logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

7. Lui Tau Dihadang Para Prajurit Keamanan Kota Tunsao

Lui Tau tampak terkejut sekali mendengar perkataan pria senja itu. "Kenapa aku harus berada di pihak pemberontak, Suhu?" tanya Lui Tau.
"Ini takdir yang sudah tertulis dalam kitab kehidupan, kau tidak mungkin bisa menghindarinya. Ini sudah ditentukan oleh Dewa!" jawab Miao Shan menegaskan.
Lui Tau terdiam sejenak, ia tampak bingung mendengar perkataan orang tua tersebut. Dalam benaknya berkata-kata, 'Apa yang Suhu Miao maksud? Apakah aku akan menjadi pemimpin kelompok pemberontak Uighar?'
Beberapa saat kemudian, Miao Shan kembali melanjutkan perkataannya, "Kemampuan yang ada dalam dirimu memang tinggi, bahkan murid-muridku yang ada di perguruan kungfu Haocun ini tak ada yang seperti dirimu," ungkap Miao Shan berkata sambil menatap tajam wajah Lui Tau. "Kau bisa terbang bak seekor burung rajawali. Namun, kau masih lemah dalam satu hal," sambung pria senja itu menuturkan.
"Lemah?!" Lui Tau meluruskan dua bola matanya ke wajah sang master kungfu itu. Ia tampak semakin penasaran dengan kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut pria berusia senja itu.
"Ya, kau bisa terbang tinggi. Tapi ada satu titik lemah dalam dirimu."
Miao Shan masih belum mengatakan tentang kelemahan yang ada dalam diri Lui Tau, hal tersebut membuat pikiran pemuda itu semakin dibuat penasaran oleh ucapan-ucapannya.
"Bukan hanya terbang, Suhu. Aku pun bisa merubah wujudku menjadi orang lain, dan aku bisa menghilang. Dengan semua kemampuanku ini, lalu kenapa aku tidak bisa menjadi petinggi prajurit kekaisaran? Padahal, aku sangat menginginkan menjadi seorang pemimpin prajurit kekaisaran Tonggon," ucap Lui Tau mengerutkan keningnya menatap wajah Miao Shan.
"Kau akan memiliki wilayah kekuasaanmu sendiri dan kau akan menjadi pemimpin yang disukai rakyat!" tegas pria senja itu.
Lui Tau mengangkat alis tinggi, ia masih belum mengerti dengan ucapan Miao Shan. Lantas ia pun bertanya lagi, "Maksud, Suhu. Aku ini akan menjadi seorang pemimpin yang bertentangan dengan pihak kekaisaran Tonggon?"
"Benar sekali, karena dalam dirimu tersimpan sebuah dendam terhadap pihak prajurit Tonggon," jawab Miao Shan.
"Tapi, Suhu. Aku ini hanya dendam terhadap Panglima Xio Lie saja, dan semua dendamku itu sudah terpenuhi, karena Panglima Xio Lie sudah aku bunuh," kata Lui Tau menegaskan.
"Memang kau ini memiliki dendam terhadap Panglima Xio Lie. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, rasa dendam yang ada dalam jiwa dan pikiranmu akan meluas," timpal Miao Shan. "Kau akan menjadi seorang pemimpin prajurit, tapi bukan untuk memimpin para prajurit kekaisaran Tonggon," sambung Miao Shan tetap bersikap sabar dalam menghadapi sikap Lui Tau.
'Aku semakin tidak mengerti dengan ucapan orang tua ini,' kata Lui Tau dalam hati.
"Mohon maaf, Suhu. Aku tidak mengerti dengan ucapan Suhu, lebih baik kita lupakan saja masalah itu!" kata Lui Tau. "Aku berharap Suhu sudi menerimaku sebagai murid," sambungnya langsung berterus-terang.
Lui Tau mengembalikan pembicaraannya kepada niat awal kedatangannya dalam memenuhi undangan sang master kungfu itu.
Miao Shan tertawa lepas mendengar perkataan dari Lui Tau, lalu menjawab, "Jika kau mau menjadi muridku, bagaimana kalau kita membuat perjanjian?!"
Lui Tau mengerutkan kening menatap wajah pria senja itu. Lalu menyahut dengan melontarkan pertanyaan, "Perjanjian apa, Suhu?"
"Kau datang ke istana, temui Kaisar Ming!" tegas Miao Shan menjawab pertanyaan dari Lui Tau.
Lui Tau menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya lagi, "Untuk apa aku datang ke istana, Guru?"

"Jelaskan duduk persoalan yang telah dialami oleh keluargamu! Katakan saja sejujurnya kepada Kaisar Ming, bahwa kedua orang tuamu telah dibunuh oleh prajurit utusan Panglima Xio Lie atas tuduhan yang tidak jelas!"
Lui Tau mengerutkan kening sambil menatap wajah Miao Shan. "Bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke dalam istana, dan bisa bertemu dengan Kaisar Ming?" tanya Lui Tau.
"Kau ini memiliki ilmu merubah wujud dan juga bisa menghilang. Kenapa kau bingung?"
Lui Tau tertawa setelah mendengar perkataan dari Miao Shan. Kemudian berkata, "Baik, Suhu. Aku akan segera ke istana untuk menemui Kaisar Ming," tandasnya sambil menganggukkan kepala.
"Kalau kau sudah menjelaskan duduk persoalannya, dan kaisar tidak mau mendengar. Biarkanlah! Itu tandanya Kaisar Ming bukanlah seorang pemimpin yang baik."
"Berarti aku harus melawannya? Benar, 'kan, Suhu?" potong Lui Tau menimpali.
"Tidak perlu! Karena untuk melawan kaisar itu sudah ada waktunya, Dewa sudah menentukan waktu yang tepat untukmu!"
"Aku pikir boleh, padahal aku mau membunuhnya sekalian," desis Lui Tau.
Miao Shan hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaan dari pemuda yang memiliki kemampuan bela diri tinggi itu.
Setelah itu, ia segera memerintahkan Lui Tau untuk berangkat ke istana saat itu juga, "Kau berangkat sekarang! Sebentar lagi malam akan tiba, dan kau langsung saja menyusup ke dalam istana untuk menemui Kaisar Ming!"
"Baik, Suhu. Aku mohon undur diri," kata Lui Tau menjura kepada pria senja itu.
"Lakukan perintahku dengan baik, Jika dirimu menginginkan untuk bergabung menjadi bagian penting di perguruan ini!" tegas Miao Shan menatap tajam wajah Lui Tau.
"Suhu tenang saja! Aku pasti akan menjalankan perintah ini dengan baik. Lagipula, tugas ini demi kebaikan aku juga." Lui Tau bangkit dan membungkukkan badan sambil merangkapkan kedua telapak tangannya.
"Semoga Kaisar Ming dapat mengerti dan bisa memaafkanmu." Miao Shan tersenyum lebar dan balas mengangguk pelan.
"Baik, Suhu."
Setelah berkata demikian, Lui Tau langsung keluar dari dalam ruangan tersebut, dan segera berlalu dari pondok tempat tinggal sang master kungfu itu.
'Aku yakin sekali bahwa Lui Tau itu seorang pemuda baik dan jujur. Tindakan Panglima Xio Lie memang keterlaluan, kematian dirinya adalah imbalan yang setimpal atas perbuatannya,' kata Miao Shan dalam hati.
Tiba di batas kota Tunsao yang merupakan ibu kota kekaisaran Tonggon, Lui Tau dihadang oleh beberapa orang prajurit penjaga keamanan di pintu masuk kota tersebut. Mereka merupakan para prajurit pilihan yang memiliki kesaktian yang sangat tinggi.
"Kenapa bisa seperti ini? Ada apa ini?" desis Lui Tau menghentikan langkahnya.
Dua bola matanya terus memandangi para prajurit Tonggon yang sudah mengepungnya di berbagai arah.
"Hai, Anak muda! Apakah kau sudah memiliki izin untuk datang ke tempat ini?" seru salah seorang prajurit melangkah menghampiri Lui Tau.
Lui Tau mengerenyitkan kening, ia tidak mengerti dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut prajurit tersebut.
"Maksudmu, izin seperti apa? Bukankah semua rakyat di negri ini bebas masuk ke ibu kota?" tanya Lui Tau menatap tajam wajah seorang prajurit yang sudah menghunus pedangnya.
"Apa kau belum mengetahui aturan baru di wilayah ini?" prajurit itu balas bertanya dengan suara keras dan membentak Lui Tau. Sementara tangannya terus menudingkan pedangnya ke arah Lui Tau.

Komento sa Aklat (94)

  • avatar
    MahdiMuhammad

    semoga seru tak di awal

    21/07

      0
  • avatar
    ZainalNizam

    best

    15/06

      0
  • avatar
    MHuma

    cerita tersebut sangatlah menarik untuk di baca

    10/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata