logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

MENOLONG FLORA

Ini yang paling di benci oleh Flo. Dia paling tidak suka di kasihani. Rasanya, dia seperti orang lemah jika sampai ada yang mengasihaninya.
Melihat sikap Dave dan Nela padanya. Membuat dia jengkel. Dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang-orang. Apalagi Axel yang sejak tadi memeprhatikan dia dari kejauhan.
Bahkan pria itu tidak merasa bersalah sama sekali.
"Kalian tenang aja. Aku benar gak apa-apa kok." Flo tetap berkeras mengatakan dia baik-baik saja. Padahal kenyataannya tidak sama sekali. Wajahnya terlihat pucat dan dia semakin lemas.
Flo melepaskan cengkraman tangan Dave, dan pergi berjalan tertatih tatih meninggalkan kantin.
Axel, Alex, Albert, Nela dan Dave masih terpaku di tempat semula. Mereka menatap Flo yang berjalan seperti siput. Langkah kaki yang sangat di paksakan.
Tiba-tiba, dari arah depan Shera berjalan, dia melihat Flora. Dan terpikir ingin melakukan sesuatu.
"Ini kan cewek udik yang udah nabrak gua kemarin?" tanya Shera dalam hati, "gua akan kasih dia pelajaran!" bisiknya dengan senyum setan.
Shera berjalan cepat, dia sengaja menabrakkan diri pada Flo yang berjalan tertatih-tatih. Flora yang tidak dalam keadaan baik-baik saja, langsung terjatuh dan terduduk di atas ubin.
Dia meringis kesakitan, memegangi lengan dan juga bokongnya yang terasa nyeri.
Shera berjongkok di hadapan Flo, lalu menatap wajah kesakitan gadis itu dengan senang.
Plak!
Shera memukul luka yang ada di tangan Flo dan itu membuatnya memekik kesakitan, kembali darah keluar. Terlihat dari kain kasa yang basah dan memerah.
“Akh!”
"Sakit ya?" tanya Shera dengan wajah seperti setan, bukan merasa bersalah atau kasihan dia malah terlihat sangat senang.
Menyadari apa yang terjadi, Axel menggeram menahan amarah. Apalagi dengan sangat jelas dia melihat Shera terang-terangan melukai Flora.
Dia berjalan menghampiri mereka berdua, sampai Alex dan Albert keheranan.
"Lu apa-apaan sih?!" bentak Axel, sampai membuat Shera terkejut dan terlonjak dari duduk.
"Xel, kamu kenapa jadi belaiin cewek udik ini sih!" protes Shera yang tidak terima.
"Lu yang kenapa! Mata lu buta! Gak lihat dia lagi luka?!"
Flo tidak mempedulikan apa yang terjadi di hadapannya. Dia terus meringis kesakitan dan memegangi lukanya yang sudah berdarah dengan mata yang terpejam.
Sementara teman-temannya yang lain, tampak terkejut. Mereka tidak pernah melihat Axel seperti ini.
Menyadari Flo semakin kesakitan, Axel segera mengangkat Flo dan membawanya ke ruang kesehatan Alex dan Albert ikut menyusul Axel.
"Kalau Flo sampai kenapa-kenapa awas lu!" Dave mengancam Shera yang sudah berdiri.
"Awas lu ya nenek sihir!" Nela memberikan tatapan tajam pada Shera yang menunjuk tepat di depan wajah gadis itu. Lalu dia pergi menyusul Dave yang sudah melangkah.
Mendapat ancaman bertubi-tubi, seketika Shera menjadi semakin marah. Dia menggeram penuh emosi.
"Awas lo cewek udik! Gue akan kasih pelajaran!" Dia berbicara pada dirinya sendiri.
Sampai di ruang kesehatan, luka Flo kembali dibersihkan oleh perawat yang ada di sana. Setelah lukanya dibalut kembali, perawat itu meninggalkan Flo bersama Axel yang sedari tadi menunggunya.
"Makasih udah nolongin aku." Flo membuka suara setelah mereka diam beberapa saat. Dia menatap Axel yang masih saja memandang dia dengan datar.
"Gua minta maaf." Ucapan Axel yang membuat Flo mengernyit.
"Untuk apa?"
"Karena tadi udah ninggalin lu." Wajah Axel masih datar tanpa ekspresi.
Flo tersenyum simpul, dia menurunkan kedua kakinya hingga menggantung di atas brankard.
"Gak perlu minta maaf, kamu gak salah."
Pria itu mengerutkan keningnya, bagaimana bisa dia katakan bahwa Axel tidak salah? Jika dia tidak meninggalkan Flo di pinggir jalan, ini tidak akan terjadi bukan?
Flo turun dari brankar, dengan sangat hati-hati karena kakinya masih sakit.
Axel kebingungan, dia ingin menahan Flo karena tubuhnya masih lemah. Tapi niatnya itu di batalkan karena dia tidak ingin, Flo merasa bahwa Axel sudah menerima dia dalam hidupnya.
Flo berjalan perlahan, membuka pintu ruang kesehatan. Dia kaget melihat wajah Albert dan Alex yang sedang menyengir di hadapannya.
Mereka sedang menguping.
"Loh Flo, mau kemana? Kamu istirahat aja deh!" Suara Nela dari arah belakang.
"Masuk lagi terus istirahat!" perintah Dave pada Flo.
Flo mendengus.
"Aku baik-baik aja. Ini cuma luka ringan doang kok." Flo berusaha meyakinkan Dave dan Nela.
"Yakin?" tanya Albert yang ikut nimbrung dengan percakapan mereka.
"Iya. Kalau gak baik-baik aja, gak mungkin aku ada di sini kan?" Flo menatap mereka satu-satu.
"Iya sih. Tapi ceritain ke kita gimana bisa lu luka kayak gini?" Mendengar pertanyaan Alex mereka bertiga mengangguk bersamaan, tanda setuju, bersiap untuk mendengar cerita dari Flora.
"Mmm itu, tadi aku guling-guling di jalan."
Mendengar jawaban Flo, mereka memicingkan mata terhadap Flo. Berbeda dengan Dave yang memandangnya dengan datar.
Flo tertawa cengengesan, dia tahu teman-temannya itu memang tidak akan percaya dengan ucapannya.
"Ok, oke. Aku cerita!” ucap dia pada akhirnya, “jadi gini ceritanya. Tadi di tengah jalan-" Flo menggantungkan ucapannya.
Sementara mereka berempat sudah tampak serius, bersiap untuk mendengar cerita Flora.
"Aku berantem dan cakar-cakaran sama kucing, karena gak sengaja nyolek jantannya. Jadi, istrinya marah sama aku,” ucap Flo dengan santai, seolah menganggap ceritanya benar-benar terjadi.
Mendengar jawaban Flo, mereka berempat memasang wajah yang sangat datar tanpa ekspresi. Flora samapi tertawa geli melihat ekspresi mereka.
"Udah ah! Gak usah dibahas. Lagian aku udah baikan kok. Dulan ke kelas ya!" pamit Flo pada mereka.
Melihat Flo yang melangkah tertatih, Nela langsung menyusulnya.
"Flo! Tunggu!" Dia menuntun jalan Flo dan Dave berjalan di sebelah kiri.
Axel keluar dari dalam ruang kesehatan setelah Flo menjauh. Dan kedua temannya itu menyadari kehadirannya.
"Astaga Axel, gua kira pocong serius!" ucap Albert yang mengelus dadanya.
"Ck, ngapain lu berdua di sini?'' dia menatap sinis pada keduanya.
"Kita khawatir sama calon istri lu bro."
"Sekali lagi lu ngomong gitu. Gua gantungin lu di atas pohon! " sengit Axel yang kesal pada ucapan Albert.
Albert mencebikkan bibirnya, namun juga mengulum tawa.
"Menurut gua, Flo itu cewek baik-baik men." Alex menatap punggung Flo yang semakin menjauh dan di tuntun oleh Nela.
Melihat wajah polos gadis itu, dia semakin yakin kalau Flo adalah orang baik. Tidak seperti tuduhan Axel.
"Ck, baik? Baik darimananya? Paling itu akal-akalannya doang! Biar bisa narik perhatian gua! Tapi itu gak akan mungkin terjadi!" ucap Axel dengan wajah datarnya.
"Maksud lu. Dia pura-pura ngelukain dirinya sendiri gitu?" tanya Albert yang tak percaya.
"Ya bisa aja. Lu tau lah modus cewek-cewek sekarang. Apapun dilakuin buat ngedapatin apa yang dia mau."
"Gak mungkin Xel, Flo itu beda!" sergah Alex.
"Lu berdua belum kenal dia. Jadi jangan ngeyakini gua kalau dia itu cewek baik-baik." Axel melangkah meninggalkan kedua sahabatnya itu.
Alex dan Albert hanya menggelengkan kepala melihat betapa kerasnya hati sahabat mereka itu. Ya, bukan Axel namanya kalau dia mau mendengarkan ucapan orang lain.
"Hatinya benar-benar keras men. Kayak Malin Kundang. Gua sihir jadi batu tau rasa dia." Albert membeo dan masih tetap menatap punggung Axel yang kian menjauh.
"Sebelum lu sihir itu anak. Lu udah di sihir duluan!" balas Alex yang juga pandangannya masih tertuju pada punggung Axel.
"Jadi apa? Jadi pangeran tampan?" tanya Albert dengan wajah berbinar dan menoleh pada Alex yang di sampingnya.
"Bukan. Tapi jadi sepsi tank!" ucap Alex tepat di wajah Albert dan berlari meninggalkannya sebelum dia berubah jadi Hulk.
Alex tertawa terbahak-bahak dengan terus berlari kecil. Seketika wajah berbinar Albert berubah menjadi datar, setelah mendengar jawaban Alex.
"Sialan lu!" Albert setengah berteriak. Dan segera melangkah menyusul teman sialannya itu.
••••••••

Komento sa Aklat (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    3d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata