logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

SURAT MISTERIUS

Hari sabtu seperti ini biasa Flo akan tidur sepuasnya, memanfaatkan hari libur. Terlihat dia sedang menendang-nendang selimut yang ia pakai.
"Eugghh! Hoam!"
Flo meregangkan otot-otot tubuhnya karena terasa kaku. Dia duduk di atas kasur. Matanya masih merem melek.
Kesadarannya belum seutuhnya. Dia menggaruk leher yang terasa gatal. Lalu melirik jam dinding yang tergantung tepat di atas pintu.
Terlihat jarum panjang menunjuk ke angka sembilan dan jarum pendek ke angka delapan. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan segera berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Empat puluh lima menit kemudian
Flo keluar dari kamarnya dengan memakai celana jogger yang bertuliskan Adidas di bagian pinggir pahanya dan kaos berbahan sintetis berwarna biru muda. Rambutnya yang di gelung asal-asalan.
Flo berjalan menuju dapur membuka lemari es, mengambil air putih yang selalu dia simpan ke dalam botol air minumnya.
Dia berjalan menuju pantry dengan air dingin yang di tangannya lalu duduk di kursi.
"Aku mau ngapain ya?" tanyanya dalam hati dengan ekspresi yang sedang berpikir.
"Bersih-bersih dulu aja kali ya!” sambungnya dalam hati.
Hal yang belum kalian ketahui Flo adalah orang yang sangat perfeksionis dan sangat benci dengan namanya debu dan tempat yang berantakan.
Flo bangkit dari duduknya, mengambil sapu dan menyapu seluruh ruangan, mulai dari kamar-kamar, ruang tamu, ruang santai sampai ke dapur.
Kemudian dia berdiri tepat di depan sebuah kamar yang terkunci rapat. Selama dia tinggal di apartemen ini belum pernah ia membuka ruangan itu.
Dengan perlahan dia memutar knop pintu.
"Oh, ternyata gudang?" ucapnya pada dirinya sendiri.
Ya, ruangan itu adalah gudang, terlihat dari barang barang yang tidak terpakai tertata rapi di dalam sana.
Perlahan Flo memasukinya. Pandangannya mengitari tiap sudut ruangan. Ada kursi, kardus kardus besar, dan sebuah lemari yang berdiri di sisi sebelah kiri pintu. Lemari kayu yang sudah terlihat usang namun masih kokoh.
Matanya tertuju pada bagian atas lemari, seketika wajahnya berbinar melihat benda yang ada di sana. Sebuah gitar berwarna hitam tersimpan rapi di sana.
Flo berjalan mendekati lemari itu. Dia berjinjit untuk menggapai gagang gitar, tahulah derita orang pendek seperti apa.
Sesekali dia mendengus kesal karena tidak kunjung dapat meraih benda itu.
"Mamah kenapa sih putrimu ini pendek? Padahal Ayah dan Mamah tinggi!" ucapnya dengan wajah yang sangat kesal.
Untuk sekian kalinya dia berjinjit menggapai gitar itu, dan akhirnya berhasil.
"Yes!" pekiknya kegirangan.
Dia menarik perlahan gitar itu, tapi terasa berat. Merasa jengkel, Flo menghentakkan gitar itu dan kemudian menariknya dengan kuat.
Brak!
Semua benda yang ada di atas lemari terjatuh ke lantai. Untung saja gitar itu tidak rusak atau lecet.
"Akh sialan!!" umpatnya dengan pelan.
Gitar yang sudah berhasil di ambil, diletakkan di sebelah lemari. Flo berjongkok di depan map-map yang terjatuh dari atas lemari tadi.
Dengan telaten dia merapikan semua benda-benda itu. Tapi gerakannya terhenti ketika melihat kotak kecil berwarna hitam.
Flo meletakkan map-map yang ditangannya ke atas lantai. Lalu menggapai kotak itu, ditiupnya bagian atas kotak itu karena penuh dengan debu.
"Uhuk! Uhuk!" Dia sampai terbatuk-batuk.
Perlahan Flo membuka kotak itu, dan kemudian keningnya berkerut melihat isi di dalam benda itu.Beberapa amplop berwarna merah dan hitam.
Flo mengambil amplop itu, membalikkannya beberapa kali.
"Kayak pernah lihat. Tapi dimana?" tanyanya yang berbicara sendiri.
Seketika matanya melotot lebar, sepertinya dia mengingat dimana dia melihat amplop itu.
"Inikan sama seperti amplop yang di loker itu." Flo segera membuka isi amplop itu, terdapat kertas putih yang terlipat rapi.
"Surat?" gumamnya, seketika perasaan dia menjadi tidak enak. Merasa ada yang aneh dengan surat itu. dan dia mulai membacanya.
Semuanya akan dimulai! Tunggu saja!!
Hanya itu yang tertulis di dalam kertas beramplop warna merah itu. Flo membuka amplop yang lain. Yang berwarna hitam. Kembali dia menemukan kertas putih dan tulisan
Siapkan air matamu Ambar!!
Flo membuka amplop yang lain berwarna hitam juga
Akan kurenggut kebahagiaan Mu!
Flo membuka amplop berwarna merah.
Matilah kau Robert!!
Dia benar-benar terkejut membaca isi surat itu. Lalu membuka surat yang lain.
Ajalmu akan segera tiba!!!
"Apa apaan ini? " tanya Flo pada dirinya sendiri.
Amplop berwarna merah. Flo membukanya.
Hari ini, hari terakhirmu melihat suami dan anak-anakmu. Puaskanlah untuk melihat mereka selama mereka masih bernafas. Besok kau akan melihat mereka tak bernafas lagi!
Selamat menikmati penderitaanmu Ambar!!
Rasanya biji mata Flo ingin keluar saja saat membaca isi surat itu. Mulutnya menganga lebar. Jantungnya berdetak kencang.
"Apa maksud semua ini?"
Amplop terakhir berwarna hitam. Dengan cepat Flo membukanya.
Ternyata nafas putramu yang satu itu masih panjang ya, ooo baiklah, kuberikan kau waktu untuk bersama dengan putramu itu. Tapi berhati hatilah, tanpa kau ketahui nanti aku akan kembali, akan kuhabisi nyawa putra tersayangmu AXEL FRINANDRA KUSUMA, kau hanya tinggal menunggu! Tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya lagi!!
Flo tertunduk lemas. Tangannya meremas kertas itu dengan sangat kuat.
"Axel dalam bahaya., bisiknya dalam hati.
Dia menegakkan kepalanya. Dan mengumpulkan semua surat dan amplop itu, dia berlari kecil menuju kamarnya.
Dia membuka laci di bawah meja rias, mengambil amplop berwarna hitam dan kemudian dia duduk di atas lantai. Dia letakkan surat surat itu dihadapannya. Menatanya dengan rapi.
"Tulisannya sama??" Flo membandingkan tulisan yang ada di kertas itu satu persatu.
Raut wajahnya tidak bisa diartikan lagi. AAntara, terkejut, bingung, takut, khawatir, marah dan sedih.
Matanya melotot menyadari satu hal yang tidak ia perhatikan sedari tadi.
Di bagian bawah tiap surat ada tulisan ralat bukan tulisan tapi huruf, hanya satu huruf di setiap surat. Flo membariskan tiap helai kertas.
Surat pertama P.
Surat kedua A.
Surat ketiga Y.
Surat keempat R.
Surat kelima G.
Surat keenam O.
Surat ketujuh O.
Surat kedelapan B.
Flo bingung tidak tau apa maksud dari tulisan itu. Dia tidak tahu urutan pertama dari surat itu. Karena tadi dia membukanya secara random.
Flo berdiri, dan berjalan mondar-mandir, dia terlihat sangat gelisah.
Tangannya yang dilipat di depan dada, kadang keningnya berkerut seperti orang yang sedang berpikir keras. Sesekali dia mengusap tengkuknya.
Flo berjalan ke arah kasur, dan duduk di pinggir, dengan kaki yang terjuntai ke lantai.
"Tulisannya sama. Berarti yang mengirimnya adalah orang yang sama!" Flo berbicara sendiri, jarinya mengetuk ngetuk kening.
"Ini teror. Di tujukan untuk keluarga tante Ambar. Berarti kematian Om Robert di sengaja?”
Mata Flo melebar, dia benar-benar terkejut mendengar kesimpulannya sendiri.
"Di sengaja?" Flo mengulangi ucapannya.
"Berarti Om Robert dibunuh?" Flora tiba-tiba berdiri, dia benar-benar syok.
"Ya Tuhan. Pembunuhan? Dan-dan, Axel target selanjutnya?" Dia berjalan kesana kemari.
"Nggak! Ini gak boleh terjadi!! Aku harus menyelidiki ini. Aku harus cari tau siapa dalang dari semua ini." Flo berhenti. Dan mengepalkan tangannya.
"Ya, aku harus cari tau kebenaran yang sebenarnya! Aku harus melindungi Axel dan Tante Ambar. Harus!!"
Flo mengumpulkan semua surat itu dan menyimpannya di dalam lemari.
Tidak ada yang tahu apa yang akan di hadapinya di hari depan. Dia membuat dirinya dalam bahaya.
••••••••••

Komento sa Aklat (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    3d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata