" tanya Kevin balik.
"Iya, habisnya aku selalu ketemu kamu di apartemenkan?" Posisi Flo masih tetap seperti tadi, menatap Kevin yang fokus menyetir.
"Bukan. Yang tinggal di apartemen itu sahabat aku." Kevin dan melirik ke arah Flo sebeEntar dna tersenyum, lalu fokus kembali pada jalanan di hadapannya.
Flo mengerutkan keningnya, seperti orang sedang berpikir.
"Mmm, Dokter Reza?" tanya Flo.
"Bukan. Namanya Yoga, dia Dokter juga sama seperti Reza. Kami lebih sering ngumpul di apartemennya Yoga. Bukan cuma ngumpul doang sih, tepatnya lebih sering nginap di sana!" ucap Kevin panjang lebar dan hanya di tanggapi oleh Flo dengan mulutnya yang berbentuk huruf O.
"Sahabat kamu dua-duanya Dokter. Kenapa kamu gak jadi Dokter sekalian? EEntar bisa buat grup Trio Dokter sehati!" ucap Flo kemudian memberi usul dengan polosnya.
Kevin tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha. Kamu ada -da aja ya. Minat tiap orang itu berbeda-beda Flo. Aku ga terlalu suka dengan profesi sebagai Dokter, aku lebih suka memimpin,” jawab Kevin, dengan terus fokus pada pandangannya di depan.
"Iya sih," gumam Flo pada akhirnya.
Setelah mengantarkan Flo, Kevin langsung pamit untuk pergi, karena ada urusan mendadak. Flo memasuki gedung apartemennya dengan cepat, sebelum banyak orang yang bertanya mengapa dia basah.
••••••••

Komento sa Aklat (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    3d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata